RSS

PENELITIAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN KASUS PENYAKIT DIARE DI PUSKESMAS CEMPAE TAHUN 2012



Mata Kuliah    : Epidemiologi Praktikum Surveilans
Dosen              : Henni Kumaladewi H, SKM, M. Kes
 

PENELITIAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN KASUS PENYAKIT DIARE
DI PUSKESMAS CEMPAE TAHUN 2012


DISUSUN OLEH :
MISLIANA MULA ASABRI              PUTRIANY
YUSRIANI                                          KARMAN
ANGRENI PUSPITA SARI                MASRI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
KATA   PENGANTAR

Puji Syukur atas hidayah dan rahmat ilmu serta kekuatan dari Ilahi Rabbi yang telah dicurahkan kepada penyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam juga tetap tercurahkan kepada Rasulullah beserta junjungannya karena keindahan budi pekerti yang menjadi suri tauladan kita.
Penulis sangat berterima kasih kepada Kepala Puskesmas Cempae yang sudah memperkenankan kami untuk dapat melihat data rekapan kunjungan khususnya penyakit diare tahun 2012, sehingga makalah ini menjadi lebih baik dan dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pun dengan makalah ini, namun kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan baru bagi pembaca dan penulis sendiri.

                 Parepare, 15 Mei 2013

                                                                                                  KELOMPOK 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................          2
DAFTAR ISI................................................................................................          3
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar belakang.................................................................................          5
B.   Rumusan Masalah...........................................................................          7
C.   Tujuan..............................................................................................          7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.   Defenisi Penyakit Diare...................................................................          8
B.   Etiologi............................................................................................          9
C.   Jenis Diare.......................................................................................          11
D.   Gejala-gejala....................................................................................          12
E.   Epidemiologi....................................................................................          12
F.   Upaya Preventif................................................................................          14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Penentuan Status Endemik Diare....................................................          15
B.   Konfirmasi Diagnosis......................................................................          16
C.   Pendefenisian Kasus dan Perhitungan Kasus..................................          19
D.   Orientasi data dalam hal waktu, tempat dan persen.......................          20
E.   Penentuan mereka yang risiko jatuh sakit.......................................          24
F.   Hal-hal yang membatasi  (kendala) penelitian anda.......................          24
G.   Pelaksanaan upaya intervensi dan pencegahan...............................          25
BAB IV PENUTUP
A.   Kesimpulan......................................................................................          26
B.   Saran ...............................................................................................          26
DAFTAR  PUSTAKA..................................................................................          27












BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut.
Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara.
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare.  Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Di Indonesia, diperoleh angka kesakitan Diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk, angka ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per 1.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan laporan kabupaten/ kota pada tahun 2008 diperoleh angka kesakitan diare sebesar 27,97 per 1000 penduduk. Sedangkan angka kesakitan diare pada tahun 2009 sebesar 27,25%. Jauh menurun jika dibandingkan 12 tahun sebelumnya. 
Kabupaten/kota dengan angka kesakitan diare tertinggi (86,87-135,91 per 1000 penduduk) yaitu Kabupaten Takalar, Enrekang, Tanatoraja, Palopo, Soppeng, Enrekang dan Luwu Timur. Sedangkan terendah (9,82-31,93 per 1000 penduduk) yaitu Kabupaten Selayar, Bulukumba, Jeneponto, Sinjai, Maros, Bone, Sidrap, Parepare, Luwu dan Palopo. Jumlah kejadian luar biasa diare periode Januari – Desember 2004 sebanyak 21 kejadian, dengan jumlah penderita sebanyak 1.145 orang dan jumlah kematian sebanyak 25 penderita (CFR=2,18%), tersebar pada 10 kabupaten, 15 kecamatan dan 24 desa. Untuk tahun 2005, jumlah kejadian luar biasa diare periode Januari-Desember sebanyak 8 kejadian, 8 Kabupaten/Kota dengan jumlah penderita sebanyak 443 orang, dengan kematian sebanyak 9 orang (CFR=2,03%). Sementara di tahun 2006 tercatat jumlah KLB diare sebanyak 14 kejadian, dengan jumlah penderita 465 orang dan CFR sebesar 2,15%.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak dipaparkan dalam makalah ini adalah bagaimana kasus penyakit diare di puskesmas perawatan cempae pada tahun 2012.

C.    Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana kasus penyakit diare di puskesmas perawatan cempae pada tahun 2012.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi penyakit diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan.





B.      Etiologi
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
1.     Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie
2.      Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
3.     Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
4.     Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
5.     Keracunan makanan dan minuman
6.     Gangguan gizi
7.     Pengaruh enzim tertentu
8.     Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)


Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):
1)     Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2)     Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
3)     Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4)     Menggunakan air minum yang tercemar.
5)     Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
6)     Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
C.    Jenis diare
Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu :
1.     Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2.     Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.
3.     Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4.     Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.




D.    Gejala diare
gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
1.     Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi,
2.     Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
3.     Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
4.     Lecet pada anus,
5.     Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
6.     Muntah sebelum dan sesudah diare,
7.     Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
8.     Dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidarsi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.

E.     Epidemiologi penyakit diare
Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :
1.     Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan ataukontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
2.     Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
3.     Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
F.     Upaya Preventif
Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu :
1.     Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
2.     Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih.
3.     Sanitas air yang bersih
4.     Kebersihan perorangan
5.     Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
6.     Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
7.     Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah
8.     Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
9.     Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Penentuan status endemik/ penyakit
Puskesmas Perawatan Cempae adalah salah satu dari dua Puskesmas yang terdapat di wilayah kecamatan Soreang Kota Parepare. Puskesmas yang berdiri sejak tahun 1991 ini melayani 3 kelurahan yaitu : Kelurahan Watang Soreang, Bukit Indah dan Bukit Harapan. Puskesmas ini terletak 2 km dari pusat Kota Parepare dengan letak geografis Puskesmas Perawatan Cempae sebagai berikut :
1.     Sebelah Utara                       : Kabupaten Pinrang
2.     Sebelah Timur                      : Kelurahan Lapadde Kecamatan Ujung
3.     Sebelah Barat                       : Teluk Parepare
4.     Sebelah Selatan                    : Kelurahan Lakessi Kecamatan Soreang.

Puskesmas yang kemudian resmi sebagai Puskesmas Perawatan pada tanggal 06 Juni tahun 2006 ini memiliki wilayah kerja seluas 7,76 km2 dengan keadaan geografis terdiri dari dataran rendah sekitar 20 %, dataran tinggi 79 % dan pesisir pantai sekitar 1 %. Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Perawatan Cempae adalah   24033 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak  5531  KK.
Di puskesmas perawatan cempae Bukan hanya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, TB paru,  kusta, rabies, penyakit ISPA, tetapi juga penyakit diare.
Dari data yang didapatkan, jumlah kasus diare dari Januari hingga Desember tahun 2012 sebanyak 1.070 kasus. Dari 3 kelurahan yaitu Watang Soreang, Bukit indah dan Bukit harapan. Diantara ke 3 kelurahan tersebut angka tertinggi kasus diare adalah kelurahan Bukit Harapan yaitu   391 kasus diare. Jika dilihat dari jumlah kasus diare dari ke 3 kelurahan tersebut dari bulan Januari hingga Desember 2012 kasus tertinggi adalah pada bulan Oktober yaitu 126 kasus. Kelurahan Watang Soreang, Bukit Indah Dan Bukit Harapan tergolong daerah endemik diare. Karena itu kita tingkatkan pengawasan dan pendataan untuk penyakit tersebut.

B.    Konfirmasi Diagnosis
Diare akut akibat infeksi dapat ditegakkan diagnosis etiologi bila anamnesis, manifetasi klinis, dan pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis di antaranya :
1.     Bentuk feses
2.     Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dikonsumsi penderita;
3.     Adakah orang disekitarnya yang menderita hal serupa
4.     Dimana tempat tinggal penderita; serta
5.     Siapa penderita tersebut.
Beberapa agen infeksi yang dapat menyebabkan diare inflamasi antara lain dari golongan protozoa adalah Entamoeba hystolitica dan dari golongan cacing adalah cacing cambuk.
1.     Entamoeba hystolitica
Infeksi terjadi karena tertelannya kista dalam makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja. Kista yang tertelan mengeluarkan trofozoit dalam usus besar dan memasuki submukosa.
Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan. Amebiasis dapat berlangsung tanpa gejala (asimptomatik). Gejala bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut hingga diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan yang meliputi diare berlendir dan berdarah disertai tenesmus.
Diagnosis amebiasis yang akurat membutuhkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi bentuk trofozoit dan kista. Metode yang paling disukai adalah teknik konsentrasi dan pembuatan sediaan permanen dengan trichom stain. Untuk screening cukup menggunakan sediaan basah dengan bahan saline dan diwarnai lugol agar terlihat lebih jelas. Selain tinja, spesimen yang dapt diperiksa berasal dari enema, aspirat, dan biopsi.
Sering digunakan kombinasi obat untuk meningkatkan hasil pengobatan. Walaupun tanpa keluhan dan gejala klinis, sebaiknya diobati, karena amoeba yang hidup sebagai komensal di dalam lumen usus besar, sewaktu-waktu dapat menjadi patogen.

2.     Trichuris trichiura
Disebut juga cacing cambuk dan menimbulkan penyakit trikuriasis. Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum, kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada saat defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping itu, ternyata cacing ini menghisap darah, sehingga menyebabkan anemia.
Diagnosis dengan menemukan telur di dalam tinja. Penatalaksanaannya dengan menggunakan mebendazol, albendazol dan oksantel pamoat, infeksi cacing Trichuris dapat diobati dengan hasil yang cukup baik.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tinja.
Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik, warna tinja dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obatan yang diberikan. Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus. Jika lendir tersebut berada di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; jika bercampur baur dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. Makin proksimal terjadinya perdarahan, darah bercampur dengan tinja sehingga makin hitam warnanya. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar di bagian distal. Pada pemeriksaan mikroskopik, usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud terpenting.

C.    Pendefinisian Kasus dan Perhitungan kasus
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984 mendefenisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam). Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000)

Perhitungan kasus

Tabel 1.1. Rekapan kunjungan diare menurut wilayah di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Kelurahan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Watang Soreang
27
16
20
27
21
24
26
22
38
25
26
29
Bukit Indah
26
17
17
25
36
28
33
30
30
54
43
39
Bukit Harapan
20
17
17
30
24
18
41
56
45
47
44
32
Jumlah
73
50
54
82
81
70
100
108
113
126
113
100

Tabel 1.2. Rekapan kunjungan diare menurut golongan umur di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Gol.
umur
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
< 1 th
17
15
3
11
10
10
12
6
5
14
11
13
1 – 4 th
27
22
23
32
21
23
40
44
37
41
45
46
> 5 th
29
23
28
39
50
37
48
58
61
71
57
41
Jumlah
73
60
54
82
81
70
100
108
103
126
113
100


Tabel 1.3. Rekapan kunjungan diare menurut jenis kelamin di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Jenis kelamin
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Laki-laki
35
31
25
40
39
36
51
52
47
55
64
42
Perempuan
30
19
29
42
50
34
49
56
66
71
49
58
Jumlah
65
50
54
82
89
70
100
108
113
126
113
100

D.    Orientasi data dalam hal waktu, tempat dan persen
Dari data yang didapatkan di puskesmas perawatan cempae  kasus penyakit diare dari bulan Januari sampai Desember 2012 sebanyak 1.070 kasus dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu :
1.     Watang Soreang sebanyak 301 kasus penyakit diare
2.     Bukit indah sebanyak 378  kasus penyakit diare
3.     Bukit harapan sebanayak 391  kasus penyakit diare
Dilihat dari segi umur :
1.     Umur < 1 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 127.
2.     Umur 1-4 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 401.
3.     Umur > 5 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 542.

Gambar 1.1. Persentase kasus penyakit diare menurut tempat/lokasi di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012



Data yang didapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari segi tempat dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Wt. Soreang, Kelurahan Bukit Indah dan Kelurahan Bukit Harapan. Dari ke 3 kelurahan ini menunjukkan bahwa kelurahan yang paling tinggi angka persentase kejadian penyakit diare adalah kelurahan bukit harapan dengan persentase sebesar 37 %. Kemudian yang paling rendah adalah Kelurahan Wt. Soreang dengan persentase sebesar 28 %.
Gambar 1.2. Persentase kasus diare menurut golongan umur di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Data yang didapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari segi golongan umur dimana terdiri dari umur < 1 tahun, 1-4 tahun dan > 5 tahun. Untuk angka kasus penyakit diare  yang paling tinggi adalah pada golongan umur > 5 tahun dengan besar persentase yaitu 51 %. Dan yang paling rendah adalah golongan umur < 1 tahun dengan persentase 12 %.
Gambar 1.3. Persentase kasus diare menurut jenis kelamin di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Data yang di dapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari jenis kelamin , jenis kelamin perempuan lebih besar yaitu 52 % dan laki-laki 48 %.


E.     Penentuan mereka yang risiko jatuh sakit
Penderita diare kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor seperti di bawah ini :
               1.    Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI ekslusif lagi. (ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-4 bulan). Hal ini akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.
               2.    Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makanan yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan mikroba.
               3.    Tidak mencuci tangan saat memasak, makan, atau sudah buang air besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung.
               4.    Dan faktor lain yang menyebabkan timbulnya penyakit diare.

F.     Hal-hal yang membatasi  (kendala) penelitian anda
Adapun yang membatasi kendala kami dalam penelitian adalah banyaknya jenis penyakit yang terdata oleh Puskesmas Perawatan Cempae dan banyaknya kegiatan petugas surveilans di lapangan, sehingga dalam pengambilan data membutuhkan waktu yang cukup lama.



G.    Pelaksanaan upaya intervensi dan pencegahan
Upaya intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara :
1.     Intervensi yang dilakukan dengan melakukan surveilans epidemilogi pada penderita diare.
2.     Melakukan penyuluhan dan upaya promotif untuk memberikan pengetahuan dan pemahanan mengenai diare dan faktor penyebabnya baik secara door to door maupun secara media radio.
3.     Memasang spanduk dan poster-poster mengenai penyakit infeksi dan slogan-slogan peduli kesehatan.

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :
1.     Menggunakan air bersih yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
2.     Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.
3.     Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar.
4.     Memberikan ASI pada anak sampai berusia 2 tahun.
5.     Melakukan pola hidup bersih dan sehat.




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Wilayah kasus penyakit diare yakni di Kelurahan Wt. Soreang, Kelurahan Bukit Indah dan Kelurahan Bukit harapan merupakan wilayah endemik diare, sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan kasus pada tahun 2010 sebanyak 732 kasus dan tahun 2012 sebanyak 1070 kasus. Oleh sebab itu perlu peningkatan upaya preventif dan promotif serta intervensi untuk mengurangi angka kejadian kasus penyakit diare khususnya di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Cempae.

B.    Saran
Sebaiknya petugas surveilans lebih giat untuk mengurangi angka kejadian kasus diare di wilayah kerja PKM Cempae, namun sebagai warga sadar kesehatan sudah seharusnya kita menjaga kesehatan dan kebersihan baik pribadi, keluarga maupun lingkungan sekitar.






DAFTAR PUSTAKA

Dinar, Agatha. 2009. Diagnosis dan Patofisiologi Diare Akut Terkait dengan Infeksi. http://agathariyadi.wordpress.com

Mahing, Ana. Dkk. 2011. Makalah Epidemiologi Praktikum Surveilans Diare. Parepare : UMPAR

Najwa, Helwatin. 2012. Makalah Penyakit Diare. http://helwatinnajwa93.blogspot.com/

Septiani, Desi. 2012. Makalah Diare. http://kesehatan94.blogspot.com



Mata Kuliah    : Epidemiologi Praktikum Surveilans
Dosen              : Henni Kumaladewi H, SKM, M. Kes
 

PENELITIAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN KASUS PENYAKIT DIARE
DI PUSKESMAS CEMPAE TAHUN 2012

DISUSUN OLEH :
MISLIANA MULA ASABRI              PUTRIANY
YUSRIANI                                          KARMAN
ANGRENI PUSPITA SARI                MASRI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
KATA   PENGANTAR

Puji Syukur atas hidayah dan rahmat ilmu serta kekuatan dari Ilahi Rabbi yang telah dicurahkan kepada penyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam juga tetap tercurahkan kepada Rasulullah beserta junjungannya karena keindahan budi pekerti yang menjadi suri tauladan kita.
Penulis sangat berterima kasih kepada Kepala Puskesmas Cempae yang sudah memperkenankan kami untuk dapat melihat data rekapan kunjungan khususnya penyakit diare tahun 2012, sehingga makalah ini menjadi lebih baik dan dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pun dengan makalah ini, namun kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan baru bagi pembaca dan penulis sendiri.

                 Parepare, 15 Mei 2013

                                                                                                  KELOMPOK 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................          2
DAFTAR ISI................................................................................................          3
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar belakang.................................................................................          5
B.   Rumusan Masalah...........................................................................          7
C.   Tujuan..............................................................................................          7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.   Defenisi Penyakit Diare...................................................................          8
B.   Etiologi............................................................................................          9
C.   Jenis Diare.......................................................................................          11
D.   Gejala-gejala....................................................................................          12
E.   Epidemiologi....................................................................................          12
F.   Upaya Preventif................................................................................          14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Penentuan Status Endemik Diare....................................................          15
B.   Konfirmasi Diagnosis......................................................................          16
C.   Pendefenisian Kasus dan Perhitungan Kasus..................................          19
D.   Orientasi data dalam hal waktu, tempat dan persen.......................          20
E.   Penentuan mereka yang risiko jatuh sakit.......................................          24
F.   Hal-hal yang membatasi  (kendala) penelitian anda.......................          24
G.   Pelaksanaan upaya intervensi dan pencegahan...............................          25
BAB IV PENUTUP
A.   Kesimpulan......................................................................................          26
B.   Saran ...............................................................................................          26
DAFTAR  PUSTAKA..................................................................................          27












BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut.
Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara.
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare.  Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Di Indonesia, diperoleh angka kesakitan Diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk, angka ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per 1.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan laporan kabupaten/ kota pada tahun 2008 diperoleh angka kesakitan diare sebesar 27,97 per 1000 penduduk. Sedangkan angka kesakitan diare pada tahun 2009 sebesar 27,25%. Jauh menurun jika dibandingkan 12 tahun sebelumnya. 
Kabupaten/kota dengan angka kesakitan diare tertinggi (86,87-135,91 per 1000 penduduk) yaitu Kabupaten Takalar, Enrekang, Tanatoraja, Palopo, Soppeng, Enrekang dan Luwu Timur. Sedangkan terendah (9,82-31,93 per 1000 penduduk) yaitu Kabupaten Selayar, Bulukumba, Jeneponto, Sinjai, Maros, Bone, Sidrap, Parepare, Luwu dan Palopo. Jumlah kejadian luar biasa diare periode Januari – Desember 2004 sebanyak 21 kejadian, dengan jumlah penderita sebanyak 1.145 orang dan jumlah kematian sebanyak 25 penderita (CFR=2,18%), tersebar pada 10 kabupaten, 15 kecamatan dan 24 desa. Untuk tahun 2005, jumlah kejadian luar biasa diare periode Januari-Desember sebanyak 8 kejadian, 8 Kabupaten/Kota dengan jumlah penderita sebanyak 443 orang, dengan kematian sebanyak 9 orang (CFR=2,03%). Sementara di tahun 2006 tercatat jumlah KLB diare sebanyak 14 kejadian, dengan jumlah penderita 465 orang dan CFR sebesar 2,15%.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak dipaparkan dalam makalah ini adalah bagaimana kasus penyakit diare di puskesmas perawatan cempae pada tahun 2012.

C.    Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana kasus penyakit diare di puskesmas perawatan cempae pada tahun 2012.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi penyakit diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan.





B.      Etiologi
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
1.     Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie
2.      Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
3.     Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
4.     Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
5.     Keracunan makanan dan minuman
6.     Gangguan gizi
7.     Pengaruh enzim tertentu
8.     Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)


Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):
1)     Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2)     Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
3)     Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4)     Menggunakan air minum yang tercemar.
5)     Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
6)     Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
C.    Jenis diare
Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu :
1.     Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2.     Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.
3.     Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4.     Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.




D.    Gejala diare
gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
1.     Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi,
2.     Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
3.     Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
4.     Lecet pada anus,
5.     Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
6.     Muntah sebelum dan sesudah diare,
7.     Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
8.     Dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidarsi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.

E.     Epidemiologi penyakit diare
Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :
1.     Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan ataukontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
2.     Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
3.     Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
F.     Upaya Preventif
Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu :
1.     Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
2.     Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih.
3.     Sanitas air yang bersih
4.     Kebersihan perorangan
5.     Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
6.     Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
7.     Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah
8.     Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
9.     Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Penentuan status endemik/ penyakit
Puskesmas Perawatan Cempae adalah salah satu dari dua Puskesmas yang terdapat di wilayah kecamatan Soreang Kota Parepare. Puskesmas yang berdiri sejak tahun 1991 ini melayani 3 kelurahan yaitu : Kelurahan Watang Soreang, Bukit Indah dan Bukit Harapan. Puskesmas ini terletak 2 km dari pusat Kota Parepare dengan letak geografis Puskesmas Perawatan Cempae sebagai berikut :
1.     Sebelah Utara                       : Kabupaten Pinrang
2.     Sebelah Timur                      : Kelurahan Lapadde Kecamatan Ujung
3.     Sebelah Barat                       : Teluk Parepare
4.     Sebelah Selatan                    : Kelurahan Lakessi Kecamatan Soreang.

Puskesmas yang kemudian resmi sebagai Puskesmas Perawatan pada tanggal 06 Juni tahun 2006 ini memiliki wilayah kerja seluas 7,76 km2 dengan keadaan geografis terdiri dari dataran rendah sekitar 20 %, dataran tinggi 79 % dan pesisir pantai sekitar 1 %. Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Perawatan Cempae adalah   24033 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak  5531  KK.
Di puskesmas perawatan cempae Bukan hanya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, TB paru,  kusta, rabies, penyakit ISPA, tetapi juga penyakit diare.
Dari data yang didapatkan, jumlah kasus diare dari Januari hingga Desember tahun 2012 sebanyak 1.070 kasus. Dari 3 kelurahan yaitu Watang Soreang, Bukit indah dan Bukit harapan. Diantara ke 3 kelurahan tersebut angka tertinggi kasus diare adalah kelurahan Bukit Harapan yaitu   391 kasus diare. Jika dilihat dari jumlah kasus diare dari ke 3 kelurahan tersebut dari bulan Januari hingga Desember 2012 kasus tertinggi adalah pada bulan Oktober yaitu 126 kasus. Kelurahan Watang Soreang, Bukit Indah Dan Bukit Harapan tergolong daerah endemik diare. Karena itu kita tingkatkan pengawasan dan pendataan untuk penyakit tersebut.

B.    Konfirmasi Diagnosis
Diare akut akibat infeksi dapat ditegakkan diagnosis etiologi bila anamnesis, manifetasi klinis, dan pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis di antaranya :
1.     Bentuk feses
2.     Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dikonsumsi penderita;
3.     Adakah orang disekitarnya yang menderita hal serupa
4.     Dimana tempat tinggal penderita; serta
5.     Siapa penderita tersebut.
Beberapa agen infeksi yang dapat menyebabkan diare inflamasi antara lain dari golongan protozoa adalah Entamoeba hystolitica dan dari golongan cacing adalah cacing cambuk.
1.     Entamoeba hystolitica
Infeksi terjadi karena tertelannya kista dalam makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja. Kista yang tertelan mengeluarkan trofozoit dalam usus besar dan memasuki submukosa.
Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan. Amebiasis dapat berlangsung tanpa gejala (asimptomatik). Gejala bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut hingga diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan yang meliputi diare berlendir dan berdarah disertai tenesmus.
Diagnosis amebiasis yang akurat membutuhkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi bentuk trofozoit dan kista. Metode yang paling disukai adalah teknik konsentrasi dan pembuatan sediaan permanen dengan trichom stain. Untuk screening cukup menggunakan sediaan basah dengan bahan saline dan diwarnai lugol agar terlihat lebih jelas. Selain tinja, spesimen yang dapt diperiksa berasal dari enema, aspirat, dan biopsi.
Sering digunakan kombinasi obat untuk meningkatkan hasil pengobatan. Walaupun tanpa keluhan dan gejala klinis, sebaiknya diobati, karena amoeba yang hidup sebagai komensal di dalam lumen usus besar, sewaktu-waktu dapat menjadi patogen.

2.     Trichuris trichiura
Disebut juga cacing cambuk dan menimbulkan penyakit trikuriasis. Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum, kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada saat defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping itu, ternyata cacing ini menghisap darah, sehingga menyebabkan anemia.
Diagnosis dengan menemukan telur di dalam tinja. Penatalaksanaannya dengan menggunakan mebendazol, albendazol dan oksantel pamoat, infeksi cacing Trichuris dapat diobati dengan hasil yang cukup baik.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tinja.
Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik, warna tinja dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obatan yang diberikan. Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus. Jika lendir tersebut berada di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; jika bercampur baur dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. Makin proksimal terjadinya perdarahan, darah bercampur dengan tinja sehingga makin hitam warnanya. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar di bagian distal. Pada pemeriksaan mikroskopik, usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud terpenting.

C.    Pendefinisian Kasus dan Perhitungan kasus
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984 mendefenisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam). Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000)

Perhitungan kasus

Tabel 1.1. Rekapan kunjungan diare menurut wilayah di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Kelurahan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Watang Soreang
27
16
20
27
21
24
26
22
38
25
26
29
Bukit Indah
26
17
17
25
36
28
33
30
30
54
43
39
Bukit Harapan
20
17
17
30
24
18
41
56
45
47
44
32
Jumlah
73
50
54
82
81
70
100
108
113
126
113
100

Tabel 1.2. Rekapan kunjungan diare menurut golongan umur di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Gol.
umur
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
< 1 th
17
15
3
11
10
10
12
6
5
14
11
13
1 – 4 th
27
22
23
32
21
23
40
44
37
41
45
46
> 5 th
29
23
28
39
50
37
48
58
61
71
57
41
Jumlah
73
60
54
82
81
70
100
108
103
126
113
100


Tabel 1.3. Rekapan kunjungan diare menurut jenis kelamin di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Jenis kelamin
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Laki-laki
35
31
25
40
39
36
51
52
47
55
64
42
Perempuan
30
19
29
42
50
34
49
56
66
71
49
58
Jumlah
65
50
54
82
89
70
100
108
113
126
113
100

D.    Orientasi data dalam hal waktu, tempat dan persen
Dari data yang didapatkan di puskesmas perawatan cempae  kasus penyakit diare dari bulan Januari sampai Desember 2012 sebanyak 1.070 kasus dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu :
1.     Watang Soreang sebanyak 301 kasus penyakit diare
2.     Bukit indah sebanyak 378  kasus penyakit diare
3.     Bukit harapan sebanayak 391  kasus penyakit diare
Dilihat dari segi umur :
1.     Umur < 1 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 127.
2.     Umur 1-4 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 401.
3.     Umur > 5 Tahun dari Januari hingga Desember 2012 jumlah kasus sebanyak 542.

Gambar 1.1. Persentase kasus penyakit diare menurut tempat/lokasi di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012



Data yang didapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari segi tempat dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Wt. Soreang, Kelurahan Bukit Indah dan Kelurahan Bukit Harapan. Dari ke 3 kelurahan ini menunjukkan bahwa kelurahan yang paling tinggi angka persentase kejadian penyakit diare adalah kelurahan bukit harapan dengan persentase sebesar 37 %. Kemudian yang paling rendah adalah Kelurahan Wt. Soreang dengan persentase sebesar 28 %.
Gambar 1.2. Persentase kasus diare menurut golongan umur di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Data yang didapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari segi golongan umur dimana terdiri dari umur < 1 tahun, 1-4 tahun dan > 5 tahun. Untuk angka kasus penyakit diare  yang paling tinggi adalah pada golongan umur > 5 tahun dengan besar persentase yaitu 51 %. Dan yang paling rendah adalah golongan umur < 1 tahun dengan persentase 12 %.
Gambar 1.3. Persentase kasus diare menurut jenis kelamin di Puskesmas Perawatan Cempae tahun 2012
Data yang di dapatkan di Puskesmas Perawatan Cempae jika di lihat dari jenis kelamin , jenis kelamin perempuan lebih besar yaitu 52 % dan laki-laki 48 %.


E.     Penentuan mereka yang risiko jatuh sakit
Penderita diare kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor seperti di bawah ini :
               1.    Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI ekslusif lagi. (ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-4 bulan). Hal ini akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.
               2.    Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makanan yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan mikroba.
               3.    Tidak mencuci tangan saat memasak, makan, atau sudah buang air besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung.
               4.    Dan faktor lain yang menyebabkan timbulnya penyakit diare.

F.     Hal-hal yang membatasi  (kendala) penelitian anda
Adapun yang membatasi kendala kami dalam penelitian adalah banyaknya jenis penyakit yang terdata oleh Puskesmas Perawatan Cempae dan banyaknya kegiatan petugas surveilans di lapangan, sehingga dalam pengambilan data membutuhkan waktu yang cukup lama.



G.    Pelaksanaan upaya intervensi dan pencegahan
Upaya intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara :
1.     Intervensi yang dilakukan dengan melakukan surveilans epidemilogi pada penderita diare.
2.     Melakukan penyuluhan dan upaya promotif untuk memberikan pengetahuan dan pemahanan mengenai diare dan faktor penyebabnya baik secara door to door maupun secara media radio.
3.     Memasang spanduk dan poster-poster mengenai penyakit infeksi dan slogan-slogan peduli kesehatan.

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :
1.     Menggunakan air bersih yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
2.     Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.
3.     Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar.
4.     Memberikan ASI pada anak sampai berusia 2 tahun.
5.     Melakukan pola hidup bersih dan sehat.




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Wilayah kasus penyakit diare yakni di Kelurahan Wt. Soreang, Kelurahan Bukit Indah dan Kelurahan Bukit harapan merupakan wilayah endemik diare, sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan kasus pada tahun 2010 sebanyak 732 kasus dan tahun 2012 sebanyak 1070 kasus. Oleh sebab itu perlu peningkatan upaya preventif dan promotif serta intervensi untuk mengurangi angka kejadian kasus penyakit diare khususnya di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Cempae.

B.    Saran
Sebaiknya petugas surveilans lebih giat untuk mengurangi angka kejadian kasus diare di wilayah kerja PKM Cempae, namun sebagai warga sadar kesehatan sudah seharusnya kita menjaga kesehatan dan kebersihan baik pribadi, keluarga maupun lingkungan sekitar.






DAFTAR PUSTAKA

Dinar, Agatha. 2009. Diagnosis dan Patofisiologi Diare Akut Terkait dengan Infeksi. http://agathariyadi.wordpress.com

Mahing, Ana. Dkk. 2011. Makalah Epidemiologi Praktikum Surveilans Diare. Parepare : UMPAR

Najwa, Helwatin. 2012. Makalah Penyakit Diare. http://helwatinnajwa93.blogspot.com/

Septiani, Desi. 2012. Makalah Diare. http://kesehatan94.blogspot.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS