LAPORAN KESLING
KAWASAN PESISIR PANTAI
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
TAHUN 2013
ABRASI
A.
LATAR BELAKANG
Kerusakan lingkungan akan semakin bertambah
seiring dengan berjalannya waktu. Contoh yang sering kita jumpai belakangan ini
adalah masalah abrasi pantai. Abrasi pantai ini terjadi hampir di seluruh
wilayah di Indonesia. Masalah ini harus segera diatasi karena dapat
mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi makhluk hidup, tidak terkecuali
manusia.
Abrasi pantai tidak hanya membuat
garis-garis pantai menjadi semakin menyempit, tapi bila dibiarkan begitu saja
akibatnya bisa menjadi lebih berbahaya. Seperti kita ketahui, negara kita
Indonesia sangat terkenal dengan keindahan pantainya. Setiap tahun banyak
wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia untuk menikmati panorama
pantainya yang sangat indah. Apabila pantai sudah mengalami abrasi, maka tidak
akan ada lagi wisatawan yang datang untuk mengunjunginya. Hal ini tentunya
sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia karena secara
otomatis devisa negara dari sektor pariwisata akan mengalami penurunan. Selain itu,
sarana pariwisata seperti hotel, restoran, dan juga kafe-kafe yang terdapat di
areal pantai juga akan mengalami kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian
material yang tidak sedikit. Demikian juga dengan pemukiman penduduk yang berada di areal pantai
tersebut. Banyak penduduk yang akan kehilangan tempat tinggalnya akibat rumah
mereka terkena dampak dari abrasi.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dampak dari abrasi sangat
berbahaya. Untuk itu kami akan mencoba menjelaskan lebih lanjut mengenai apa
itu abrasi, penyebab abrasi, dan bagaimana solusi untuk menanggulanginya. Kami
harap apa yang akan kami sampaikan ini dapat memberikan pengetahuan pada
masyarakat mengenai abrasi dan menambah rasa kepedulian masyarakat pada
lingkungannya.
B.
PENGERTIAN
ABRASI
Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya
alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan
air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air laut ini disebabkan
mencairnya es di daerah kutub akibat pemanasan global.
Gambar 1.

Gambar 2.
Gambar 3.

C.
PENYEBAB
ABRASI
Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan
air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan
dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita
ketahui,pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor
menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi,
sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan
mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat es di kutub
mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia akan
mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang permukaannya rendah. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan pencemaran
lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai
di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup
memprihatinkan. Seperti yang terjadi di daerah pesisir pantai wilayah kabupaten
Indramayu. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10
meter pertahun dan sekarang dari panjang pantai 114 kilometer telah tergerus 50
kilometer. Dari 10 kecamatan yang memiliki kawasan pantai, hanya satu wilayah
kecamatan yakni kecamatan Centigi yang hampir tidak memiliki persoalan abrasi.
Hal ini karena di wilayah kecamatan Centigi kawasan hutan mangrove yang ada
masih mampu melindungi kawasan pantai dari abrasi.
Tingkat abrasi yang cukup tinggi juga
terjadi di kecamatan Pedes dan Cibuaya Kabupaten Karawang. Meskipun abrasi
pantai dinilai belum pada kondisi yang membahayakan keselamatan warga setempat,
namun bila hal itu dibiarkan berlangsung, dikhawatirkan dapat menghambat
pengembangan potensi kelautan di kabupaten Karawang secara keseluruhan, baik
pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan sumber daya kelautan
lainnya.
Abrasi yang terjadi di kabupaten Indramayu
dan kabupaten Karawang merupakan contoh kasus abrasi yang terjadi di Indonesia.
Selain di kedua tempat tadi, masih banyak daerah lain yang juga mengalami
abrasi dengan tingkat yang tergolong parah. Apabila hal ini tidak
ditindaklanjuti secara serius, maka dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama beberapa pulau yang
permukaannya rendah akan tenggelam.Selain abrasi, masalah yang terjadi di
daerah pesisir pantai adalah masalah pencemaran lingkungan pantai. Beberapa
pantai mengalami pencemaran yang cukup parah seperti kasus yang terjadi di
daerah Balikpapan, dimana pada tahun 2004 tercemar oleh limbah minyak. Tumpukan
kerak minyak atau sludge berwarna
hitam yang mirip dengan gumpalan aspal tersebut beratnya diperkirakan mencapai
300 ton. Contoh lain adalah kasus yang terjadi di sekitar teluk Jakarta.
Berbagai jenis limbah dan ribuan ton sampah yang mengalir melalui 13 kali di
Jakarta berdampak pada kerusakan Pantai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Pada tahun 2006, kerusakan terumbu karang dan ekosistem taman nasional itu
diperkirakan mencapai 75 kilometer. Tahun lalu saja telah terjadi kerusakan serius sepanjang 40 kilometer.
Kali Ciliwung, Banjir Kanal Barat (BKB), Kali Sunter, dan Kali Pesanggrahan
merupakan penyumbang pencemaran terbesar ke Teluk Jakarta. Setiap hari Kali
Ciliwung, BKB, dan Kali Sunter mengalirkan sampah yang berton-ton banyaknya.
Sampah berbagai jenis itu mengalir ke Teluk Jakarta, dan sampai ke Pantai Taman
Nasional Kepulauan Seribu. Kondisi ini memerlukan penanganan segera. Terkait
dengan itu, pencemaran teluk Jakarta harus segera diatasi, terutama dengan
melakukan pengurangan limbah sampah di sungai.
Pencemaran yang terjadi di pesisir pantai
merupakan sesuatu yang sangat merugikan bagi manusia. Selain itu, sebagian
besar objek wisata di Indonesia merupakan wisata pantai. Keindahan panorama
pantai membuat wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia. Hal ini
seharusnya membuat pemerintah lebih mempedulikan kebersihan dan keasrian
pantai, karena apabila keadaan pantai tidak bersih dan dipenuhi sampah,
wisatawan tidak akan mau lagi mengunjungi pantai di Indonesia yang akibatnya
dapat mengurangi devisa negara.
Rusaknya lingkungan pantai juga dapat merusak ekosistem yang ada disana.
Biota yang hidup di daerah pantai seperti terumbu karang dan ikan-ikan kecil
akan mati bila tingkat pencemarannya tinggi. Untuk itu diperlukan upaya dari
pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga keindahan dan keasrian pantai.
D.
PENYELESAIAN
Berbagai usaha telah dilakukan oleh
pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi masalah abrasi dan pencemaran
pantai ini. Untuk mengatasi masalah abrasi di Indonesia ini pemerintah secara
bertahap melakukan pembangunan alat pemecah ombak serta penghijauan hutan
mangrove di sekitar pantai yang terkena abrasi tersebut. Dalam mengatasi
masalah abrasi ini, tentu ada saja hambatan-hambatan dan juga
kesulitan-kesulitan yanag akan dihadapi, misalnya dalam pembangunan alat pemecah
ombak ini diperlukan biaya yang sangat mahal dan juga wilayah tempat
pembangunannya sangat luas, sehingga untuk membangun alat ini di seluruh pantai
yang terkena abrasi akan memerlukan waktu yang sangat lama dan juga biaya yang
sangat mahal. Upaya penanaman tanaman bakau di pinggir pantai juga banyak
hambatannya. Tanaman bakau hanya dapat tumbuh pada tanah gambut yang berlumpur.
Hal ini akan menjadi sangat sulit karena sebagian besar pantai di Indonesia
merupakan perairan yang dasarnya tertutupi oleh pasir, seperti kita ketahui
bahwa tanaman bakau tidak dapat tumbuh pada daerah berpasir. Meskipun sangat sulit, tetapi usaha
untuk mangatasi abrasi ini harus terus dilakukan. Jika masalah abrasi ini tidak
segera ditanggulangi, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan
luas pulau-pulau di Indonesia banyak yang akan berkurang. Agar upaya ini dapat
berjalan dengan lebih baik, maka peranan dari semua elemen masyarakat sangat
diperlukan. Pemerintah tidak akan dapat mengatasinya
tanpa partisipasi dari masyarakat. Apabila alat pemecah ombak berhasil dibangun
dan hutan bakau atau hutan mangrove berhasil ditanam, maka dampak abrasi tentu
akan dapat dikurangi meskipun tidak sampai 100%.
Masalah pencemaran pantai juga harus
diatasi denga sangat serius karena dapat merusak keindahan dan keasrian pantai.
Untuk megatasi permasalahan ini kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan
harus ditingkatkan. Selain itu peraturan untuk tidak merusak lingkungan harus
dibuat dan menindak dengan tegas bagi siapa pun yang melanggarnya.
Sekarang ini, di beberapa pantai masih
banyak ditemui sampah-sampah yang berserakan. Selain itu, limbah pabrik yang
beracun banyak yang dialirkan ke sungai yang kemudian mengalir ke laut. Hal ini
dapat merusak ekosistem laut, dan juga dapat membunuh beberapa biota laut.
Pemerintah seharusnya menghimbau agar seluruh pabrik-pabrik tersebut agar
membuang limbahnya setelah dinetralisasi terlebih dahulu.
E.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Abrasi dan pencemaran pantai merupakan
masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat. Dari penjelasan kami di atas kami dapat menyimpulkan beberapa hal. Adapun
beberapa kesimpulan yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut :
1.
Abrasi diakibatkan oleh maiknya
permukaan air laut karena mencairnya lapisan es yang ada di daerah kutub bumi.
Es tersebut mencair akibat terjadinya pemanasan global.
2.
Masalah abrasi maupun pencemaran
lingkungan ini sangat sulit untuk diatasi karena kurangnya kesadaran masyarakat
akan lingkungannya. Masih banyak orang yang membuang sampah pada sembarang tempat
yang nantinya dapat mencemari lingkungan.
3.
Dampak yang diakibatkanoleh abrasi ini
sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak diatasi
lama kelamaan daerah-daerah yang permukaannya rendah akan tenggelam.
4.
Dampak dari abrasi dapat dikurangi
dengan membangun alat pemecah ombak dan juga menanam pohon bakau di pinggir
pantai. Alat pemecah ombak dapat menahan laju ombak dan memecahkan gelombang
air sehingga kekuatan ombak saat mencapai bibir pantai akan berkurang. Demikian
juga dengan pohon bakau yang ditanam di pinggiran pantai. Akar-akarnya yang
kokoh dapat menahan kekuatan ombak agar tidak mengikis pantai.
Dari kesimpulan tersebut dapat kita lihat penyebab abraasi dan juga
beberapa cara untuk mengatasinya. Kita juga dapat mengetahui dampak yang dapat
ditimbulkan apabila hal ini tidak segera diatasi. Menurut kami permasalahan ini
harus diselesaikan bukian hanya oleh pemerintah, tapi juga memerlukan
partisipasi dari masyarakat.
Selain kesimpulan tadi, kami juga memiliki beberapa saran yang akan kami
sampaikan. Adapun saran-saran yang akan kami sampaikan adalah sebagai berikut :
1.
Masyarakat harus mengambil peran dalam
mengatasi masalah abrasi dan pencemaran pantai, karena usaha dari pemerintah
saja tidak cukup berarti tanpa bantuan dari masyarakat.
2.
Pemerintah harus memberikan hukuman yang
tagas bagi setiap orang yang merusak lingkungan.
3.
Pembangunan alat pemecah ombak dan
penanaman pohon bakau harus segera dilakukan agar abrasi yang terjadi di
beberapa daerah tidak bertambah parah.
4.
Bagi para pemilik pabrik maupun usaha
apapun yang ada di sekitar pantai agar tidak membuang limbah atau sampah ke
laut. Mereka harus menyediakan sarana kebersihan agar limbah atau sampah yang
mereka hasilkan tidak mencemari pantai.
Demikianlah saran-saran yang dapat kami sampaikan,semoga apa yang telah
kami sampaikan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat agar mau menjaga
keasrian dan kebersiha lingkungan. Semua orang harus ikut berperan serta dalam
menanggulangi masalah yang sangat berbahaya yang bernama ABRASI.
SAMPAH
A.
Latar belakang
Sebagai negara
kelautan, jutaan orang Indonesia pastilah beraktivitas di pinggir dan/atau di
atas laut. Namun banyak di antara kita yang tidak sadar bahwa aktivitas hidup
setiap harinya, baik dari mengendarai/menggunakan kendaraan, sampai tidak
membuang sampah pada tempatnya, atau bahkan membuang puntung rokok sembarangan,
dapat berakibat buruk pada makhluk hidup yang terdapat di laut. Keberadaan
sampah di laut dapat mengakibatkan kecelakaan bahkan sampai kematian pada biota
laut. Polusi juga membuat pantai menjadi kurang nyaman untuk dikunjungi.
Penyelesaian masalah pencemaran laut membutuhkan partisipasi semua pihak.
B. Asal
sampah laut
Anda mungkin
bertanya, bagaimana sampai sampah yang ada di daratan bisa masuk ke laut. Sederhana
saja, lain kali ketika menyusuri jalan, lihatlah sampah yang bertebaran. Ketika
turun hujan, sampah-sampah yang ada di pinggir jalan dan jalanan umum
akan terakumulasi di selokan yang ada di pinggir jalan. Karena di negara kita
umumnya saluran pembuangannya langsung menuju ke laut, sampah-sampah tersebut
kemudian langsung masuk ke laut. Seperti yang kita ketahui bersama, banyak
penduduk yang masih juga belum dapat meninggalkan kebiasaan lama membuang
sampah langsung ke laut, baik tiap harinya, namun saat kita berwisata ke
pantai.
Penduduk Indonesia
yang bermukim di kawasan pesisir hampir pasti mengunjungi pantai untuk
berwisata bahari paling kurang sekali dalam setahun. Ketika sampai di pantai,
bukan hanya pasir pantai yang akan dilihat di sana, namun juga sampah yang
bertebaran.
![]() |
Masih segar di ingatan kita salah satu contoh yang sempat menjadi topik utama di media cetak maupun elektronik, ketika sampah bertebaran di pantai Kuta, salah satu tujuan wisata pantai yang paling sering dikunjungi di Pulau Bali. Menurut seorang petugas Badan Penyelamat Wisata Tirta Balawisata Kuta, seperti yang dilansir oleh salah satu media elektronik, sampah-sampah tersebut merupakan sampah “kiriman” dari laut akibat terbawa arus dan angin musim barat. Bupati Badung AA Gde Agung bahkan sempat menyatakan dalam salah satu wawancara dengan stasiun beritaAntara pada bulan April yang lalu bahwa sampah kiriman ini bisa mencapai sekitar 100 truk setiap harinya saat itu. Angka ini memang masih harus diverifikasi lebih lanjut, namun paling tidak bisa memberikan gambaran seriusnya masalah penanganan sampah kiriman yang harus dihadapi pemerintah Bali.
Pada tahun 1975, the National Academy of Sciences di Amerika Serikat mengeluarkan
laporan yang berisi dugaan bahwa kapal-kapal kargo dan transportasi penumpang
membuang 14 milyar pound atau sekitar 6,4 x 10^9 kg sampah ke laut. Sebuah
perjanjian internasional untuk Pencegahan Pencemaran dari Kapal (MARPOL 73/78)
ditandatangani dua tahun sebelumnya, namun baru efektif dilaksanakan oleh
negara-negara penanda tangan pada tahun 1978. Annex V yang khusus mengatur
mengenai pencegahan pencemaran sampah dari kapal efektif berlaku sejak 31
Desember 1988, dan Indonesia termasuk salah satu negara yang meratifikasi
perjanjian ini. Salah satu isi annex ini
melarang dibuangnya segala jenis plastik di laut. Peraturan tersebut sedikit banyak
telah ikut mengurangi jumlah sampah yang terakumulasi di pantai dan laut. Namun
masalah pencemaran plastik tetap merupakan masalah besar. Salah satu kajian yang dilakukan pada
tahun 2001 menduga terdapat
sekitar 334.271 lembar plastik per mil^2 di pusaran Pasifik Utara Tengah (North
Central Pacific Gyre), yang merupakan sistem eddy alamiah untuk
mengumpulkan benda-benda pada satu titik tertentu. Sekitar 60 hingga 80% sampah
di laut diperkirakan berasal dari daratan.[1] Sampah plastik di laut beresiko
menyebabkan masalah pada 267 spesies biota laut di seluruh dunia, termasuk 86%
dari keseluruhan spesies kura-kura, 44% dari keseluruhan spesies burung
laut dan 43% spesies mamalia laut.
Gambar 2.
Gambar 3.

C. Akibat
buruk sampah bagi biota laut dan manusia
Sampah-sampah yang
terakumulasi di laut bukan saja dapat berakibat buruk bagi biota laut, namun
juga bagi manusia. Bagi biota laut, sampah seperti benang pancing, tali rafia
dan wadah minuman kaleng berbentuk 6 cincin dari plastik dapat menghambat
mobilitas fauna laut yang terjebak dalam lilitannya. Saat terlilit, fauna laut
akan menderita kesulitan makan, bernapas dan berenang, yang pada akhirnya dapat
berakibat fatal. Apalagi plastik merupakan bahan yang baru akan terurai setelah
beratus-ratus tahun, dan karenanya masih dapat menjebak dan membunuh fauna laut
bertahun-tahun lamanya.Sekitar 90% dari sampah laut terapung adalah plastik.
Karena karakteristiknya yang tahan lama, dapat terapung dan mampu mengakumulasi
racun yang ada di laut, plastik sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup biota
laut. Salah satu tipe sampah plastik yang ditemukan di seluruh dunia adalah
partikel plastik atau nurdles/plastic
pellets, yaitu bahan mentah plastik berupa butiran kecil yang diangkut ke
pabrik pembuatan plastik untuk kemudian diproses menjadi peralatan makan
plastik, mainan dan sebagainya.
Salah satu akibat
buruk lainnya adalah plastik sering dikira sebagai makanan oleh burung, ikan
dan mamalia laut. Beberapa induk burung bahkan memberi makan anak-anaknya
dengan plastik. Ketika plastik dimakan, fauna laut akan merasa kekenyangan,
padahal sesungguhnya tidak ada asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh mereka. Akibatnya
mereka akan mati kelaparan. Kura-kura laut bahkan salah mengira kantong plastik
sebagai ubur-ubur, salah satu makanan kesukaan fauna ini. Bahkan paus abu-abu
pernah ditemukan tewas dengan kantong dan lembaran plastik dalam lambung
mereka.
Akibat buruk
sampah di laut bagi manusia di antaranya adalah bahwa beberapa jenis sampah
seperti sampah beling/pecahan kaca dan logam yang tersembul dari pasir dapat
melukai wisatawan yang mengunjungi pantai. Padahal beling atau pecahan kaca
dapat didaur ulang untuk membuat gelas, insulasi dan aspal. Di Negara Bagian
Kalifornia AS pada 1993, ada 600 ton beling yang didaur ulang, yang menyerap
4320 tenaga kerja.Selain itu sampah juga beresiko mengancam keselamatan dan
mata pencarian para nelayan dan perahu-perahu wisata. Hal ini karena sampah
jaring dan benang pancing serat tunggal dapat melilit propeler mesin
perahu/kapal yang digunakan. Di samping itu, kantong dan pelapis plastik dapat
menghalangi saluran pendingin mesin, sehingga mesin menjadi cepat panas dan
akhirnya memperpendek masa pakainya. Akibat yang ditimbulkan adalah resiko
kecelakaan, mahalnya biaya perbaikan dan hilangnya waktu melaut, yang akhirnya
akan menurunkan pendapatan nelayan.
D. Apa yang
dapat kita lakukan?
Seperti yang
dikemukakan pada bagian akhir paragraf pertama dari tulisan ini, partisipasi
semua pihak diperlukan guna mengatasi pencemaran laut.
·
Gunakan
lebih sedikit barang. Banyak
masalah pencemaran yang terjadi sebenarnya merupakan masalah sumber daya yang
tidak digunakan secara efisien. Padahal sebenarnya untuk tiap barang yang kita
daur ulang atau gunakan kembali, kita sudah menghemat satu sampah yang akan
berakhir di laut dan mengancam keselamatan manusia dan biota laut.
Semua barang yang kita gunakan setiap harinya berasal dari alam seperti pepohonan, minyak bumi, pasir, air, tanah dan logam, di mana banyak di antaranya merupakan sumber daya yang tak dapat diperbarui. Dengan membuang sampah pada lahan yang dikhususkan untuk itu seperti untuk landfill, dan bukannya langsung ke laut, kita akan mengurangi secara drastis penggunaan sumber daya alam tidak terbarukan yang masih tersisa.
Logam misalnya, hampir 75% dari keseluruhan jenisnya hanya digunakan sekali. Daur ulang logam mengurangi pencemaran air dan udara, dan hanya membutuhkan 70% dari tenaga yang dibutuhkan untuk produksi logam dari bahan mentah.
Semua barang yang kita gunakan setiap harinya berasal dari alam seperti pepohonan, minyak bumi, pasir, air, tanah dan logam, di mana banyak di antaranya merupakan sumber daya yang tak dapat diperbarui. Dengan membuang sampah pada lahan yang dikhususkan untuk itu seperti untuk landfill, dan bukannya langsung ke laut, kita akan mengurangi secara drastis penggunaan sumber daya alam tidak terbarukan yang masih tersisa.
Logam misalnya, hampir 75% dari keseluruhan jenisnya hanya digunakan sekali. Daur ulang logam mengurangi pencemaran air dan udara, dan hanya membutuhkan 70% dari tenaga yang dibutuhkan untuk produksi logam dari bahan mentah.
·
Berpartisipasilah
dalam penyelesaian masalah sampah laut. Sampah laut yang terdampar di kawasan pesisir sebenarnya merupakan
indikasi masalah polusi perairan yang jauh lebih besar yang disebabkan oleh
masyarakat biasa yang melakukan hal yang biasa mereka lakukan setiap harinya.
Hujan menyapu ceceran minyak dari lahan parkir, pupuk dari tanah pertanian,
kotoran hewan peliharaan dari trotoar dan pinggir jalan dan bahan cemar lainnya
dari sumber-sumber lain. Berbagai racun tersebut akan terbawa air hujan ke laut
melalui selokan, yang pada gilirannya akan meracuni sumber air dan biota laut.
Kita dapat berperan dalam mengatasi masalah ini dengan mendaur ulang oli bekas,
memperbaiki tanki kendaraan yang bocor, menggunakan produk-produk yang tidak
beracun dan praktek-praktek lainnya sehingga selokan tidak tersumbat dan
bersih.
Praktek-praktek tersebut meliputi:
• Daur ulang, gunakan kembali dan mengurangi (Reduce, Reuse and Recycle) penggunaan barang-barang di rumah, di tempat kerja dan di sekolah. Kertas bekas misalnya, dapat digunakan sebagai bahan mentah pembuatan kertas baru dan produk-produk yang terbuat dari kertas. Selain itu kertas dapat digunakan kedua sisinya. Setiap 907 kg kertas yang didaur ulang kembali berarti ada 17 pohon yang diselamatkan.
Praktek-praktek tersebut meliputi:
• Daur ulang, gunakan kembali dan mengurangi (Reduce, Reuse and Recycle) penggunaan barang-barang di rumah, di tempat kerja dan di sekolah. Kertas bekas misalnya, dapat digunakan sebagai bahan mentah pembuatan kertas baru dan produk-produk yang terbuat dari kertas. Selain itu kertas dapat digunakan kedua sisinya. Setiap 907 kg kertas yang didaur ulang kembali berarti ada 17 pohon yang diselamatkan.
·
Belilah
produk yang dibuat dari bahan daur ulang dengan kemasan seminim mungkin atau tanpa kemasan sama
sekali.J
·
Jagalah agar
selokan di lingkungan kita bersih, karena semua yang masuk di dalamnya akan
bermuara di laut.
·
Jangan
buang puntung rokok di jalan dan di pantai
·
Buanglah benang,
jaring dan mata pancing pada tempat yang sesuai, dan bukan di laut.
Ketika laut
menjadi tempat sampah kita semua, maka tanggung jawab kita bersama jugalah
untuk membersihkannya dan memastikan bahwa laut nyaman ditinggali oleh biota
laut dan dikunjungi oleh manusia untuk rekreasi maupun dalam mencari nafkah.
Ayo, marilah disiplin membuang sampah pada tempat yang disediakan!Yht.141211.
E. Daftar pustaka
Sumber utama : laman pendidikan masyarakat Negara Bagian Kalifornia AS, diakses tanggal 14 Desember 2011
Sumber lainnya
(tanpa link):
[1]
Laist, D. W., 1997. Impacts of marine debris: entanglement of marine life in
marine debris including a comprehensive list of species with entanglement and
ingestion records. In: Coe, J. M. and D. B. Rogers (Eds.), Marine Debris —
Sources, Impacts and Solutions. Springer-Verlag, New York, pp. 99-139.