BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
-
Masalah
dunia
Masalah Kematian Ibu Masalah Dunia "Lebih dari
500,000 perempuan meninggal setiap tahun akibat persalinan; beberapa juta lagi
menjadi sakit atau cacat" 1 Pada dasawarsa terakhir ini, dunia
internasional nampaknya benar-benar terguncang. Bagaimana tidak jika setiap
tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya karena
persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga
dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha
tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi
internasional misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman (making
pregnancy safer program) yang dilaksanakan oleh WHO (World Health
Organisation), atau program gerakan sayang ibu (safe motherhood program) yang
dilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi
internasional di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain usaha usaha tersebut, ada pula
beberapa konferensi international yang juga bertujuan untuk menurunkan angka
kematian ibu seperti Internasional Conference on Population and Development, in
Cairo, 1994 dan the World Conference on Women, in Beijing, 1995. Pada beberapa
tahun setelah itu angka kematian ibu (AKI) di Indonesia kenyataannya belum juga
dapat menurun, bahkan masih lebih tinggi dibanding negara tetangga lain seperti
Malaysia dan Singapura, tetapi nampaknya usaha global mampu menjadi pendorong
agar pemerintah Indonesia dapat lebih serius lagi menangani masalah kematian
ibu. Pada saat ini, menurut catatan WHO angka kematian ibu di Indonesia adalah
470 orang per100.000 kelahiran.2 Angka yang memang sangat mengkhawatirkan,
karena meningkat dari angka yang tercatat pada beberapa tahun sebelumnya. Pada
tahun 1997, angka kematian ibu mencapai 397 orang per 100.000 kelahiran yang
berarti bertambah sekitar 73 orang. Dan untuk menangani dan mengantisipasi
kematian ibu di tahun-tahun selanjutnya nampaknya keterlibatan Indonesia dalam
usaha usaha di lingkup global menjadi sangat penting. Negara-negara di Asia,
termasuk Indonesia, adalah negara dimana setiap warga perempuannya memiliki
kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara Barat dalam hal kematian
ibu karena persalinan. Beberapa faktor penyebabnya adalah pertama berkaitan
dengan faktor pelayanan kesehatan, termasuk fasilitas yang kurang baik dan
ketidakmampuan untuk menerima perlakukan yang khusus oleh seorang ahli medis.
Faktor kedua adalah faktor reproduksi perempuan sendiri, yaitu perempuan yang
terlalu muda atau terlalu tua dimana badannya tidak kuat untuk menangani
persalinan. Sedangkan faktor yang ketiga adalah sosio-ekonomi, dimana dalam
faktor ini termasuk juga hal-hal seperti kemiskinan, buta huruf, kekurangan
gizi dan status sosio-ekonomi perempuan yang sering rendah. Dan semua faktor
ini jauh lebih sering muncul di negara berkembang dari pada di negara Barat. 3
Akhirnya yang harus diingat dari informasi di atas adalah sesungguhnya masalah
kematian ibu bukanlah masalah si ibu sendiri akan tetapi merupakan masalah
internasional, dimana setiap negara seharusnya memilikin tanggung jawab untuk
menanggulangi dan mencegah bertambahnya kematian ibu karena proses reproduksi.
Tentunya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah ini menjadi
sangat penting disamping juga perhatian terhadap isu isu kesehatan reproduksi.
Hal yang tidak kalah penting untuk diingat adalah bahwa kematian ibu dan
keamanan bagi kehamilan setiap calon ibu tentunya akan menjadi tanggungjawab
seluruh warga dunia, bukan hanya organisasi internasional, seperti WHO atau PBB
tetapi juga tanggung jawab kita semua. Dan ini menjadi sesuai dengan tujuan PBB
yaitu menurunkan tiga per empat angka kematian ibu di seluruh dunia sebelum
tahun 2015.
-
Nasional
Pemerintah mengakui kesulitan untuk menurunkan angka
kematian ibu melahirkan yang masih tergolong tinggi di Indonesia. Salah satu
kendala utamanya adalah sulitnya para ibu hamil mendapatkan akses pelayanan
kesehatan akibat faktor geografis dan budaya masyarakat setempat. “Angka
kematian ibu rata-rata 102 per 100 ribu kelahiran. Padahal salah satu indikator
keberhasilan Millenium Development Goals (MDGs) adalah turunnya angka kematian
ibu melahirkan. Namun itu sulit tercapai,” kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sendyaningsih di Yogyakarta, Jumat 21 Oktober 2011.
Menurut Endang, kesulitan untuk menurunkan angka
kematian ibu melahirkan tidak saja terjadi di Indonesia, tapi hampir di semua
negara di dunia ini. “Ada 4 faktor yang menyebabkan kematian ibu melahirkan,
yakni terlalu tua saat hamil, terlalu muda untuk hamil, terlalu sering hamil, dan
terlalu dekat jarak kehamilannya,” jelas Endang. Oleh karena itu, ujar Menkes,
akses pelayanan kesehatan untuk ibu hamil perlu ditingkatkan. Salah satu
caranya, lanjut Endang, Kementerian Kesehatan kini menggalakkan pendidikan
kesehatan reproduksi di kalangan siswa sekolah, mulai dari SD hingga SMA.
“Perlu ditanamkan norma dan budaya, bahwa menikah itu idealnya pada usia 24-25
tahun. Padahal, 20-30 persen perempuan Indonesia menikah di bawah usia 20
tahun, terlalu muda,” kata Menkes. Menurutnya, Kemenkes saat ini juga telah
memperkenalkan beberapa program untuk meningkatkan kesehatan ibu, seperti
meningkatkan peran suami dalam perawatan kesehatan ibu, meluncurkan program
kesehatan gender responsif, dan memperkenalkan skema bantuan sosial. “Program
ini memberikan pelayanan persalinan gratis, perawatan di fasilitas kesehatan,
perawatan pasca persalinan, dan perawatan pasca persalinan, dan pelayanan
keluarga berencana bagi semua ibu hamil yang tidak tercakup oleh asuransi
kesehatan,” kata Endang.
-
Kota
Angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Padangpanjang, terus menurun. Seperti diketahui, sejak 2009-2011, AKI sudah
tak ada lagi di Padangpanjang. Begitu juga AKB turun dari enam kasus kematian
(2010) menjadi 4 kasus (2011). Sedangkan kunjungan ibu hamil saat ini sudah
mencapai 778 orang dari target 1.095 orang (hingga Desember 2011). Pencapaian
kunjungan ibu hamil ke puskesmas mencapai 96 persen (2010) atau 1.068 orang
dari target 1.184 ibu hamil “Tahun ini, kami optimistis pencapaian kunjungan
ibu hamil tercapai hingga Desember. Sebab, dari total kunjungan hingga
September sudah terlihat bagus. Waktu tersisa masih ada tiga bulan lagi,” ujar
Kabid Unit Pelayanan Kesehatan DKK Padangpanjang, Elsa Martalena.
-
Kondisi
saat ini
Program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang
diluncurkan pusat mulai terasa manfaatnya di Kota Padangpanjang. Angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Padangpanjang, terus menurun. Seperti diketahui, sejak 2009-2011, AKI sudah
tak ada lagi di Padangpanjang. Begitu juga AKB turun dari enam kasus kematian
(2010) menjadi 4 kasus (2011). Sedangkan kunjungan ibu hamil saat ini sudah
mencapai 778 orang dari target 1.095 orang (hingga Desember 2011). Pencapaian
kunjungan ibu hamil ke puskesmas mencapai 96 persen (2010) atau 1.068 orang
dari target 1.184 ibu hamil “Tahun ini, kami optimistis pencapaian kunjungan
ibu hamil tercapai hingga Desember. Sebab, dari total kunjungan hingga
September sudah terlihat bagus. Waktu tersisa masih ada tiga bulan lagi,” ujar
Kabid Unit Pelayanan Kesehatan DKK Padangpanjang, Elsa Martalena.
Dikatakannya, kematian bayi umumnya disebabkan
faktor Asfexia (sesak nafas) dan rendahnya pengetahuan ibu dalam menjaga
kehamilan. Sehingga, banyak terjadinya ketuban pecah dini (KPD) dan kehamilan
lewat waktu yang berakibat fatal atas kelahiran jabang bayi. “Melalui
Jampersal, seluruh ibu hamil mendapat layanan maksimal di setiap puskesmas,
petugas bidan swasta dan rumah sakit,” tuturnya. Terpisah, Penanggungjawab
Pengelolaan Jamkesmas dan Jampersal DKK Padangpanjang, Yurmanis menyebutkan
layanan Jampersal akan membantu ibu hamil, mulai dari pemeriksaan kehamilam
hingga masa nifas, tanpa dipungut biaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENYEBAB
Nutrisi
dan gizi yang cukup merupakan salah satu syarat penting yang harus dipenuhi
selama masa kehamilan. Namun, salah satu gangguan terbesar penyerapan nutrisi
ini disebabkan karena adanya rasa mual dan muntah yang sering dialami ibu
hamil. "Mual dan muntah ini umum terjadi pada ibu hamil. Sekitar 50-90
persen ibu hamil pasti mengalami hal ini," ungkap dr Prima Progestian,
SpOG, ahli kandungan dan kebidanan, saat talkshow "Jangan Biarkan
Rasa Mual Menghalangi Asupan Nutrisi untuk Kehamilan Sehat", yang diadakan
Anmum Materna di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Minggu (2/9/2011) lalu.
Ada
beberapa penyebab mual dan muntah yang sering dialami ibu hamil ini, baik dari
faktor internal seperti hormon, maupun faktor eksternal seperti kondisi si ibu.
1.
Perubahan hormon.
Dalam masa kehamilan,
ibu hamil mengalami perubahan hormon dari dalam tubuhnya. Tak heran hal ini
akan membuat kondisi fisiologis ibu pun berubah. Kandungan hormon yang paling
tinggi pada ibu hamil adalah estrogen, progesteron, dan HCG. "Ketiga hormon
ini dituding sebagai penyebab utama rasa mual. Hormon progesteron ini membuat
relaksasi otot polos dan membuat rahim tenang," tukas dokter yang
berpraktik di Brawijaya Women and Children Hospital, Jakarta Selatan, ini.
Hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) juga merupakan salah satu
hormon yang hanya dimiliki oleh ibu hamil karena hormon ini dibentuk oleh janin
agar rahim menjadi lebih kuat. Semakin tinggi kandungan hormon ini, rasa mual
akan semakin kuat, karena hormon ini akan meningkat dua kali lipat. Misalnya,
pada kehamilan kembar.
2.
Adanya infeksi.
Mual dan muntah memang
menjadi kondisi umum pada ibu hamil, namun biasanya hal ini akan berlangsung
pada trimester pertama dan terjadi pada pagi hari (morning sickness).
"Namun pada beberapa kasus, sering sekali terjadi mual dan muntah setelah
melewati trimester pertama, dan bisa berlangsung sepanjang hari," tukas dr
Prima.
Rasa mual dan muntah
yang sering dan berkepanjangan bisa dicurigai bahwa si ibu terserang infeksi
bakteri Helicobacter pylori. Jika kecurigaan terserang infeksi ini tak
ditanggapi dengan perawatan intensif, lambat laun ibu hamil akan terserang Hiperemesis
gravidarum (HG). Serangan ini menyebabkan ibu hamil mengalami mual-muntah
hingga usia kandungan 20 minggu, dimana apa pun yang dikonsumsi akan
dimuntahkan kembali. Kondisi ini bisa mengganggu aktivitas ibu hamil
sehari-hari, seperti saat bekerja di kantor.
3. Kondisi psikologi.
Banyak hal yang
menyebabkan kondisi psikologis ibu hamil tak stabil. Banyak pikiran ataupun
stres juga bisa berpengaruh pada rasa mual dan muntah. Tak hanya itu, motif
ekonomi atau tak siap punya anak juga bisa merangsang rasa mual. "Kondisi
hamil di luar nikah, serta adanya keinginan untuk mencari perhatian suami juga
jadi penyebabnya
B.
FAKTOR
RISIKO
A. Faktor
Resiko Sebelum Kehamilan
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu
keadaan yang menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika
seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk
mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.
Karakteristik ibu Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan
berusia 15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi
(suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air
kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat
pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan
rendah atau bayi kurang gizi. Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih
rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau fibroid di dalam rahim
serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko
memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma Down) semakin
meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan
pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.
Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50
kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK,
kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang
dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang wanita
gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama
kehamilan. Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter,
lebih mungkin memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan
melahirkan bayi yang sangat kecil. Peristiwa pada kehamilan yang lalu Seorang
wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama,
memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi.Keguguran juga lebih
mungkin terjadi pada wanita yang pernah
melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah
melahirkan bayi prematur. Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita
yang pernah mengalami keguguran menjalani pemeriksaan untuk:
-
kelainan kromosom atau hormon
-
kelainan struktur rahim atau leher rahim
-
penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
-
reksi kekebalan pada janin (biasanya
ketidaksesuaian Rh).
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka
dilakukan tindakan pengobatan. Kematian
di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
-
Kelainan kromosom pada bayi
-
Diabetes
-
Penyakit ginjal atau pembuluh darah
menahun
-
Tekanan darah tinggi
-
Penyalahgunaan obat
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur,
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan
berikutnya. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan
kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur
pada kehamilan berikutnya. Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan
berat badan lebih dari 5 kg, mungkin dia menderita diabetes. Jika selama
kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka resiko terjadinya keguguran
atau resiko kematian ibu maupun bayinya meningkat. Pemeriksaan kadar gula darah
dilakuka pada wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu. Seorang
wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin
mengalami:
-
kontraksi yang lemah pada saat persalinan
(karena otot rahimnya lemah
-
perdarahan setelah persalinan (karena otot
rahimnya lemah)
-
persalinan yang cepat, yang bisa
menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina yang berat
-
plasenta previa (plasenta letak rendah).
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang
menderita penyakit hemolitik, maka bayi berikutnya memiliki resiko menderita
penyakit yang sama. Penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki Rh-negatif,
darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang
darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin. Pada
kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan ayah. Jika ayah
memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-positif;
jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya
untuk memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%. Biasanya pada kehamilan pertama,
perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak
antara darah ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk
antibodi. Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan
berikutnya. Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu
yang memiliki Rh-negatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan
menghancurkan antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang
terjadi. Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi,
kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika
diluar kehamilan dia menderita tekanan darah tinggi menahun.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya. Kelainan struktur Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen. Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya:
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya. Kelainan struktur Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen. Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya:
-
kelahiran prematur
-
gangguan selama persalinan
-
kelainan letak janinan
-
kelainan letak plasenta
-
keguguran berulang.
a.
Keadaan
kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita
hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
-
Tekanan darah tinggi menahun
-
Penyakit ginjal
-
Diabetes
-
Penyakit jantung yang berat
-
Penyakit sel sabit
-
Penyakit tiroid
-
Lupus
-
Kelainan pembekuan darah.
b.
Riwayat
keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit
keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung.
Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.
B. Faktor
Resiko Selama Kehamilan
Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa
mengalami suatu perubahan yang menyebabkan bertambahnya resiko yang
dimilikinya. Dia mungkin terpapar oleh teratogen (bahan yang bisa menyebabkan
cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi;
atau dia bias mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan. Obat-obatan atau infeksi Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan
cacat bawaan jika diminum selama hamil adalah:
-
Alkohol
-
Phenitoin
-
Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat
(misalnya triamteren atau trimethoprim)
-
Lithium
-
Streptomycin
-
Tetracyclin
-
Talidomide
-
Warfarin.
Infeksi
yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
-
Influenza
-
Gondongan
-
Campak Jerman (rubella)
-
Cacar air (varisela)
-
Sifilis
-
Listeriosis
-
Toksoplasmosis
-
Infeksi oleh virus coxsackie atau
sitomegalovirus.
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya,
tetapi hanya sekitar 20% wanita yang berhenti merokok selama hamil. Efek yang
paling sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang
rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:
-
komplikasi plasenta
-
ketubah pecah sebelum waktunya
-
persalinan prematur
-
infeksi rahim.
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya
menghindari asap rokok dari orang lain karena bisa memberikan efek yang sama
terhadap janinnya. Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering
ditemikan pada bayi yang ibunya merokok. Merokok selama hamil juga bisa
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma kematian bayi mendadak. Selain
itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang
sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan
perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan
berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang merangsang
pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke
plasenta dan rahim). Mengkonsumsi Alkohol
selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan. Sindroma alkohol pada janin
merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama hamil. Sindroma
ini ditandai dengan:
-
keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau
sesudah lahir
-
kelainan wajah
-
mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil),
yang kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan otak yang dibawah normal
-
kelainan perkembangan perilaku
Sindroma
alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental. Selain itu,
alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada
bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang
memperhatikan).
Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg. Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi, bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil. Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg. Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi, bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil. Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
-
Anemia
-
Bakteremia
-
Endokarditis
-
Abses kulit
-
Hepatitis
-
Flebitis
-
Pneumonia
-
Tetanus
Penyakit menular seksual (termasuk AIDS). Sekitar
75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau pramuria.
Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual
lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan
mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir prematur. Kokain merangsang sistem
saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan
pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya
aliran darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Berkurangnya
aliran darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ
dan biasanya menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus. Pemeriksaan
air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
-
seorang wanita hamil tiba-tiba menderita
tekanan darah tinggi yang berat
-
terjadi perdarahan akibat pelepasan
plasenta sebelum waktunyA
-
terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya
tidak diketahui.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan
prematur, 19% melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami
pelepasan plasenta sebelum waktunya. Jika pemakaian kokain dihentikan setelah
trimester pertama, maka resiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta
sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal.
Keadaan
kesehatan
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa
disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain. Tekanan darah tinggi di akhir
kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus
segera diobati. Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung
kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan
bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa
menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi
vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan
ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan
antibiotik. Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4�
Celsius) pada trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya
keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi. Demam pada trimester terakhir
menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan prematur.
Komplikasi
kehamilan
1. Inkompatibilitas
Rh
Ibu
dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. Yang
paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Penyakit hemolitik bisa terjadi jika
ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif
dan tubuh ibu membuat antibodi untuk melawan darah janin. Jika seorang ibu
hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin
setiap 2 bulan. Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
-
setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu
dan darah janin bercampur
-
setelah pemeriksaan amniosentesis
-
dalam waktu 72 jam setelah melahirkan
bayi dengan Rh-positif.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.
2. Perdarahan
Penyebab
perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
-
Kelainan letak plasenta
-
Pelepasan plasenta sebelum waktunyA
Penyakit pada vagina atau leher rahim
(misalnya infeksi). Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya
kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan. Untuk
menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG,
pengamatan leher rahim dan Pap smear.
3. Kelainan
pada cairan ketuban
Air
ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan
diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu
atau terjadinya persalinan prematur. Air ketuban yang terlalu banyak cenerung
terjadi pada:
-
ibu yang menderita diabetes yang tidak
terkontrol
-
kehamilan ganda
-
inkompatibilitas Rh
-
bayi dengan cacat bawaan (misalnya
penyumbatan kerongkongan atau kelainan sistem saraf).
Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
-
bayi yang memiliki cacat bawaan pada
saluran kemih
-
bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
-
bayi yang meninggal di dalam kandungan.
4. Persalinan
prematur
Persalinan
prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
-
ibu memiliki kelainan struktur pada
rahim atau leher rahim
-
perdarahan
-
stress fisik atau mental
-
kehamilan ganda
-
ibu pernah menjalani pembedahan rahim.
Persalinan prematur seringkali terjadi jika:
-
bayi berada dalam posisi sungsang
-
plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
-
ibu menderita tekanan darah tinggi
-
air ketuban terlalu banyak
-
ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal
atau apendisitis.
5. Kehamilan
ganda
Kehamilan
lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya
cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.
6. Kehamilan lewat waktu
Pada
kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan
terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.
1. Bayi kecil Bayi prematur adalah bayi yang
lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu
2. Bayi lahir dengan berat badan rendah adalah
bayi yang pada saat dilahirkan memiliki berat badan 2,75 kg atau kurang
3. Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang
berat badannya lebih kecil jika dibandingkan dengan usia kehamilan
4. Bayi
yang pertumbuhannya terhambat adalah bayi yang pertumbuhannya (berat dan tinggi
badan) di dalam rahim terhambat.
C.
HAL-HAL
YANG BERPENGARUH
a. Faktor
fisik
-
Gizi
Nutrisi atau zat gizi
pada wanita hamil sangat penting, karena harus mensuplay kebutuhan ibu dan juga
janin. Karena zat gizi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin,
ada hubungan sangat erat antara makanan ibu hamil dengan keadaan bayi setelah
lahir. Pola makanan yang tidak teratur atau salah dan salah makan merupakan
kebiasaan yang akan menyebabkan timbulnya penyakit. Penyakit yang diakibatkan
kurang gizi bahkan terkadang kelebihan gizi selama hamil.
Sebagian besar ibu hamil karena faktor ketidaktahuan akan
zat gizi tidak memperhatikan makanan yang ia makan. Pada trimester 1 pengaruh
emesis terkadang ibu hamil ingin makan yang aneh-aneh, sehingga pada trimester
ini sering terjadi kekurangansuplay gizi yang dibutuhkan. Akan tetapi, pada
trimester ke-2 dan terutama masa paling kritis adalah pada triwulan ke-3
kehamilan ( janin umur 6 bulan ). Terkadang ibu hamil tidak memikirkan asupan
gizi dan diet yang perlu diperhatikan pada masa kehamilan, sehingga sering
terjadi kekurangan gizi atau sebaliknya. Kelebihan yang akan berdampak pula
pada keadaan janin dalam kandungan maupun bayi setelah lahir.
-
Gaya hidup
Obat-obatan, alkohol,
tembakau
Penyalahgunaan atau
pola penggunaan zat kimia atau obat secara berlebihan atau tidak tepat atau
biasa disebut substance abuse pada ibu hamil sesuai penelitian sejak tahun 1964
pada kelainan bayi yang disebabkan oleh Thalidomide. Telah menemukan selama
periode kritisbketika bayi sedang dalam proses pembentukan, bahkan setiap dosis
tunggal dari obat yang membahayakan yang diminum oleh ibu dapat menyebabkan
kelainan pada janin. Obat-obat ediktif seperti heroin yang digunakan oleh ibu
masuk kedalam darah janin dan menyebabkan janin menjadi tergantung pada obat
tersebut. Ketika bayi lahir sumber obat tersebut dihentikan, dan mereke
menunjukkan ancaman hidup khas. Gejala putus obat pada saat bayi lahir seperti
ini mungkin dimasukkan ke PWT, intensif neonatus untuk observasi.semua alkohol
harus dihindari selama masa kehamilan, karena penelitian terakhir menunjukkan
bahwa wanita hamil yang minum alkohol memiliki resiko mendapatkan anak dengan
kelainan congenital, restardasi fisik dan pertumbuhan mental, kelainan mata,
jantung, telinga, wajah dan otak.
Penelitian terakhir juga menunjukkan bahwa merokok atau
secara terus menerus terpapar pada lingkungan berasap adalah membahayakan baik
bagi ibu atau bayinya, menyebabkan retardasi pertumbuhan mental, memperburuk
keadaan sistem pernafasan akut atau kronik. Merokok juga mengganggu kemampuan
tumbuh untuk menggunakan vitamin C, suatu vitamin yang dibutuhkan untuk
pembentukan jaringan dalam pertumbuhan janin.
-
Aktivitas dan istirahat
Kehamilan benar-benar
menuntut ibu untuk mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, kendati keadaan
hamil tidak boleh digunakan sebagai alassan untuk menghindari pekerjaan yang
tidak disukainya. Ibu hamil harus mempertimbangkan gaya hidup yang mendukung
kesehatannya sendiri maupun kesehatan bayinya, kebiasaan tidur malam, kegiatan
sosial yang menyibukkan, kebiasaan menghadiri pesta-pesta dalam ruangan yang
penuh dengan asap rokok, semua ini harus dipertimbangkan dan kalau mungkin
dikurangi hingga seminimal mungkin.karena kelatihan dalam kehamilan dapat
menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan ibu masa hamilyang bisa
mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
b. Faktor
psikologis
a. Stressor
internal dan eksternal
Yang dimaksud dengan
stressor internal dan eksternal adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan
gangguan atau stress yang berasal dari dalam dan luar diri seseorang.
-
Stressor internal
Pada umumnya kehamilan
memberikan arti emosiopnal yang sangat besar pada setiap wanita, sehubungan
dengan peristiwa kehamilan tersebut pada umunya terjadi bahwa calon ibu atau
wanita yang dengan hamil itu sering dihinggapi oleh keinginan-keinginan atau
kebiasaan aneh. Bahkan ada yang mempunyai keinginan yang tradisional dan pada
umumnya senantiasa dibarengi emosi-emosi dan dorongan-dorongan yang kuat.
Banyak orang yang dengan penelitian-penelitiannya mengatakan bahwa keadaan
tersebut dirangsang oleh kebutuhan-kebutuhan hormonal. Seorang wanita menjadi
sangat perasa, mudah tersinggung, lebih-lebih jika permintaannnya tidak
dipenuhi oleh suami maka timbullah semacam obsesi dan tekanan batin pada
kehidupan psikisnya. Seorang wanita yang hidup bahagia biasanya merasakan
kepuasan dan kebahagiaan katika ia menjadi hamil. Ia bangga akan keadaan
dirinya serta kesuburannya dan kegairahan menyambut bayinya yang akan lahir.
Namun demikian sekalipun seorang wanita itu berhasrat benar untuk menjadi ibu
dan cukup realitas disertai sikap hidup yangsehat terhadap diri sendiri dan
orang lain. Kehamilan ini merupakan suatu tujuan berat baginya dan menimbulkan
ketakutan-ketakutan tertentu itu adalah berupa kerisauan disebabkan oleh
kelelahan dan kesakitan jasmani, jadi bingung, kecemasan.
-
Stressor eksternal
Kita tidak bisa
mengabaikan pengaruh lingkungan terhadap kehamilan, pengaruh lingkungan inilah
yang disebut stressor eksternal. Adapun yang dimaksud dengan pengaruh
lingkungan tersebut adalah suami, RT keluarga.
Lingkungan dan kenudayaan, maka psikologi mengenai
kehamilan itu mau tidak mau banyak diwarnai dengan kepercayaan dan keyakinan
tradisional daerah masing-masing. Reaksi psikis terhadap kehamilan itu dengan
sendirinya sangat banyak dan amat bervariasi, namun elemen pokok yang umum
terhadap pada setiap wanita hamil ialah ketakutan dan kepercayaan tahayyul,.
Hal ini dapat terjadi baik terhadap wanita terpelajar atau tidak. Peristiwa
demikian ini terjadi pada hampir setiap wanita di dunia, sekalipun kebudayaan
mereka berbeda. Ringkasnya, semua mekanisme perasaan dan relasi dengan
kehamilannya itu sangat dipengaruhi olehlingkungan yang paling dekat, terutama
dipengaruhi oleh ekseptasi dukungan masyarakat lingkungan tersebut terhadap si
bayi yang berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Juga policy
nasional, interest ekonomi, nilai-nilai etis tertentu mengenai hakekat anak
manusia, semua ikut mempengaruhi sikap wanita terhadap kehamilannya. Bahkan
peraturan-peraturan sosial yang dikembangkan oleh manusia sendiri mengenai
kelahiran anak, itu sering bertentangan dengan hukum-hukum biologis kodrat.
Ketakutan-ketakutan dalam berbagai macam bentuk dan
ekspresinya berupa kesulitan-kesulitan ekonomis, kesulitan emosional
macam-macam penyakit. Kematian dalam keluarga, relasi tidak harmonis dengan
suami dan dengan anggota keluarga lainnya, lingkungan tetangga dan masyarakat
semua karena lingkungan itu langsung atau tidak langsung memberikan pengaruh
terhadap kehamilannya. Sehubungan dengan banyaknya faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi wanita hamil, maka mereka
sering menutup diri dan menyembunyikan segenap intimitas serta emosi-emosinya,
sehingga sulit bagi kita ikut menghayati semua kehidupan wanita hamil serta
sulit memperoleh data informasi yang cukup banyak dan terpercaya tentang
kehidupan psikis seorang wanita hamil.
b. Support
keluarga
Pada kehamilan sering
terjadi perubahan psiko sosial pada seorang wanita mengikuti perubahan
psikologis. Berbagai reaksi wanita muncul terhadap kehamilannya, salah satunya
sikap ambivalen, hal ini dikarenakan perubahan peran yang akan dialaminya dan
tanggung jawab besar yang akan diterimanya.kondisi kesiagaan bagi wanita hamil
itu, perlu dilengkapi sekuritas sosial. Hal ini bisa dihayati jika wanita itu
merasakan cinta mesra suaminya, semua kerisauan, kecemasan, ketakutan dan
kepanikan, baik rill maupun yang bersifat fantasi yang ada dalam masa kehamilan
akan berkurang atau bisa lenyap sama sekali jika yang bersangkutan merasa
terlindungi oleh suaminya. Jika ia merasakan sikap keayahan yang mantap dari
bekal ayah dan anak yang dikandungnya.
Dalam menghadapi masalah psikologis yang ditimbulkan oleh
kehamilan, sangat diperlukan adanya bantuan selain dari suami juga dari pihak
keluarga ibu untuk memberikan dukungan dan support untuk wanita hamil. Support
keluarga yang dekat diberikan pada wanita hamil adalah berupa perhatian, kasih
sayang dan cinta untuk memenuhi kebutuhan wanita hamil baik ini merupakan
kebutuhan psikologi maupun kebutuhan fisik. Adapun manfaat dari support
keluarga terhadap kehamilan adalah dengan adanya campur tangan keluarga dapat
membantu ibu untuk meneruskan keputusan mereka. Dengan dukungan keluarga berupa
perhatian, memberikan perlindungan cinta dan kasih sayang serta memberi
pengertian/penjelasan kepada ibu bahwa apa yang dialami ibu sekarang adalah
sesuatu yang wajar dan alamiah.serta situasi/keadaan atau ketidaknyamanan yang
dialaminya lambat launakan hilang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Dukungan keluarga sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan emosional ibu
selama periode kehamilannya.
c. Faktor
lingkungan
Pengaruh lingkungan
terhadap kehamilannya mencakup :
1. Suami
a. Peranan
suami dalam kehamilan besar
pengarunhnya, karena dukungan atau support yang berdasarkan cinta kasih
dapat mengalahkan segalanya.
b. Suami
merupakan pengambil keputusan yang utama bila terjadi gawat darurat pada ibu
hamil.
2. Keluarga
a. Hidup
diantara lingkungan keluarga dapat mempengaruhi wanita dalam kehamilannya.
b. Tinggal
di lingkungan keluarga biasanya dapat memberi dukungan terhadap kehamilannya,
tetapi sebaliknya ada juga ibu hamil yang merasa tidak nyaman tinggal di
lingkungan keluarga terutama di lingkungan keluarga suami atau mertua.
3. Teman
a. Bergaul
dengan teman sesama dapat memberikan pengaruh yang positif maupun negatif.
Pengaruh positif dapat membantu ibu ke hal-hal yang sehat dan dapat mengurangi
stress serta dapat meminta pendapat sesuai pengalamannya.
b. Sedang
pengaruh negatif dapat mempengaruhi kehamilannya dengan cara-cara dapat
menambah masalah pada kesehatan lainnya seperti merokok dan lain-lain.
4. Lingkungan
yang sehat termasuk tempat tinggal yang nyaman, bebas dari kebisingan.
5. Iklim
Keadaan iklim yang
buruk dapat mempengaruhi kenyamanan.
d. Faktor
sosial
Pengaruh adat istiadat,
tradisi dan kebudayaan terhadap kehamilan amat bervariasi dan tidak sama, oleh
karena itu pengaruhnya amat luas. Pengaruh-pengaruh tersebut mencakup :
-
Kebiasaan atau gaya hidup.misalnya
kebiasaan/tradisi suatu daerah yang mengharuskan ibu hamil untuk makan atau
minum ramuan agar kehamilannya aman, seperti minum jamu dan lain-lain.
-
Kebiasaan dari suatu daerah dalam
menyambut kehamilan yang diadakan pesta dan mandi dengan menggunakan
bunga-bunga.
-
Kebiasaan tiap ibu hamil harus diurut
agar mempercepat proses kelahirannya nanti.
e. Ekonomi
Faktor ekonomi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan selama masa hamil, biasanya :
1. Makan
2. Pakaian
3. Persiapan
persalinan
Dalam mempersiapkan
persalinan faktor ekonomi sangat menentukan karena pada saat itu lansung atau
tidak, mau tidak mau harus mengeluarkan biaya seperti :
a. Persiapan
biaya untuk kebutuhan bayi dan ibu nanti setelah melahirkan.
Kebutuhan bayi berupa :
baju-baju,popok,gurita,bantal, dan lain-lain
Kebutuhan ibu berupa :
gurita, BH, celana dalam, softex, dan lain-lain
D.
PENANGANAN
Salah
satu penanganan ibu hamil adalah dengan cara memenuhi kebutuhan dasar ibu hamil
diantaranya sebagai berikut :
1. Nutrisi
Untuk mengkomodasi
perubahan yang terjadi selama hamil, banyak nutrient yang diperlukan dalam
jumlah yang besar daripada yang dibutuhkan orang dewasa normal. Laju metabolik
basal ( basal metabolic rate (BMR ) ) meningkat sekitar 20% selama masa hamil. Peningkatan ini sudah
termasuk pemakaian energy untuk sintesis jaringan.
2. Personal
higiene
a. Perawatan
gigi
Ibu harus pergi
kedokter gigi awal-awal masa kehamilan untuk menambah giginya yang berlubang
dan mengobati giginya yang terinfeksi. Tindakan ini dapat dilakukan dengan aman
kapan saja selama kehamilan walaupun lebih baik dilakukan lebih awal. Untuk
mencegah karies lain, berikan dorongan pada ibu untuk :
-
Menyikat giginya dengan teratur
-
Melakukan floss antara gigi
-
Membilas mulut dengan air setelah makan
atau minum apa saja.
-
Gunakan pencuci mulut yang bersifat
alkali/basa untuk mengimbangi reaksi saliva yang bersifat asam selama masa
kehamilan, yang menyuburkan pertumbuhan bakteri penghancur email.
b. Mandi
Mandi setiap hari
merangsang sirkulasi menyegarkan dan menghilangkan kotoran tubuh. Dengan
berhati-hati agar tidak jatuh, baik mandi shower maupun tubuh dapat dilakukan
oleh wanita hamil.
3. Pakaian
Kriteria untuk pakaian
ini adalah bahwa pakaian tersebut harus mudah disesuaikan dengan perubahan
kontur, mudah dicuci karena meningkatnya perspirasi, longgar sehingga tidak
menyebabkan sesak sepatu/sandal, sebaiknya pilihlah yang haknya pendek dan
tidak terlalu pas kaki.
4. Eliminasi
Konstipasi merupakan
hal yang umum selama kehamilan karena aksi hormonal yang mengurangi gerakan
peristaltic usus dan pembesaran uterus yang menahannya. Waktu yang teratur,
bersamaan asupan cairan ekstra dan laksatif buah-buahan adalah cara terbaik non
medis yang sangat dianjurkan.
5. Hubungan
seksual
Banyak wanita mengalami
peningkatan tekanan seksual kehamilan. Hal ini disebabkan sebagian oleh
peningkatan kongesti darah pada vulva dan peningkatan kesadaran tentang peran
seksual wanita. Kecuali terdapat adanya riwayat abrosi spontan berulang, tidak
ada alasan untuk membatasi hubungan seksual, frekuwensi, intensitas, posisi
untuk kegiatan seksual memerlukan penyesuaian bagi wanita hamil karena
perubahan konstur tubuhnya.
6. Senam
hamil
Tujuan senam hamil
adalah :
a. Menyesuaikan
tubuh agar lebih baik dalam menyanggah beban kehamilan.
b. Memperkuat
otot untuk menahan beban tambahan.
c. Membangun
daya tahan tubuh.
d. Menyesuaikan
dengan adanya pertambahan berat badan dan perubahan keseimbangan.
e. Meredakan
ketegangan dan membantu relaksasi
f. Memperoleh
kepercayaan dan sikap mental yang baik.
Pedoman keselamatan
untuk senam hamil :
a. Boleh
melanjutkan semua bentuk senam dalam kehamilan yang sudah terbiasa dilakukan
oleh seorang ibu.
b. Minum,
yang cukup sebelum, selama dan setelah melakukan senam adalah sangat penting,
ibu hamil hendaknya mengkonsumsi 1-2 liter air dalam sehari.
c. Senam
ringan hingga edang dan teratur 3 kali seminggu lebih disukai, kegiatan senam
secara aktif dilakukan sekali seminggu.dan lain-lain sebagainya.
Senam yang sederhana
dan baik :
a. Berjalan
adalah sederhana yang paling baik.
b. Sesi
relaksasi 20 menit melepaskan ketegangan pada semua posisi yang nyaman, lakukan
2 kali sehari
c. Bila
hendak mengangkat sesuatu, lekukan lutut, tegakkan pinggang, lalu angkat, hal
ini akan melindungi punggung bagian bawah. Dan lain-lain sebagainya.
7. Aktivitas
dan istirahat
Letih adalah gejala
awal pada kehamilan. Sebagaimana tubuh telah terbiasa dengan kehamilan dan ibu
terbiasa dengan lingkup kerja dan istirahat gejala ini berkurang. Selama
kehamilan trimester pertama sebagian besar ibu merasakan bahwa tidur disiang
hari sangat membantu. Kongesti darah pada velvic dan tungkai berkurang, kerja
jantung berkurang dan stress menghilang.
8. Imunisasi
TT
Sesuai dengan
rekomendasi WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi anti
tetanus, ia harus mendapatkan paling kurang 2 kali suntikan selama
kehamilannya. ( suntikan pertama pada saat kunjungan antenatal pertama dan
suntikan ke 2 pada 4 minggu mendatang )
9. Persiapan
laktasi
Selama kehamilan
payudara harus dipersiapkan untuk fungsi uniknya dalam menghasilkan ASI untuk
bayi neonates segera setelah bayi lahir. Karena payudara meningkat beratnya,
berat yang dapat menyangga payudara dengan baik digunakan untuk perlindungan.
Bila memutuskan untuk memberikan ASI pada bayinya ( perawatan putting sangat
dianjurkan ).
10. Persiapan
persalinan dan kelahiran bayi
Rencana persalinan
adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu anggota keluarganya dan bidan.
Rencana ini tidak harus dalam bentuk tertulis dan biasanya memang tidak
tertulis. Rencana inihanya lebih sekedar diskusi untuk memastikan bahwa ibu
dapat menerima asuhan yang ia perlukan. Dengan adanya rencana persalinan dan
meningkatkan kemungkinan diimana ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta
yang tepat waktu.
11. Memantau
kesejahteraan janin
-
Perkirakan pertumbuhan janin dari tinggi
fundus uteri terhadap usia kehamilan.
-
Lakukan auskutasi denyut jantung janin (
DJJ )
-
Dengan alat laenec atau doppler,
idealnya perhitungan frekuensi jantung dilakukan 1 menit penuh. Normal
frekuensi DJJ 120-160 kali per menit, meningkat pada saat kontraksi.
Pemeriksaan normal/baik : waktu relaksasi jantung normal, waktu kontraksi
terjadi takikardia. Dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Angka kematian ibu melahirkan yang masih tergolong
tinggi di Indonesia. Salah satu kendala utamanya adalah sulitnya para ibu hamil
mendapatkan akses pelayanan kesehatan akibat faktor geografis, faktor ekonomi
sehingga terkadang hanya satu kali atau dua kali memeriksakan kandungannya ke
Bidan/dokter, kurangnya pengetahuan tentang menjaga kehamilan, banyaknya wanita
yang menikah di bawa umur 20 tahun dan adanya budaya masyarakat setempat.