BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kita
semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang
HIV/AIDS. Penyebaran AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekarang
sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan
AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin. Tapi kita
semua tidak perlu takut. Jika kita berprilaku sehat dan bertanggung jawab serta
senantiasa memegang teguh ajaran agama, maka kita akan terbebas dari HIV/AIDS.
Wanita
lebih rentan terhadap penularan PMS dan HIV dibandingkan dengan laki-laki,
akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender. Kondisi
anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi
“menampung”, dan alat reproduksi wanita sifatnya “masuk kedalam” dibandingkan
pria yang sifatnya “menonjol keluar”. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi
infeksi khronik tanpa diketahui oleh yang bersangkutan . Adanya infeksi khronik
akan memudahkan masuknya virus HIV. Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi
wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan
seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV. Faktor
sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan,
ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang
menyebabkan terjadinya pelecehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya
terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival.
1. Penularan seksual
Penularan
(transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan
vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau
membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung
lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko
hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks
oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks
oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual secara umum meningkatkan
risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering
terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
2. Penularan masa perinatal
Transmisi
HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa
perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila
tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan
persalinan adalah sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses
terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat
penularannya hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko
infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban
virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan
sebesar 4%. Bagaimana mengetahui apakah seseorang sudah tertular HIV atau
mengidap AIDS? Sampai tiga atau enam bulan setelah masuknya virus HIV, belum
tentu virus itu bisa ditemukan dalam tubuh karena ia tersembunyi. Masa belum
bisa dilihatnya virus itu disebut masa Jendela.Walaupun belum bisa terlihat,
orang yang sudah tertular HIV bisa menularkannya kepada orang lain. Setelah
enam bulan biasanya virus mulai dapat ditemukan/dilihat kalau orang itu
menjalani tes darah. Belum ada cara lain untuk menemukan virus selain melalui
tes darah. Kalau sudah ditemukan, maka pengidapnya disebut HIV positif. Pada
masa ini, ia masih bisa hidup normal dan melakukan semua kegiatan seperti
biasa. Masa HIVpositif ini bisa sampai 10 tahun kalau daya tahan tubuhnya kuat.
Tetapi bila daya tahan tubuhnya lemah maka orang tersebut bisa cepat terserang
berbagai penyakit lain. Tanda yang menyolok pada penderita AIDS adalah diare
yang terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, kanker kulit, sariawan,
dan berat badan yang turun secara menyolok.
Dari
sudut pandang agama (Islam), penyakit AIDS adalah peringatan Allah swt. kepada
umatnya yang sesat, maka manusia harus menyadari dan kembali ke jalan yang
benar, maka ampunan Allah swt. terbuka lebar.” Islam dalam memerangi penyebaran
HIV/AIDS yang mematikan ini bukanlah dengan metode liberal seperti yang selama
ini diinformasikan kepada masyarakat, melainkan dengan cara :
Pertama
: Dengan menerapkan aturan Sang Pencipta, Allah SWT, yang melarang seks bebas
(perzinaan), kemaksiatan dan penggunaan khamr (termasuk narkoba). Tentang
larangan zina, Allah SWT berfirman:
وَلا
تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا
Janganlah
kalian mendekati zina karena zina itu perilaku keji dan jalan yang amat buruk
(QS al-Isra’ [17]: 32).
Allah
SWT juga memberlakukan hukuman yang amat keras bagi pelaku zina, yakni hukuman
cambuk (Lihat: QS an-Nur [24]: 2). Nabi saw. bahkan memberlakukan hukuman rajam
sampai mati atas pezina yang pernah menikah. Hukuman yang berat juga harus
diberlakukan atas para pengguna narkoba. Selain memang barang haram, narkoba
terbukti menjadi alat efektif dalam penyebarluasan HIV/AIDS.
Kedua
: Semua jenis industri seks bebas dan narkoba harus diberantas habis. Selain
itu, tentu harus ada jaminan dari pemerintah mengenai lapangan pekerjaan yang
layak dan halal bagi para pelaku bisnis haram tersebut.
Ketiga
: mengubur akar persoalannya, yakni sekularisme dan liberalisme, kemudian
menggantinya dengan akidah dan sistem Islam. Dalam hal ini, penerapan syariah
Islam dalam seluruh aspek kehidupan adalah keniscayaan.
Islam
mengajak Pemerintah dan seluruh komponen bangsa ini segera menerapkan seluruh
aturan-aturan Allah (syariah Islam) secara total dalam seluruh aspek kehidupan,
dalam institusi Khilâfah ‘ala Minhâj an-Nubuwwah. Hanya dengan itulah
keberkahan dan kebaikan hidup tanpa AIDS dan berbagai bencana kemanusiaan
lainnya akan dapat direngkuh dan ridha Allah pun dapat diraih. Wallâhu a’lam bi
ash-shawâb.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PEMBAHASAN
1.
PERKEMBANGAN TEORI
TERJADINYA PENYAKIT
Penyakit ini sudah lama ada
hanya saja belum disadari oleh para ilmuwan bahwa kasus–kasus yang ditemukan
adalah kasus AIDS. Baru pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus–kasus
penyakit infeksi yang jarang terjadi ditemukan dikalangan homoseksual, yang
kemudian dirumuskan sebagai penyakit Gay Related Immune Deficiency (GRID),
yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan kaum gay/homoseksual.
Kemudian pada tahun 1982,
CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat untuk pertama kali membuat
definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS dimulai. Dan juga ditemukan
penyebab kelainan ini adalah LAV (Lymphadenophaty Associaterd Virus ) oleh Luc
Montagnier dari pasteur Institut, Paris.
Pada tahun 1984 Gallo dan
kawan–kawan dari National Institute of Health, Bethesda, Amerika Serikat
menemukan HTLV III ( Human T Lymphotropic Virus type III) sebagai sebab
kelainan ini.
Pada tahun 1985 ditemukan
Antigen untuk melakukan tes ELISA, suatu tes untuk mengetahui terinfeksi virus
itu atau tidaknya seseorang.
Pada tahun 1986,
International Commintte on Taxonomi of Viruses, memutuskan nama penyebab
penyakit AIDS adalah HIV sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III.
15 April 1987, Kasus AIDS di
Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal
Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki
asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir 1987, ada enam orang yang didiagnosis
HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS.
Sejak ditemukan tahun 1978,
secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai dengan 30 September 2009
sebanyak 18.442 kasus. jumlah ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Data Kementerian Kesehatan
akhir 2009 menyebutkan penderita AIDS kelompok umur 20-29 tahun di Indonesia
mencapai 49,07 persen. Berikutnya kelompok umur 30-39 tahun dengan 30,14
persen. Berdasarkan jenis kelamin 14720 kasus atau 73,7 persen diderita pria
dan 5163 kasus adalah perempuan. Berdasarkan cara penularan, kasus AIDS
kumulatif tertinggi melalui hubungan heteroseksual (50,3 persen), pengguna
napza suntik/ penasun (40,2 persen), dan hubungan homoseksual (3,3
persen).Jumlah kasus AIDS kumulatif 19.973 kasus yang tersebar di 32 Provinsi
di Indonesia. Penderita HIV positif terbanyak berada di DKI Jakarta dari
Propinsi DKI Jakarta (7766), disusul Jawa Timur (4553), Jawa Barat (3077),
Sumatera Utara (2783), dan Kalimantan Barat (1914).
Pada tahun 2014
diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar 79.200 dan
proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus. Demikian laporan
triwulan ketiga tahun 2009 Surveilans AIDS Ditjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes
2.
HUBUNGAN PENYEBAB PENYAKIT
HIV AIDS
v AGENT
Virus HIV termasuk Netrovirus yang
sangat mudah mengalami mutasi sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat
membunuh, virus tersebut. Daya penularan pengidap HIV tergantung pada sejumlah
virus yang ada didalam darahnya, semakin tinggi/semakin banyak virus dalam
darahnya semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga semakin
parah. Virus HIV atau virus AIDS, sebagaimana Virus lainnya sebenarnya sangat
lemah dan mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati bila dipanaskan sampai
temperatur 60° selama 30 menit, dan lebih cepat dengan mendidihkan air. Seperti
kebanyakan virus lain, virus AIDS ini dapat dihancurkan dengan detergen yang
dikonsentrasikan dan dapat dinonaktifkan dengan radiasi yang digunakan untuk
mensterilkan peralatan medis atau peralatan lain.
v HOST
Distribusi penderita AIDS di Amerika
Serikat Eropa dan Afrika tidak jauh berbeda kelompok terbesar berada pada umur
30 -39 tahun. Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik homoseksual
mapupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat masa inkubasi
AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas maka infeksi terbesar terjadi pada
kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20-30 tahun. Pada tahun 2000
diperkirakan Virus AIDS menular pada 110 juta orang dewasa dan 110 juta anak-anak.
Hampir 50% dari 110 juta orang itu adalah remaja dan dewasa muda usia 13 -25
tahun. Informasi yang diperoleh dari Pusat AIDS International fakultas
Kesehatan Masyarakatat Universitas Harvard, Amerika Serikat sejumlah orang yang
terinfeksi virus AIDS yang telah berkembang secara penuh akan meningkat 10 kali
lipat.
v ENVIRONMENT
Lingkungan
biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan penyebaran AIDS.
Lingkungan biologis adanya riwata ulkus genitalis, Herpes Simpleks dan STS
(Serum Test for Sypphilis) yang positip akan meningkatkan prevalensi HIV karena
luka-luka ini menjadi tempat masuknya HIV. Faktor biologis lainnya adalah
penggunaan obat KB. Pada para WTS di Nairobi terbukti bahwa kelompok yang
menggunakan obat KB mempunyai prevalensi HIV lebih tinggi.
Faktor sosial, ekonomi, budaya dan
agama secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap
perilaku seksual masyarakat. Bila semua faktor ini menimbulkan permissiveness
di kalangan kelompok seksual aktif, maka mereka sudah ke dalam keadaan
promiskuitas.
3.
MODEL HUBUNGAN KAUSAL
PENYAKIT HIV AIDS
a.
Single
Cause/ Single Effect Model
HIV AIDS disebabkan oleh Virus Human Immunodeficiency
adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia,
terutama Sel T CD4+ dan makrofaga, komponen vital dari sistem sistem kekebalan
tubuh dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka.
b.
Multiple
Cause/Single Effect Model
Pelayanan kesehatan
HIV
AIDS Perilaku seseorang
Lingkungan
c.
Myltiple
Cause/Multiple Effect Model
Virus Human Immunodeficiency
Pelayanan kesehatan Perilaku seseorang
pergaulan bebas
Lingkungan yang tidak sehat
4.
FAKTOR AGENT PENYAKIT HIV
AIDS
a)
Faktor
biologi : Virus Human Immunodeficiency
b)
Faktor
fisik : Jarum suntik yang
dipakai bergantian dengan
pengidap HIV AIDS
c)
Faktor
kimia : Obat-obatan, alkohol, tembakau
d)
Faktor
Nutrisi : Kekurangan gizi
B. TAHAP-TAHAP
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT HIV AIDS
1.
Tahap Pre
Patogenesis
Tahap pre patogenesis tidak terjadi pada penyakit HIV
AIDS. Hal ini karena penularan penyakit HIV terjadi secara langsung
(kontak langsung dengan penderita). HIV dapat menular dari suatu satu
manusia ke manusia lainnya melalui kontak cairan pada alat reproduksi, kontak
darah (misalnya trafusi darah, kontak luka, dll), penggunaan jarum suntik
secara bergantian dan kehamilan.
2.
Tahap
Patogenesis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar
atau keseluruhan sistem imun penderita dan penderita dapat dinyatakan positif
mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika ditemukan dua dari
tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor. Gejala utamanya antara lain
demam berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam kurun waktu
tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-ulang
maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu batuk kronis selama lebih dari 1
bulan, munculnya Herpes zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut dan
tenggorokan yang disebabkan oleh Candida albicans, bercak-bercak gatal di
seluruh tubuh, serta pembengkakan kelenjar getah bening secara menetap di
seluruh tubuh. Akibat rusaknya sistem kekebalan, penderita menjadi mudah
terserang penyakit-penyakit yang disebut penyakit oportunitis. Penyakit yang
biasa menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan lain-lain.
Bisa menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang penderita AIDS.
a.
Tahap Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak
seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS.
Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12
tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit.
Selama masa inkubasi ini penderita
disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat
tedeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular
virus HIV. Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan
virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus
HIV. Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak
menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan
terjadi pada fase inkubasi ini.
b. Tahap Penyakit Dini
Penderita mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah
kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa
tahun dan perlahan kekebalan tubuhnya menurun/ lemah hingga jatuh sakit karena
serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan
menjalani uji antibody HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan
aktivitas yang beresiko terkena virus HIV.
c. Tahap Penyakit Lanjut
Pada tahap ini penderita sudah tidak bias melakukan
aktivitas apa-apa. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk
serta nyeri dada. Penderita mengalami jamur pada rongga mulut dan kerongkongan.
Terjadinya gangguan pada persyarafan
central mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi,
sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada sistem
persyarafan ujung (peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada
telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang selalu mengalami tensi darah
rendah dan impotent. Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau cacar
api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa
nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut
pada kulit (folliculities), kulit kering berbercak-bercak.
3.
Tahap Post
Patogenesis (Tahap Penyakit Akhir)
Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit
AIDS pada tubuh penderita. Fase akhir dari penderita penyakit AIDS adalah
meninggal dunia.
C. 1. UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT HIV AIDS
a)
Primordial
Prevention, tidak mengkonsumsi narkoba, tidak melakukan hubungan seksual
b)
Pencegahan
tingkat pertama, mengetahui informasi tentang HIV AIDS dengan benar.
c)
Pencegahan
tingkat kedua, diberikan pengobatan sejak dini dan pemeriksaan kesehatan
d)
Pencegahan
tingkat ketiga, melakukan rehabilitasi pada penderita HIV AIDS
2.
BESAR KEMUNGKINAN
PENCEGAHAN PENYAKIT HIV AIDS
Pencegahan penyabaran HIV
AIDS bisa dikatakan tidak berhasil ini dapat dilihat dari WHO yang melaporkan bahwa sejak pertengahan 1995, jumlah
komulatif penderita AIDS sebanyak 20 juta. 18,5 juta orang dewasa dengan
separuhnya adalah kaum wanita, dan 1,5 juta adalah anak-anak. 50% dari
penderita AIDS adalah kaum remaja /kaum muda dalam kelompok berusia 15-24 tahun
yang hingga sekarang jumlahnya semakin melonjak dan tidak terkendali.
D. TRANSISI
PENYAKIT HIV AIDS
Senyawa
penyembuh AIDS ditemukan Baru-baru ini seperti dilansir oleh
MedicalXpress, Zhilei Chen, Asisten profesor di A&M Texas University,
berkolaborasi dengan Scrips Resears Institute telah menemukan sebuah temuan
yang efektif membunuh virus HIV yakni senyawa PD 404. 182. Seperti penemuan
bersar lainnya yakni ditemukan dengan tidak disengaja, Senyawa PD 404. 182
untuk membasmi HIV pula demikian. Semula para peneliti menggunakan senyawa PD
404. 182 ini dimaksudkan untuk mengembangkan senyawa yang secara efektif
melawan virus Hepatitis C. Namun ketika Chen dkk. mencoba menggunakannya untuk
membunuh HIV ternyata lebih efektif.
Senyawa PD 404. 182 bekerja lebih spesifik dengan cara
menyerang material bagian dalam virus HIV, merusak RNA nya, sehingga RNA virus
HIV tidak stabil yang menyebabkan HIV sulit berevolusi dan berkembangbiak dan
menjadi resisten dan akhirnya tidak dapat menginfeksi. Senyawa ini berbeda
dengan senyawa lain yang membunuh sel virus dengan cara menyerang material luar
(dinding sel) dari virus, sehingga agak berbahaya karena dinding sel HIV sama
seperti dinding sel manusia dan berakibat fatal bila senyawa lain tersebut
digunakan pada manusia.
Patutlah kita mengapresiasi kerja Chen dkk. Karena
kekhawatiran orang dengan HIV seolah tidak memiliki harapan untuk menikmati
kehidupan dengan lebih bebas tanpa stigma dan diskriminasi yang seharunya
dihilangkan oleh masyarakat. Tapi jangan terlalu bergembira kegirangan, karena
pada proses pengembangan obat baru tidak otomatis senyawa yang secara In vitro
(Laboratorium) berkhasiat, langsung diproduksi untuk diberikan kepada manusia.
Namun, setidaknya 10 tahun lagi semenjak ditemukan senyawa baru baru bisa
digunakan pada manusia.
Pada proses pengembangan obat baru, terdapat tiga tahapam
yang harus dilalui sebelum senyawa (obat) tersebut digunakan oleh masyarakat
luas yaitu 3-4 tahun dicobakan pada Hewan (Probandus), 4-5 tahun dicobakan pada
Manusia (probandus), 2-3 tahun untuk registrasi. Dalam proses pengembangan obat
baru ini, kadangkala tidak sesuai harapan, banyak obat yang berkhasiat pada
saat di laboratorium dan ketika di ujikan pada hewan dan manusia ternyata tidak
berkhasiat bahkan tidak memberikan efek sedikitpun. Oleh karena itu, harapan
yang tinggi sekaligus was-was agar senyawa ini bisa digunakan kepada manusia
tetap kita apresiasi dan dukung.
Ditemukan
Varian HIV langka Ditengah harapan kuat, dan kegembiraan terhadap penemuan
senyawa PD 404. 182. Seperti dilansir oleb BBC. Seorang Pria Prancis, 57 tahun
terjangkit Varian HIV langka, sepulang dari negara Kamerun. Pria itu terjangkit
HIV langka yaitu HIV-1 grup N yang sebelumnya pernah ditemukan pada tahun 1998
yang menginfeksi seorang perempuan kamerun, setelah berhubungan seksual dengan
pasangan wanitanya di negara tersebut. Karena keluhannya demam tinggi, timbul
ruam dan bisul, maka pria tersebut dibawa ke RS Saint Loise. Dari hasil
pemeriksaan oleh Tim dokter yang dipimpin oleh Profesor Francois Simon
menemukan di dalam tubuh pria tersebut terdapat varian HIV langka ini.
Oleh karena ini, perlu dihimbau agar badan otoritas yang
berwewenang diseluruh dunia untuk segera mengawasi epidemi virus ini agar tidak
menyebar lebih luas lagi. Sekaligus menghimbau masyarakat agar lebih memahamkan
diri tetang cara-cara penularan virus ini dan menghindarkan diri untuk
tertulari. Ini penting karena walaupun ada sedikit kabar gembira tentang
senyawa PD 404.182 yang dapat membunuh HIV, namun senyawa PD 404. 182 belum
tentu secara efektif membunuh varian HIV langka ini karena perbedaan material
pembentuknya.
5.
ETIKA EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HIV AIDS
orang yang perduli dengan sesama,
kepedulian kita pada penderita AIDS adalah salah satu yang terluhur sebab
mereka adalah orang-orang yang teraniaya. Langkah terbaik yang pertama-tama
sebagai wujud kepedulian kita adalah mencari informasi mengenai AIDS secara
utuh dan benar. Kemudian ketika ada penderita disekitar kita, berlaku tidak
diskriminatif atau berkeadilan menjadi wajib dilakukan. Tidak saja demi
penderita itu sendiri, tapi juga demi diri kita sendiri dalam mencapai sifat
adil sebagai jalan mencapai manusia sejati. Adalah meski keadilan bisa tercapai
seperti yang diidamkan setiap orang bila masih ada diskriminasi terhadap apapun
dan terhadap siapapun.
6. KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HIV AIDS
A.
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
ENVIRONMENT
|
AGENT
|
HOST
|
1. AGENT
yang
disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan oleh mikro organisme (virus,
bakteri, jamur, parasit, protzoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan
makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang
disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon
monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan
oleh panas, benturan, dll, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan
heriditer atau keturun. Demikian juga dengan unsur
kebiasaan hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan,
dll.
2. HOST
Host atau penajmau ialaha
keadaan manusia yangsedemikan rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk
terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh faktor intrinsik. Factor
penjamuyang biasanya menjkadi factor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai
berikut:
1. Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit
karsinoma, jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.
2. Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok,
kolesistitis, diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker
serviks yang hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya
terjadi pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti
hipertensi, jantung, dll.
3. Ras, suku (etnik).
Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang beda kerentangannay
terhadapa suatu penyakit.
4. Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun
seperti hemofilia, buta warna, sickle cell anemia, dll.
5. Status kesehatan umum termasuk status
gizi, dll
6. Bentuk anatomis tubuh
7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8. Keadaan imunitas dan respons imunitas
9. Kemampuan interaksi antara host
dengan agent
10. Penyakit yang diderita
sebelumnya
11. Kebiasaan hidup dan kehidupan
sosial dari host sendiri
3.
ENVIRONMENT
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit, hali ini Karen faktor ini datangnya dair luar atau bisas disebut
dengan faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi:
1. Lingkungan Biologis (flora & fauna)
Mikro
organisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit infeksi (binatang, tumbuhan). Vektor
pembawa penyakit umbuhan & binatang sebagai sumber bahan makanan, obat dan
lainnya.
2. Lingkungan Fisik
Yang
dimaksud dengan lingkunganfisik adalah yang berwujud geogarfik dan musiman.
Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air
sebagai sumber hidup dan sebagai sumber penyakit, Zat kimia atau polusi,
radiasi, dll.
3. Lingkungan Sosial Ekonomi
Yang termasuk dalam faktor
lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang berlaku yang mengacu pada
pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada
kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup besar
adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan kepadatan
penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan hidup
masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang kesemuanya dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit.
B. PORTAL ENTRY AND EXIT
a.
Portal of Entry
Pintu masuknya agent
kedalam host
1)
Melalui
jarum suntik
2)
Melalui
seks bebas
3)
Melalui
transfusi darah
4)
Melalui
ibu hamil kepada anaknya
b. Portal of Exit
Pintu keluarnya agent dari host
a)
Darah
Transfusi darah yang tercemar HIV
b)
Cairan
kelamin
Air mani
dan cairan vagina yang tercemar HIV
c)
Air susu ibu (ASI)
ASI yang tercemar HIV
7. APLIKASI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HIV AIDS
Prinsip kewaspadaan dalam menghindari penyakit AIDS mutlak
diperlukan bagi mereka yang rentan terhadap penularan infeksi HIV. Prinsip ini
dikenal sebagai prinsip kewaspadaan
umum (general precaution), yakni
pedoman tentang cara pengendalian infeksi untuk melindungi para pekerja medis,
pasien, maupun orang lain sehingga mereka terhindar dari berbagai penyakit yang
disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Kewaspadaan
umum dalam mencegah infeksi HIV/AIDS meliputi :
1.
Cara menangani dan membuang
benda-benda tajam yang dapat menimbulkan luka, sayatan atau tusukan. Termasuk
dalam hal ini adalah jarum, jarum hipodermik, pisau bedah, gunting, perangkat
infus, gergaji, pecahan kaca, dan lain-lain.
2.
Membersihkan tangan dengan sabun dan
air sebelum maupun sesudah melakukan semua prosedur operasi.
3.
Memakai alat pelindung seperti
sarung tangan, jubah, masker, dan kacamata pelindung bila terpaksa harus
bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
4.
Melakukan pembersihan atau
desinfeksi peralatan kerja dan lain-lain yang terkontaminasi.
5.
Penanganan tempat tidur, seprei
kotor, lantai yang terkena noda secara tepat.
Sekalipun prinsip kewaspadaan umum untuk menghindari
HIV/AIDS ini terutama ditujukan kepada para pekerja medis, tak ada salahnya
bila kita semua berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya luka yang
disebabkan oleh jarum, pisau, gunting dan peralatan tajam lainnya. Apalagi bila
kita hidup berdampingan dengan orang yang terkena infeksi HIV.
Akhirnya, menerapkan gaya hidup sehat dan setia pada
pasangan suami atau istri anda mungkin adalah cara paling sederhana yang
bermanfaat agar terhindar dari penyakit HIV/AIDS yang mematikan ini.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAN SARAN
Menurut saya ibu Henny
Kumaladewi Hengky SKM, M.Kes itu orangnya baik dan disiplin. Mengenai tata cara
mengajar Ibu sangat baik karena mahasiswa mudah memahami apa yang dijelaskan
oleh ibu dan kadangpula bersifat humoris sehingga mahasiswa tidak mudah bosan
dalam menerima materi ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Chin, James MD, MPH .Manual
Pemberantasan Penyakit. Edisi 17.2000 Available from :http://nyomankandun.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderfiles/manual_p2m.pdf
CDC. Explanation HIV/AIDS. 2011 .
Available from :http://www.cdc.gov/hiv/topics/basic/index.htmlWHO.
DINKES. Profil
Kesehatan Kota Palembang. 2009. Palembang Available from :http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-35-37.pdf
Ditjen PPM &
PL Depkes RI. Data Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. 2010
Avaiable from :http://www.aidsindonesia.or.id/repo/LT1Menkes2010.pdf
Dr. Ucke Sugeng Sastrawinata.
Virologi Manusia. Bandung. 2008
Fazidah Agustina Siregar. AIDS dan
Upaya Penanggulangannya di Indonesia. Journa
of Public Health.2004.USU Available
from
Linda J Heffner, Danny J Schust.
Sistem Reproduksi. At A Glance.2008
0 komentar:
Posting Komentar