KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, kepadanya-Nya Penulis memohon pertolongan
untuk menyelesaikan aktivitas duniawiyah. Dan yang senantiasa memberikan kesehatan
,kesempatan serta Rahmat dan hidayah-Nya sehingga tpenulis dapat menyelesaikan
tugas sebuah Makalah sederhana yang
berjudul “ tawakkal”
Dalam
penyusunan Makalah ini penulis mengalami banyak hambatan dan kesulitan dimulai
dari pengumpulan data sampai penyusunan-Nya. Namun dengan adanya kerja keras
dan bantuan dari pihak lain dan petunjuk dari guru akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam
penyusunan makalah ini .
Penulis
sadar bahwa dalam Makalah ini tentunya masih masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh Karen itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk membantun melengkapan dan menyempurnakan makalah ini .. apabila ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini , kami mohon maaf yang
sebesarnya .Akhirnya semoga makalah ini dapatbermanfaat, Amin..
Parepare,4 november 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1. LATARBELAKANG.................................................................................. 1
2. RUMUSAN MASALAH............................................................................ 1
3. TUJUAN PENULISAN.............................................................................. 1
BAB 2
PEMBAHASAN............................................................................................. 2
A. Pengertian tawakal...................................................................................... 2
B. Makna
bertawakkal kepada Allah............................................................... 3
C. Mendapatkan
Kebaikan dan Menghindari Kerusakan................................ 3
D. Bertawakkal
kepada Allah Adalah Kunci Rizki.......................................... 4
E. Tawakkal
Bukan Berarti Tidak Berusaha.................................................... 4
F. Manfaat Tawakal kepada Allah Swt 6
BAB 3
PENUTUP...................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN................................................................................................ 11
B. SARAN......................................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
belakang
Dalam kehidupan sehari-sehari kita
sering mendengar kata tawakal . bagia sebagian orang telah mengerti makna dari
tawakkal tersebut namun sebagian orang lainya belum paham mengenai makna dari
tawakal .dalam makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian ,makna tujua dan
lain sebagainya tentang tawakal itu.Sebagian orang menganggap bahwa tawakkal adalah sikap pasrah tanpa
melakukan usaha sama sekali. Misalnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan
harinya akan melaksanakan tes. Pada malam harinya, sebagian
dari mereka tidak sibuk untuk menyiapkan diri untuk menghadapi ujian besok
namun malah sibuk dengan main game atau hal yang tidak bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan, " Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban . " Apakah semacam ini benar-benar
disebut tawakkal?! Semoga pembahasan di makala ini
dapat menjelaskan pada pembaca sekalian mengenai tawakkal yang sebenarnya dan
apa saja manfaat dari tawakkal tersebut.
2.
Rumusan masalah
·
Untuk memehami tentang
tawakal?
·
Agar kita mengetahui makna ,
dari tawakal serta yang berkaitan tentang tawakal.
3.
Tujuan penulisan
·
Agar siswa Mengetahui
pengertian tawakal
·
Agar siswa Memahami
makna dari tawakal
·
Agar siswa Mengetahui
manfaat dari tawakkal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
tawakal
Tawakal ( bahasa Arab : توكل ) atau tawakkul berarti mewakilkan
atau menyerahkan. Dalam agama Islam , tawakal berarti berserah diri sepenuhnya
kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu
pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu kondisi.
Imam al-Ghazali
merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal adalah
menyandarkan kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar
kepada dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa
yang tenang dan hati yang tenteram.
Menurut Abu Zakaria Anshari, tawakkal adalah
"keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang
lain". Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya
kepada orang yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia benar-benar memiliki
sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan
rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.
Tawakkal adalah
suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat
kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah
yang menciptakan segala-galanya, Pengetahuan Maha Luas, Dia yang menguasai dan
mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk
menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram
serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Sementara
orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakkal. Dia enggan berusaha
dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini memiliki pemikiran,
tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki pandai tentu menjadi orang
pandai. Atau tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang
kaya tentu kaya, dan seterusnya.
Semua itu sama
saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya, seklipun ada berbagai makanan,
tetapi ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki ia kenyang, tentulah
kenyang. Jika pendapat ini dpegang teguh pasti akan menyengsarakan diri
sendiri.
Menurut ajaran
Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau
perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya - menurut ajaran Islam -
adalah menyerah diri kepada Allah setelah berusaha keras dalam berusaha dan
bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.
Misalnya,
seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci rapat, barulah ia
bertawakkal. Pada zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang meninggalkan
untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa tidak diikat,
ia menjawab, "Saya telah benar-benar bertawakkal kepada
Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata,
"Ikatlah dan setelah itu bisa engkau bertawakkal." Jadi tawakal bisa juga diartiakan Tawakkal adalah kesungguhan
hati dalam bersandar kepada Allah Ta'ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta
mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Allah Ta'ala berfirman yang
artinya, "Dan
barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan
keluar dan memberi rizqi dari arah yang tidak ia sangka-sangka, dan barangsiapa
bertawakkal kepada Allah, maka Dia itu cukup baginya." (Ath Tholaq : 2-3)
B. Makna bertawakkal kepada Allah
Banyak di antara para ulama yang telah menjelaskan
makna Tawakkal, diantaranya adalah Al Allamah Al Munawi. Ia mengatakan, "Tawakkal adalah menampakkan kelemahan sertapenyandaran(diri)kepadayangdiTawakkali."( FaidhulQadir ,5/311). IbnuAbbas radhiyallahu'anhuma mengatakanbahwaTawakkal berarti percaya sepenuhnya kepada Allah
Ta'ala. Imam Ahmad mengatakan, "Tawakkal berarti memutuskan pencarian
disertai keputus-asaan terhadap makhluk." Al Hasan Al Bashri pernah ditanya tentang Tawakkal, maka beliau
menjawab, "Ridho
kepada Allah Ta'ala" , Ibnu Rojab Al Hambali
mengatakan, "Tawakkal
adalah bersandarnya hati dengan sebenarnya kepada Allah Ta'ala dalam memperoleh
kemashlahatan dan menolak bahaya, baik urusan dunia maupun akhirat secara
keseluruhan. " Al Hafizh Ibnu Hajar Al
Asqolani mengatakan, "Tawakkal
yaitu memalingkan pandangan dari berbagai sebab setelah sebab disiapkan."
C.
Mendapatkan
Kebaikan dan Menghindari Kerusakan
Ibnul Qayyim berkata, "Tawakkal adalah faktor
paling utama yang bisa mempertahankan seseorang ketika tidak memiliki kekuatan
dari serangan makhluk lainnya yang menindas serta memusuhinya. Tawakkal adalah sarana yang
paling ampuh untuk menghadapi kondisi seperti itu, karena ia telah menjadikan
Allah sebagai pelindungnya atau yang memberinya kecukupan. Maka barang siapa yang menjadikan Allah sebagai pelindungnya serta
yang memberinya kecukupan, maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya
padanya. "( Bada'i
Al-Fawa'id 2/268)
Bukti yang paling baik adalah kejadian nyata, Imam Al Bukhori
telah mencatat dalam kitab shohih beliau, dari sahabat Ibnu Abbas rodhiyAllahu anhuma , bahwa ketika Nabi Ibrahim
dilemparkan ke tengah-tengah api yang membara beliau mengatakan, "HasbunAllahu wa ni'mal wakiil." ( Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik pelindung). Kata ini pulalah yang
diungkapkan oleh Rosululloh shollallahu
'alaihi wa sallam ketika dikatakan kepada beliau,
Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berencana untuk memerangimu, maka
waspadalah kamu terhadap mereka. "(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab
Tafsir. Lihat Fathul Bari VIII/77 )
Ibnu Abbas berkata, "Kata-kata
terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika ia dilemparkan ke tengah bara
api adalah: 'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik
pelindung'." (HR. Bukhori)
D. Bertawakkal kepada Allah Adalah
Kunci Rizki
Rosululloh Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, seandainya kalian bertawakkal
kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rizki
sebagaimana burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar,
dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang. " (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)
Dalam hadits yang mulia ini Rosululloh menjelaskan bahwa orang
yang bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, pastilah dia akan diberi
rizki. Bagaimana tidak, karena dia
telah bertawakkal kepada Dzat Yang Maha Hidup yang tidak pernah mati. Abu Hatim Ar Razy berkata, "Hadist ini merupakan tonggak tawakkal. Tawakkal kepada Allah
itulah faktor terbesar dalam mencari riqzi. " Karena itu, barangsiapa bertawakkal kepada, niscaya Allah
Subhanahu Wa Ta'ala akan mencukupinya. Allah berfirman yang artinya, "Dan barangsiapa bertawakkal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang Dia kehendaki). Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. " (Ath-Thalaq: 3). Ar Rabi 'bin Khutsaim berkata
mengenai ayat tersebut, "Yaitu
mencukupinya dari segala sesuatu yang membuat sempit manusia."
E. Tawakkal Bukan Berarti Tidak
Berusaha
Mewujudkan Tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Allah memerintahkan hamba-Nya
untuk berusaha sekaligus bertawakkal. Berusaha dengan seluruh anggota
badan dan bertawakkal dengan hati merupakan perwujudan iman kepada Allah
Ta'ala.
Sebagian orang mungkin ada yang berkata, "Jika orang yang bertawakkal kepada Allah itu akan diberi rizki,
maka kenapa kita harus lelah, berusaha dan mencari penghidupan. Bukankah
kita cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rizki kita datang dari
langit? " kata itu sungguh menunjukkan
kebodohan orang itu pada hakikat Tawakkal. Nabi kita
yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rizki itu
dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rizki dan pulang pada sore
hari, padahal burung itu tidak memiliki cadangan apapun, baik perdagangan,
pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar
berbekal tawakkal kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tempat bergantung.
Para ulama-semoga Allah membalas mereka dengan
sebaik-baik kebaikan-telah memperingatkan masalah ini. Di antaranya adalah Imam Ahmad,
beliau berkata: "Dalam hadits tersebut tidak ada sinyal yang memungkinkan
meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya ada sinyal yang menunjukkan
perlunya mencari rizki. Jadi maksud hadits tersebut,
bahwa seandainya mereka bertawakkal kepada Allah dalam bepergian, kedatangan
dan usaha mereka, dan mereka mengetahui bahwa kebaikan (rizki) itu di
tangannya, tentu mereka tidak akan pulang kecuali dalam keadaan mendapatkan
harta dengan selamat, sebagaimana burung-burung tersebut. "( Tuhfatul Ahwadzi , 7/8)
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya
duduk di rumah atau di masjid seraya berkata, "Aku
tidak mau bekerja sedikitpun, sampai rizkiku datang sendiri" . Maka beliau berkomentar, "Ia adalah laki-laki yang tidak
mengenal ilmu. Sungguh Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda,'
Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku dalam bayang-bayang tombak perangku (baca: ghonimah ) '. Dan
beliau juga bersabda, 'Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan
sebenar-benarnya, niscaya Allah memberimu rizki sebagaimana yang diberikanNya
kepada burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan
pulang sore hari dalam keadaan kenyang. ' (Hasan Shohih. HR.Tirmidzi). Selanjutnya Imam Ahmad berkata, "Para sahabat juga berdagang dan
bekerja dengan mengelola pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita.
" ( Fathul Bari , 11/305-306)
Kalau kita mau merenungi maka
dapat kita katakan bahwa pengaruh tawakkal itu tampak dalam gerak dan usaha
seseorang ketika bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya. Imam Abul Qasim Al-Qusyairi
mengatakan, "Ketahuilah sesungguhnya tawakkal itu letaknya di dalam hati. Adapun gerak lahiriah maka hal itu tidak bertentangan dengan
tawakkal yang ada di dalam hati setelah seseorang meyakini bahwa rizki itu
datangnya dari Allah. Jika ada kesulitan, maka hal
itu adalah karena takdir-Nya. Dan jika ada fasilitas maka hal
itu karena fasilitas dariNya. "( Murqatul Mafatih , 5/157)
Diantara yang menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah tidaklah
berarti meninggalkan usaha adalah sebuah hadits. Seseorang berkata kepada Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam , "Aku
lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal?" Nabi bersabda, "Ikatlah
kemudian bertawakkallah kepada Allah." (HR.
Tirmidzi dan dihasankan Al Albani dalam Shohih Jami'ush shoghir ). Dalam riwayat Imam Al-Qudha'i disebutkan bahwa Amr bin Umayah radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku
bertanya, 'Wahai Rosululloh!! Apakah aku ikat dahulu unta tungganganku
lalu aku bertawakkal kepada Allah, ataukah aku lepaskan begitu saja lalu aku
bertawakkal? ', Beliau menjawab,' Ikatlah untamu lalu bertawakkallah kepada
Allah. " ( Musnad Asy-Syihab , Qayyidha wa Tawakkal , no. 633, 1 / 368)
Tawakkal tidaklah berarti
meninggalkan usaha. Hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh dan berusaha untuk
mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak bisa
menyandarkan diri pada kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus
meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rizki itu hanyalah
dari Dia semata.
F. Manfaat
Tawakal kepada Allah Swt
Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah buah dari tawakal
kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak
pernah tergantung pada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada
Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi
mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannya tetap
terjaga.Ilmu pengetahuan, industri, seni dan teknologi, menjadi sumber prestasi
bagi manusia. Dengan ilmu dan teknologi manusia dapat
mencapai kemakmuran materi dan memiliki berbagai fasilitas dalam kehidupannya, dan
banyak hal yang awalnya tidak diketahui manusia menjadi tampak jelas
baginya.Dewasa ini, banyak fenomena yang telah dipahami oleh ilmu manusia,
namun ada satu poin yang menjadi perenungan dan harus ditinjau ulang oleh para
pakar, yaitu kemajuan dan kemampuan materi tidak mampu memenuhi kebutuhan ruh
dan jiwa manusia seperti kebutuhan akan ketentraman, ketenangan, rasa optimis
dan harapan akan masa depan.Saat ini, banyak problem yang mengancam masyarakat,
di mana kecemasan dan depresi adalah yang paling umum dialami mereka. Ilmu psikologi, bimbingan dan psikiatri dengan berbagai metodenya,
berupaya memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Berbagai aliran pengobatan psikologis, mulai dari terapi perilaku,
terapi psikoanalitik dan pengobatan yang didasarkan pada nalar dan emosi serta
bentuk pengobatan yang lainnya, diterapkan demi membantu manusia menghilangkan
problemnya. Selain berbagai metode pengobatan tersebut,
agama datang untuk membantu manusia dan memberikan strategi psikologis khusus
untuk menghadapi masalah-masalah kejiwaan.Tawakal kepada Allah Swt adalah salah
satu metode yang dapat membantu manusia. Berbagai riset dan pengamatan
empiris menekankan akan hal itu, dimana tawakal kepada Allah Swt dapat
mengurangi rasa cemas dan depresi, bahkan berbagai penyakit fisik yang
disebabkan oleh masalah psikologis, serta menciptakan ketentraman, keberanian,
optimisme, percaya diri dan kesabaran untuk manusia. Dalam Islam ditegaskan bahwa tawakal kepada Allah Swt sebagai
salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan manusia.Secara etimologi,
tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan menyerahkan permasalahan kepada
pihak lain. Tawakal menunjukkan adanya kelemahan dan
ketergantungan kepada pihak lain.Dalam Al-Qur'an, kata tawakal berjumlah 42
dalam segala bentuk, tunggal atau jamak, berkonotasi memasrahkan diri,
memercayakan serta menyerahkan segala permasalahan kepada Allah Swt.Sedangkan
secara istilah, salah satu definisi tawakal adalah bentuk ketergantungan dan
kepasrahan yang benar kepada Allah sebagai zat yang berkuasa mendatangkan
manfaat dan menolak marabahaya dengan senantiasa melakukan ikhtiar (usaha)
sebagaimana yang diperintahkan-Nya.Bertawakal bukan berarti tidak melakukan
ikhtiar, tetapi lebih dari itu, tawakal berarti menyerahkan segala urusan
kepada Allah SWT sembari senantiasa melakukan ikhtiar. Rahasia dan hakikat tawakal adalah kepasrahan jiwa kepada Allah,
karena itu segala bentuk ikhtiar tidak akan ada manfaatnya, jika dilakukan
tanpa kepasrahan kepada Allah.Ketika manusia mengalami masalah dan merasa
dirinya tidak mampu menyelesaikan masalah itu, maka ia akan menyerahkan masalah
tersebut kepada seseorang yang mampu menyelesaikannya, dan dengan jalan
tersebut telah meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu, jika yang
diwakilkan adalah seseorang yang berilmu, mampu dan berkualitas, serta memiliki
minat dan simpati tinggi ke yang mewakilkan, maka penyerahan tersebut akan
memiliki nilai tinggi dan kemungkinan berhasilnya pun akan lebih
besar.Kenyataan ini sesuai dengan tawakal manusia kepada Allah Swt. Manusia senantiasa mengalami masalah dalam hidupnya, dan mengingat
manusia memiliki banyak keterbatasan dan tidak mampu menyelesaikan masalahanya
sendiri, maka untuk menutupi ketidakmampuan dan kelemahannya, selain
menggunakan faktor alamiah dan materi, ia harus bersandar kepada kekuatan tak
terbatas Allah Swt dan percaya kepada-Nya, serta memohon pertolongan Allah Swt
agar sukses dalam mengatur urusan kehidupannya. Allah Swt sebagai pencipta manusia lebih mengetahui segala sesuatu
yang menguntungkan atau merugikan manusia dan tentunya Dia lebih penyanyang
dari segalanya.
Sebagaimana keutamaan akhlak yang lain, tawakal juga memiliki
berbagai sebab dan sumber. Namun dapat dikatakan bahwa pennyebab utama tawakal adalah iman
dan yakin kepada zat suci Allah Swt dan keindahan serta keagungan-Nya. Ketika manusia menyadari kekuatan dan ilmu tak terbatas Allah Swt
dan melihat dunia sebagai panggung penghargaan tak terbatas-Nya, maka ia dengan
penuh keyakinan akan bertawakal dan menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Saat manusia berada dalam masalah, Ia akan berpegang hanya kepada
Allah Swt dan selain berusaha, ia juga akan meminta keberhasilan
kepada-Nya.Percaya penuh kepada Allah Swt demi meraih ketenangan jiwa dapat
menghilangkan kecemasan dan kegelisaan, sehingga manusia dengan mudah dapat
melangkah untuk meraih hasilnya. Salah satu fitur orang yang
bertawakal adalah di saat bahagia ia tidak terlalu bangga, dan tatkala
kebahagiaan itu lenyap, ia juga tidak terlalu gelisah dan sedih, namun ia
semaksimal mungkin berupaya memenuhi kebutuhannya dan menyerahkan hasilnya
kepada Allah Swt. Ia yakin bahwa Allah Swt akan
menolongnya.Manusia seperti itu bagaikan orang yang berlindung di benteng yang
kuat dan musuh tidak dapat menjangkaunya. Oleh sebab itu, orang-orang
mukmin tatkala menghadapi masalah, mereka langsung berlindung di bawah benteng
tawakal, di mana tak seorang pun dapat menembus benteng tersebut.Dengan begitu
kegelisahan dan ketakutan tidak ada artinya bagi mereka.Banyak ayat Al-Quran
dan riwayat yang menjelaskan tentang tawakal. Dalam tujuh ayat secara berulang disebutkan kalimat yang artinya
orang-orang yang beriman harus bergantung hanya kepada Allah Swt. Kalimat tersebut secara jelas menerangkan hubungan antara iman dan
tawakal.Dalam surat Ash-Shuara ayat 61 dan 62, Allah Swt berfirman, "Maka
tatkala kedua kelompok itu saling melihat, para pengikut Musa berkata
ketakutan," Sesungguhnya Firaun dan kaumnya hampir menyusul dan kemudian
membunuh kita. "(61)" Musa berkata, " Sesungguhnya perlindungan Allah
selalu menyertai ke mana aku pergi. Dia senantiasa memberikan kepadaku jalan
keselamatan. "Demikianlah, Musa berusaha menenangkan BaniIsrael dan
membuang jauh-jauh dari pikiran mereka perihal ketersusulan yang menakutkan
itu. "(62)Kedua ayat tersebut mengisahkan tentang Nabi Musa as dan
kaumnya. Ketika kaum Nabi Musa melihat bala tentara
Firaun yang mengejar mereka, mereka ketakutan dan menyatakan bahwa mereka tidak
akan mampu menghadapai tentara Firaun. Namun Musa menenangkan mereka
dan mengingatkan kaumnya bahwa Allah Swt bersama mereka.Padahal, salah satu
metode efektif yang dilakukan semua nabi dalam menghadapi masalah adalah
tawakal kepada zat tak terbatas Allah Swt. Manusia
yang bertawakal, dalam dirinya akan timbul energi dan kekuatan serta akan
menemukan kesabaran yang berkesinambungan demi mencapai tujuan-tujuannya.Selain
itu, ia akan menemukan arti dari segala peristiwa yang ia alami dalam
kehidupannya.Pemahaman tersebut dapat membantunya dalam menafsirkan fenomena
kehidupannya, sehingga terlepas dari sesuatu yang tidak berguna dan tak
berarti. Manusia seperti ini tidak akan pernah merasa
putus asa dan akan terus berupaya demi mencapai tujuannya, namun jika mereka
tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, mereka menilai bahwa ada kebaikan di balik
itu. Terkait hal itu, Allah Swt dalam surat al-Baqara ayat 216
berfirman, ".... Mungkin saja di dalam hal-hal yang tidak kalian sukai itu
ada kebaikan, dan sebaliknya, di dalam hal-hal yang kalian sukai justru ada
keburukan. Allah sungguh mengetahui maslahat yang kalian ketahui. Maka,
sambutlah apa yang diwajibkan kepada kalian. " Salah satu sisi lain dari tawakal kepada Allah Swt adalah harapan
manusia kepada anugerah Allah tatkala mengalami kondisi yang sulit. Munculnya harapan untuk terbebas dari kegelisahan dan problem, dan
harapan untuk mendapat pertolongan Allah Swt dalam memerangi kebatilan, merupan
dampak dari tawakal. Orang yang bertawakal merasa
yakin akan mendapat pertolongan Allah Swt, sehingga ia tidak tenggelam dalam
masalah yang ia hadapi. Manfaat lain dari tawakal
adalah memiliki hati dan kemandirian yang kuat dalam mengambil keputusan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa "Barang siapa yang
ingin menjadi orang yang paling dicintai masyakarat, maka ia harus bertakwa,
dan barang siapa ingin manjadi orang terkuat di masyarakat, maka ia harus
bertawakal kepada Allah Swt, dan ....."Kemuliaan dan martabat di sisi
masyarakat adalah buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah tergantung pada orang lain,
sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan
jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannnya tetap terjaga.Terkait hal itu,
dalam surat al-Anfal ayat 49, Allah Swt berfirman, "... Sesungguhnya
orang-orang yang menyerahkan urusan mereka kepada Allah dengan penuh keimanan
dan harapan, serta menyandarkan diri hanya kepada Allah, niscaya Dia akan
mencukupkan segala kebutuhan dan memenangkan pada musuh-musuh mereka.
Sesungguhnya Allah Mahakuat kekuasaan-Nya dan Mahabijaksana dalam
pemeliharaan-Nya. " Dengan tawakal, urusan materi
dan maknawi manusia akan teratur. Ia akan mendapat rizki yang
tidak pernah ia bayangkan dan pikirkan sebelumnya dan ia akan menjalani
hidupnya di jalan yang benar dengan rasa puas dan optimis. Rasa puas tersebut dapat menjauhkan manusia dari penyakit-penyakit
jiwa dan akhlak. (IRIB Indonesia / RA / NA)
Tags:
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tawakal yang merupakan
perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar,
insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki
apa-apa.Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak
beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya
usaha yang maksiman. Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari
tawakal itu.
Oleh karenanya,
marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada Allah, dengan memperbanyak
unsur-unsur yang merupakan derajat dalam ketawkalan ke dalam diri
kita. Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam surga Allah tanpa adanya
hisab, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits di atas. Amin.
B.
Marilah
kita bertawakal kepada Allah swt, atas apa yang sudah kita perbuat . dan
menyerahkan segala urusan hasil dari usah kita kepada nya. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
·
nullhttp://whasid.wordpress.com/2007/09/24/kategori-tawakal-umat-akhir-zaman/
·
Gema
Insani, 2007.[3]H.
Supriyanto,Lc.,M.S.I,Tawakal Bukan Pasrah, Qultum
Media, 2010
·
[1]Dr.
Muh. Mu’inudinillah Basri, Lc., M.A, Indahnya Tawakal
·
,
Indiya MediaKreasi, 2008.[2]Drs. Ahmad Yani, Menjadi Pribadi Terpuji
0 komentar:
Posting Komentar