RSS

makala Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah


BAB 1
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjadi pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah (teladan yang baik).
B.     LANDASAN DAN SUMBER
Landasan dan sumber Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ialah Al- Quran dan Sunnah Nabi yang merupakan pengembangan dan pengayaan dari pemikiran-pemikiran formal (baku) dalam Muhammadiyah seperti Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Kepribadian Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, serta hasil-hasil Keputusan Majelis Tarjih.
C.    RUMUSAN MASALAH
Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah
a.       untuk mengetahui     Kehidupan Pribadi muhammadyah
b.      untuk mengetahui     Kehidupan dalam Keluarga muhammadyah
c.       untuk mengetahui    Kehidupan Bermasyarakat muhammadyah
d.      untuk mengetahui    Kehidupan Berorganisasi muhammadyah
D.    TUJUAN
Terbentuknya perilaku individu dan kolektif seluruh anggota Muhammadiyah yang menunjukkan keteladanan yang baik (uswah hasanah) menuju terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

BABA II
PEMBAHASAN
A.    KEHIDUPAN PRIBADI
1.      Dalam Aqidah
a.       Setiap warga Muhammadiyah harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani berupa tauhid kepada Allah Subhanahu Wata'ala23 yang benar, ikhlas, dan penuh ketundukkan sehingga terpancar sebagai lbad ar-rahman24 yang menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi mukmin, muslim, muttaqin, dan muhsin yang paripurna.
b.      Setiap warga Muhammadiyah wajib menjadikan iman25 dan tauhid26 sebagai sumber seluruh kegiatan hidup, tidak boleh mengingkari keimanan berdasarkan tauhid itu, dan tetap menjauhi serta menolak syirk, takhayul, bid'ah, dan khurafat yang menodai iman dan tauhid kepada Allah Subhanahu Wata'ala27.
2.      Dalam Akhlaq
a.       Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk meneladani perilaku Nabi dalam mempraktikkan akhlaq mulia28, sehingga menjadi uswah hasanah29 yang diteladani oleh sesama berupa sifat sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah.
b.      Setiap warga Muhammadiyah dalam melakukan amal dan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlas30 dalam wujud amalamal shalih dan ihsan, serta menjauhkan diri dari perilaku riya’, sombong, ishraf, fasad, fahsya, dan kemunkaran.
c.       Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk menunjukkan akhlaq yang mulia (akhlaq al-karimah) sehingga disukai/diteladani dan menjauhkan diri dari akhlaq yang tercela (akhlaq al-madzmumah) yang membuat dibenci dan dijauhi sesama.
d.       Setiap warga Muhammadiyah di mana pun bekerja dan menunaikan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari harus benar-benar menjauhkan diri dari perbuatan korupsi dan kolusi serta praktik-praktik buruk lainnya yang merugikan hak-hak publik dan membawa kehancuran dalam kehidupan di dunia ini.
3.      Dalam Ibadah
a.       Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk senantiasa membersihkan jiwa/hati ke arah terbentuknya pribadi yang mutaqqin dengan beribadah yang tekun dan menjauhkan diri dari jiwa/nafsu yang buruk31, sehingga terpancar kepribadian yang shalih32 yang menghadirkan kedamaian dan kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.
b.      Setiap warga Muhammadiyah melaksanakan ibadah mahdhah dengan sebaik-baiknya dan menghidup suburkan amal nawafil (ibadah sunnah) sesuai dengan tuntunan Rasulullah serta menghiasi diri dengan iman yang kokoh, ilmu yang luas, dan amal shalih yang tulus sehingga tercermin dalam kepribadian dan tingkah laku yang terpuji.
4.      Dalam Mu’amalah Duniawiyah
a.       Setiap warga Muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya sebagai abdi33 dan khalifah di muka bumi34, sehingga memandang dan menyikapi kehidupan dunia secara aktif dan positif35 serta tidak menjauhkan diri dari pergumulan kehidupan36 dengan landasan iman, Islam, dan ihsan dalam arti berakhlaq karimah37.
b.      Setiap warga Muhammadiyah senantiasa berpikir secara burhani, bayani, dan irfani yang mencerminkan cara berpikir yang Islami yang dapat membuahkan karya-karya pemikiran maupun amaliah yang mencerminkan keterpaduan antara orientasi habluminallah dan habluminannas serta maslahat bagi kehidupan umat manusia38.
c.       Setiap warga Muhammadiyah harus mempunyai etos kerja Islami, seperti: kerja keras, disiplin, tidak menyia-nyiakan waktu, berusaha secara maksimal/optimal untuk mencapai suatu tujuan39.



B. KEHIDUPAN DALAM KELUARGA
1. Kedudukan Keluarga
a.       Keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan, karenanya menjadi zkewajiban setiap anggota Muhammadiyah untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah40 yang dikenal dengan Keluarga Sakinah.
b.      Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut untuk benar-benar dapat mewujudkan Keluarga Sakinah yang terkait dengan pembentukan Gerakan Jama’ah dan da'wah Jama’ah menuju terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

2. Fungsi Keluarga
a.       Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu difungsikan selain dalam mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam juga melaksanakan fungsi kaderisasi sehingga anak-anak tumbuh menjadi generasi muslim Muhammadiyah yang dapat menjadi pelangsung dan penyempuma gerakan da'wah di kemudian hari.
b.      Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanan (uswah hasanah) dalam mempraktikkan kehidupan yang Islami yakni tertanamnya ihsan/kebaikan dan bergaul dengan ma’ruf41, saling menyayangi dan mengasihi42, menghormati hak hidup anak43, saling menghargai dan
c.       menghormati antar anggota keluarga, memberikan pendidikan akhlaq yang mulia secara paripuma44, menjauhkan segenap anggota keluarga dari bencana siksa neraka45, membiasakan bermusyawarah dalam menyelasaikan urusan46, berbuat adil dan ihsan47, memelihara persamaan hak dan kewajiban48, dan menyantuni anggota keluarga yang tidak mampu49.


3. Aktifitas Keluarga
a.       Di tengah arus media elektronik dan media cetak yang makin terbuka, keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah kian dituntut perhatian dan kesungguhan dalam mendidik anak-anak dan menciptakan suasana yang harmonis agar terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dan terciptanya suasana pendidikan keluarga yang positif sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
b.      Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanannya untuk menunjukkan penghormatan dan perlakuan yang ihsan terhadap anakanak dan perempuan serta menjauhkan diri dari praktik-praktik kekerasan dan menelantarkan kehidupan terhadap anggota keluarga.
c.        Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu memiliki kepedulian sosial dan membangun hubungan sosial yang ihsan, ishlah, dan ma'ruf dengan tetangga-tetangga sekitar maupun dalam kehidupan sosial yang lebih luas di masyarakat sehingga tercipta qaryah thayyibah dalam masyarakat setempat.
d.      Pelaksanaan shalat dalam kehidupan keluarga harus menjadi prioritas utama, dan kepala keluarga jika perlu memberikan sanksi yang bersifat mendidik.
C. KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
a.       Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan sesama seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat lainnya masing-masing dengan memelihara hak dan kehormatan baik dengan sesame muslim maupun dengan non-muslim, dalam hubungan ketetanggaan bahkan Islam memberikan perhatian sampai ke area 40 rumah yang dikategorikan sebagai tetangga yang harus dipelihara hak-haknya.
b.      Setiap keluarga dan anggota keluarga Muhammadiyah harus menunjukkan keteladanan dalam bersikap baik kepada tetangga50, memelihara kemuliaan dan memuliakan tetangga51, bermurah-hati kepada tetangga yang ingin menitipkan barang atau hartanya52, menjenguk bila tetangga sakit53, mengasihi tetangga /sebagaimana mengasihi keluarga/diri sendiri54, menyatakan ikut bergembira/senang hati bila tetangga memperoleh kesuksesan, menghibur dan memberikan perhatian yang simpatik bila tetangga mengalami musibah atau kesusahan, menjenguk/melayat bila ada tetangga meninggal dan ikut mengurusi sebagaimana hak-hak tetangga yang diperlukan, bersikap pemaaf dan lemah lembut bila tetangga salah, jangan selidik-menyelidiki keburukan-keburukan tetangga, membiasakan memberikan sesuatu seperti makanan dan oleh-oleh
c.       kepada tetangga, jangan menyakiti tetangga, bersikap kasih sayang dan lapang dada, menjauhkan diri dari segala sengketa dan sifat tercela, berkunjung dan saling tolong menolong, dan melakukan amar ma'ruf nahi munkar dengan cara yang tepat dan bijaksana. Dalam bertetangga dengan yang berlainan agama juga diajarkan untuk bersikap baik dan adil55, mereka berhak memperoleh hak-hak dan kehormatan sebagai tetangga56, memberi makanan yang halal dan boleh pula menerima makanan dari  mereka berupa makanan yang halal, dan memelihara toleransi sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan Agama Islam.
d.      Dalam hubungan-hubungan sosial yang lebih luas setiap anggota Muhammadiyah baik sebagai individu, keluarga, maupun jama'ah (warga) dan jam'iyah (organisasi) haruslah menunjukkan sikap-sikap sosial yang didasarkan atas prinsip menjunjung-tinggi nilai kehormatan manusia57, memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan kemanusiaan58, mewujudkan kerjasama umat manusia menuju masyarakat sejahtera lahir dan batin59, memupuk jiwa toleransi60, menghormati kebebasan orang lain61, menegakkan budi baik 62, menegakkan amanat dan keadilan63, perlakuan yang sama64, menepati janji65, menanamkan kasihsayang dan mencegah kerusakan66, menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang shalih dan utama67, bertanggungjawab atas baik dan buruknya masyarakat dengan
e.       melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar68, berusaha untuk menyatu dan berguna/bermanfaat bagi masyarakat69, memakmurkan masjid, menghormati dan mengasihi antara yang tua dan yang muda, tidak merendahkan sesama70, tidak berprasangka buruk kepada sesama71, peduli kepada orang miskin dan yatim72, tidak mengambil hak orang lain73, berlomba dalam kebaikan74, dan hubunganhubungan  Islam yang sebenar-benarnya.
f.       Melaksanakan gerakan jamaah dan da'wah jamaah sebagai wujud darimelaksanakan da'wah Islam di tengah-tengah masyarakat untuk perbaikan hidup baik lahir maupun batin sehingga dapat mencapai cita-cita masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.


D. KEHIDUPAN BERORGANISASI
1.      Persyarikatan Muhammadiyah merupakan amanat umat yang didirikan dan dirintis oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk kepentingan menjunjung tinggi dan menegakkan Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarbenarnya, karena itu menjadi tanggungjawab seluruh warga dan lebih-lebih pimpinan Muhammadiyah di berbagai tingkatan dan bagian untuk benar-benar menjadikan organisasi (Persyarikatan) ini sebagai gerakan da'wah Islam yang kuat dan unggul dalam berbagai bidang kehidupan.
2.      Setiap anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah berkewajiban memelihara, melangsungkan, dan menyempurnakan gerak dan langkah Persyarikatan dengan penuh komitmen yang istiqamah, kepribadian yang mulia (shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah), wawasan pemikiran dan visi yang luas, keahlian yang tinggi, dan amaliah yang unggul sehingga Muhammadiyah menjadi gerakan Islam yang benar-benar menjadi rahmatan lil `alamin.
3.      Dalam menyelesaikan masalah-masalah dan konflik-konflik yang timbul di Persyarikatan hendaknya mengutamakan musyawarah dan mengacu pada peraturan-peraturan organisasi yang memberikan kemaslahatan dan kebaikan seraya dijauhkan tindakan-tindakan anggota pimpinan yang tidak terpuji dan dapat merugikan kepentingan Persyarikatan.
4.      Menggairahkan ruh al Islam dan ruh al jihad dalam seluruh gerakan Persyarikatan dan suasana di lingkungan Persyarikatan sehingga Muhammadiyah benar-benar tampil sebagai gerakan Islam yang istiqamah dan memiliki ghirah yang tinggi dalam mengamalkan Islam.
5.      Setiap anggota pimpinan Persyarikatan hendaknya menunjukkan keteladanan dalam bertutur-kata dan bertingkahlaku, beramal dan berjuang, disiplin dan tanggungjawab, dan memiliki kemauan untuk belajar dalam segala lapangan kehidupan yang diperlukan.
6.      Dalam lingkungan Persyarikatan hendaknya dikembangkan disiplin tepat waktu baik dalam menyelenggarakan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, dan kegiatankegiatan lainnya yang selama ini menjadi ciri khas dari etos kerja dan disiplin Muhammadiyah.
7.      Dalam acara-acara rapat dan pertemuan-pertemuan di lingkungan persyarikatan hendaknya ditumbuhkan kembali pengajian-pengajian singkat (seperti Kuliah Tujuh Menit) dan selalu mengindahkan waktu shalat dan menunaikan shalat jama'ah sehingga tumbuh gairah keberagamaan yang tinggi yang menjadi bangunan bagi pembentukan kesalihan dan ketaqwaan dalam mengelola Persyarikatan.
8.      Para pimpinan Muhammadiyah hendaknya gemar mengikuti dan menyelenggarakan kajian-kajian keislaman, memakmurkan masjid dan menggiatkan peribadahan sesuai ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi, dan amalanamalan Islam lainnya.
9.      Wajib menumbuhkan dan menggairahkan perilaku amanat dalam memimpin dan mengelola organisasi dengan segala urusannya, sehingga milik dan kepentingan Persyarikatan dapat dipelihara dan dipergunakan subesar-besarnya untuk kepentingan da'wah serta dapat dipertanggungjawabkan secara organisasi.
10.  Setiap anggota Muhammadiyah lebih-lebih para pimpinannya hendaknya jangan mengejar-ngejar jabatan dalam Persyarikatan tetapi juga jangan menghindarkan diri manakala memperoleh amanat sehingga jabatan dan amanat merupakan sesuatu yang wajar sekaligus dapat ditunaikan dengan sebaik-baiknya, dan apabila tidak menjabat atau memegang amanat secara formal dalam organisasi maupun amal usaha hendaknya menunjukkan jiwa besar dan keikhlasan serta tidak terus berusaha untuk mempertahankan jabatan itu lebih-lebih dengan menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan akhlaq Islam.
11.  Setiap anggota pimpinan Muhammadiyah hendaknya menjauhkan diri dari fitnah, sikap sombong, ananiyah, dan perilaku-perilaku yang tercela lainnya yang mengakibatkan hilangnya simpati dan kemuliaan hidup yang seharusnya dijunjung tinggi sebagai pemimpin.
12.  Dalam setiap lingkungan Persyarikatan hendaknya dibudayakan tradisi membangun imamah dan ikatan jamaah serta jam'iyah sehingga Muhammadiyah dapat tumbuh dan berkembang sebagai kekuatan gerakan da'wah yang kokoh.
13.  Dengan semangat tajdid hendaknya setiap anggota pimpinan Muhammadiyah memiliki jiwa pembaru dan jiwa da'wah yang tinggi sehingga dapat mengikuti dan memelopori kemajuan yang positif bagi kepentingan `izzul Islam wal muslimin (kejayaan Islam dan kaum muslimin dan menjadi rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi alam semesta).
14.  Setiap anggota pimpinan dan pengelola Persyarikatan di manapun berkiprah hendaknya bertanggungjawab dalam mengemban misi Muhammadiyah dengan penuh kesetiaan (komitmen yang istiqamah) dan kejujuran yang tinggi, serta menjauhkan diri dari berbangga diri (sombong dan ananiyah) manakala dapat mengukir kesuksesan karena keberhasilan dalam mengelola amal usaha
15.  Muhammadiyah pada hakikatnya karena dukungan semua pihak di dalam dan di luar Muhammadiyah dan lebih penting lagi karena pertolongan Allah Subhanahu Wata'ala.
16.  Setiap anggota pimpinan maupun warga Persyarikatan hendaknya menjauhkan diri dari perbuatan taqlid, syirik, bid'ah, tahayul dan khurafat.
17.  Pimpinan Persyarikatan harus menunjukkan akhlaq pribadi muslim dan mampu membina keluarga yang Islami.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MAKALAH ANALISIS SITUASI KESEAHATAN


TIGAS MAKALAH 
ANALISIS SITUASI KESEHATAN


DISUSUN OLEH KLP 1:
ADHYATMA RAHMAN           : 210240138
HABiBI                                    : 210240092
MASRI                                     : 210240133
SUHERMAN                             : 210240057
SAMSULIHIN                           : 210240102

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan-bahan materi makalah ini dari buku yang kami pelajari. Kami telah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang  mata kuliah EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN yang berjudul “ANALISIS SITUASI KESEHATAN”.
            Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca,
            Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.

Parepare,    Desember 2012                                                         
            Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A.  LATARBELAKANG.......................................................................................... 1
B.  RUMUSAN MASALAH................................................................................... 2
C.  TUJUAN PENULISAN...................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................. 3
A.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN............... 3
       B.  ANALISIS DERAJAT MASALAH KESEHATAN.................................................. 5
       C.  ANALISIS LINGKUNGAN KESEHATAN........................................................... 8
       D.  ANALISIS PERILAKU KESEHATAN................................................................. 9           
       E.  ANALISIS PELAYANAN KESEHATAN.............................................................. 9
       F.  METODE ANALISIS DAN PENYAMPAIAN DATA............................................ 13
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 15
 A.  KESIMPULAN................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non-kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.Dengan kata lain manajemen kesehatan adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan sehingga menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, terpadu dari berbagai elemen (sub-sistem) yang saling menghubungkan dalam suatu proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan tertentu.
Sistem pelayanan kesehatan adalah sturktur atau gabungan dari suatu sub sistem dalam suatu unit atau dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat baik preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Sistem pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk Puskesmas, Rumah sakit, Balkesmas, dan unit-unit atau organisasi lain yang mengupayakan peningkatan kesehatan.
Perencanaan merupakan kegiatan inti manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan tersebut memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Di bidang kesehatan, proses perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving).
Perencanaan menjadi keterampilan yang utama dalam manajemen modern. Tetapi banyak kemudian orang frustrasi dengan perencanaan karena kegiatan yang sudah direncanakan gagal dilaksanakan karena dana dan sumber lain tidak tersedia dan tidak cukup orang yang termotivasi untuk pelaksanaan. Dalam konteks Indonesia, setiap orang yang terlibat dalam perencanaan seperti diberi harapan bahwa kegiatan mereka akan dibiayai. Tetapi kemudian kenyataannya biaya tidak cukup dan pelaksanaan kegiatan yang direncanakan tetap sebagai rencana.
Perencanaan merupakan suatu fungsi penganalisaan tujuan yang telah di tetapkan terlebih dahulu menjadi urutan tindakan yang sistematis. Perencanaan merupakan suatu organisasi adalah suatu proses yang berkesinambungan, tidak akan pernah berhenti, karena organisasi akan terus menghasilkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh unit-unit pelaksanaan.
Dalam problem solving cycle proses pemecahan masalah selalu dimulai dari analisis situasi. Analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya tentang kondisi kesehatan daerah yang akan berguna dalam menetapkan permasalahan.
Proses  pemecahan masalah harus dapat benar- benar memecahkan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat.semua itu memerlukan dukungan informasi yang tepat dari proses analisis situasi. 

B.      Rumusan masalah
Bagaimana sebenarnya proses analisis situasi dalam proses perencanaan kesehatan dalam memecahkan suatu masalah kesehatan dan aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam proses analisis situasi kesehatan akan di bahas di dalam makalah ini.

C.      Manfaat
Untuk menambah wawasan penulis dalam menganalisa masalah-masalah kesehatan dan mencari alternatif pemecahannya.













BAB II
PEMBAHASAN

A.     Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat ksehatan
Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
4. Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ9K4IqmG9PEtcKc2erIRELp2LdqdI7QBItKj0sfwyMcaMtDqV_Sh5efOCTV8ZReIEHX764_HNl8efE3OtPKQqTgIEdtTa0EPkVDHDfkXI8L8wLedwy8yPi0CpYtCag242XF3F_yFDIPsQ/s320/m.bmp
Faktor lingkungan/Environment
Contoh : Akses terhadap air bersih, Jamban/ tempat BAB, Sampah, Lantai Rumah, Breeding places, Polusi, Sanitasi tempat umum, Bahan Beracun Berbahaya (B3), Kebersihan TPU (Tempat Pelayanan Umum)

Faktor perilaku / Life styles
Contoh : alkohol, rokok, promiscuity: tempat-tempat berisiko, narkoba, olah raga dan Health seeking behavior : Kalau tidak sakit parah tidak akan pergi ke puskesmas


Faktor pelayanan kesehatan / Medical care services
Contoh : ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan (balai pengobatan) maupun rujukan (rumah sakit), ketersediaan tenaga, peralatan kesehatan bersumberdaya masyarakat; Kinerja/cakupan serta pembiayaan /anggaran

Faktor Herediter atau Kependudukan / Heredity
Contoh : Penyakit-penyakit yang sifatnya turunan dan mempengaruhi sumberdaya masyarakat, Jumlah penduduk dan Pertumbuhan penduduk serta jumlah kelompok khusus/rentan: bumil, persalinan, bayi, dll.

Derajat kesehatan bukan ditentukan oleh satu faktor saja, sehingga dalam menganalisis suatu masalah kesehatan  sebagai proses dalam analisis situasi mengharuskan kita menganalisis masalah kesehatan secara multifaktoral pula.

B.      Analisis derajat ( masalah ) kesehatan
Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu bukan saja sehat dalam arti bebas dari penyakit tetapi termasuk juga tercapainya kesejahteraan fisik, sosial dan mental.
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang merupakan kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di masyarakat. Indikator keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan).
Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi . Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu .
Dalam menganalisis masalah kesehatan diperlukan kemampuan untuk mengaplikasikan metode dan konsep epidemiologi, sebab pada dasarnya ukuran-ukuran yang digunakan dalam menggambarkan masalah atau derajat kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian).


1.      Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu. Ada beberapa jenis angka kematian yang mempunyai kepekaan lebih terhadap masalah kesehatan dibandingkan jenis angka kematian lainnya.
a.      Angka kematian bayi ( infant mortality rate )
Penelitian menunjukkan bahwa IMR sangat erat kaitannya dengan kualitas lingkungan hidup, gizi masyarakat, keadaan sosial ekonomi, tingginya IMR menunjukkan bobot masalah mengenai perinatal,: komplikasi kehamilan, perawatan kehamilan, komplikasi persalinan dan perawatan bayi. Kematian balita sangat berkaitan dengan kualitas sanitasi rumah tangga dan keadaan gizi anak

2.      Morbiditas
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya dikategorikan di dalam istilah tunggal MORBIDITAS. Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam Epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi & prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka prevalensi.
a.      Incidence rate
Incidence rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan . Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit. Periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga menjadi sakit.
Incidence rate = x 1000


Misalnya di kecamatan x yang berpenduduk 11.345 jiwa, jumlah kasus baru penyakit DBD g ditemukan selama tahun 1995 sebanyak 234 orang . dalam kasus DBD , seluruh penduduk beresiko terhadap penyakit ini, oleh karena itu angka insidensnya :
 x 100 = 2,06 %
Atau 2,06 kasus baru per seribu penduduk selama setahun.

b.      Angka prevalens
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan.  Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Period Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
 Rumus yang digunakan :
Period prevalence rate =  x 100
 b) Point Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
 Rumus :
Point prevalence rate =    x  100

C.      Analisis lingkungan kesehatan
Aspek lingkungan adalah faktor yang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan. Secara spesifik aspek lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu aspek lingkungan fisik, biologis, dan lingkungan sosial.
1.      Lingkungan fisik
Kinerja manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan fisik. Lingkungan fisik bisa berupa suhu, cuaca, manusia lain, pemandangan, suara, bau, dan lain-lain. Yang semua aspek tersebut besar kecilnya dapat mempengaruhi terjadinya penyakit dan tingkat kesehatan masyarakat.
Analisis lingkungan fisik ini dapat dilakukan dengan mempergunakan data yang diperoleh dari sumber-sumber data yang ada seperti Badan Meteorologi dan Geofisika, BPS, dan lain-lain.
2.      Lingkungan biologis
Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah sanitasi, kuman penyakit, vektor, binatang tenak, dan lain-lain. Ada berbagai jenis indikator dalam menganalisis lingkungan bilogis seperti akses terhadap air bersih, jumlah jamban dan pembuangan sampah, keberadaan vektor penyakit. Tergantung dari jenis datanya.
3.      Linkungan sosial-ekonomi
Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan.
Tingkat ekonomi masyarakat juga juga dapat menjadi indikator dari kemampuan masyarakat untuk ikut menikmati pelayanan kesehatan. Adanya akses ke pelayanan kesehatan saja belum dapat dijadikan jaminan bahwa mereka akan dapat pelayanan kesehatan secara optimal.
Mengenai lingkungan sosial dapat berguna dalam menganalisis situasi kesehatan. Misalnya secara sosial diketahui bahwa penderita penyakit kusta selalu dikucilkan dari pergaulan karena dianggap dapat menularkan ke orang lain.
Data yang diperlukan untuk menganalisis lingkungan kesehatan diantaranya adalah indikator ekonomi daerah seperti produk domestik bruto per kapita, perkembangan pendapatan asli daerah, dan lain-lain. Sedangkan untuk data lingkungan sosial diperoleh dari lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti organisasi sosial kemasyarakatan.

D.     Analisis perilaku kesehatan
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat.Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.
Sumber data dan informasi tentang analisis perilaku kesehatan ini ada yang dapat dicari dai susenas, SKRT, dan lain-lain. Dab ada pula yang dapat dicari secara kualitatif dari sumber data yang lansung dimsyarakat seperti tokoh masyarakat, bidan, dukun dan lain-lain. Secara teknis tidak semua indikator perilaku kesehatan in dapat didapat.
Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan Dapat menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya .

E.      Analisis pelayanan kesehatan
Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif . Analisis ini menghasilkan data tau informasi tentang input, proses, out put dan dampak dari pelayanan kesehatan.
Sumber-sumber data yang ada untuk analisis ini adalah sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP), sistem pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SP2RS), survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS), survey kesehatan rumah tangga (SKRT) dan lain-lain.
Analisis program dan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem, yaitu dengan memperhatikan komponen input-proses-output. Namun karenaaspek proses dalam program dan pelayanan kesehatan sangat banyak dan berbeda-beda antar program maka analisis lebih ditekankan pada komponen input dan output.
1.      Analisis input
Ada berbagai input upaya kesehatan, seperti tenaga, dana, fasilitas dan sarana, kebijakan, teknologi dan lain-lain. Langkah dalam analisis input adalah merinci secara jelas input yang ada untuk setiap jenis input baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Misalnya analisis keadaan fasilitas kesehatan yang ada di DATI II dapat dilakukan dengan membuat daftar dari semua fasilitas yang ada :
Keadaan fasilitas kesehatan di kabupaten “X” tahun 2012
No
Jenis fasilitas
Jumlah
1
Rumah sakit umum
2
2
Rumah sakit khusus
1
3
Rumah bersalin
5
4
Puskesmas DTP
11
5
Puskesmas non-DTP
27
6
Puskesmas pembantu
52
7
Poliklinik swasta
12
8
Praktek dokter
70
9
Laboratorium klinik
3
10
apotek
5





            Keadaan fasilitas RS di kabupaten “X” tahun 2012
No
Nama RS
Tipe
Kapasitas TT
kepemilikan
1
RS “A”
B
125
Pemerintah
2
RS “B”
C
40
ABRI
3
RS “C”
C
35
Pemerintah
4
RS bersalin “A”
-
10
Swasta
5
RS bersalin “B”
-
25
Swasta
6
RS bersalin “C”
-
15
swasta

Dari tabel –tabel di atas dapat diambil beberapa indikator  berupa rasio antara jumlah jumlah puskesmas dengan jumlah penduduk, rasio kapasitas tempat tidur dengan jumlah penduduk dan lain-lain. Gambaran ini penting untuk menganalisis kebutuhan masyarakat akan akses ke fasilitas kesehatan.
Analisis juga perlu dilakukan untuk aspek-aspek lain dari komponen input. Contoh berikut adalah analisis sumber daya tenaga kesehatan yang ada dikabupaten “X” tahun 2012.
Keadaan sumber daya tenaga kesehatan di kabupaten “X” tahun 2012
No
Jenis tenaga
jumlah
1
Dokter ahli
15
2
Dokter umum
52
3
Dokter gigi
14
4
Apoteker
9
5
Sarjana kesehatan masyrakat
5
6
Sarjana kesehatan lain
7
7
Paramedis perawatan
897
8
Paramedis non perawatan
205
9
Paramedis pembantu
299
10
Tenaga non kesehatan
321

Dari hasil rincian dapat dianalisis lebih lanjut tentang kecukupan tenaga kesehatan di daerah tersebut. Indikatornya dapat berupa rasio tenaga dengan jumlah penduduk yang dilayani, rasio dokter dengan jumlah ibu hamil dan lain-lain.

2.      Analisis ouput upaya kesehatan
Dari berbagai pelaksanaan program , dapat dilakukan analisis tentang hasil yang dicapai dengan upaya kesehatan tersebut. Dalam analisis perlu dibedakan antara pencapaian program dengan output program. Pencapaian program lebih bersifat statis , yaitu hanya menggambarkan keadaan sampai suatu saat tertentu, misalnya angka pencapaian imunisasi campak yang dinyatakan dalam % ( jumah bayi yang diimunisasi campak dibagi dengan jumlah target populasi imunisai campak yaitu seluruh populasi bayi).
Output program lebih bersifat dinamis, yang menggambarkan berapa banyak outpu (hasil) yang diproduksi per satuan waktu, misalnya per bulan. Dengan mengetahui output imunisasi campak per bulan misalnya, maka akan bisa dilihat pola/ trend output selama setahun. Trend ini pada dasarnya menggambarkan kapasitas upaya kesehatan dan akan berguna untuk penetapan sasaran pada masa yang akan datang.

3.      Analisis peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat sering kali menjadi faktor penting dalam keberhasilan program kesehatan. Kesulitannya adalah bahwa belum adanya ukuran standar peran serta masyarakat dalam program kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat dibandingkan dengan pengukuran pada daerah atau waktu yang lain.
Contoh analisis peran serta masyarakat ini adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti posyand, rasio kader kesehatan yang aktif dan lain-lain.

4.      Analisis kebijakan pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Perlu juga dilakukan analisis terhadap kebijakan pembangunan kesehatan, yang sesuai dengan tingkat analisisnya masing-masing.
F.       Metode analisis dan penyampaian data
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisis data yang ada. Untuk topik ini bahasan akan dibatasi pada metode penyampaian data dan analisis data saja. Ada beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah.
Analisis epidemiologi pada dasarnya adalah mengelompokkan kejadian penyakit pada variabel orang, tempat, dan waktu. Dengan pengelompokan ini dapat siapa atau kelompok mana yang menderita penyakit tertentu, sehingga identifikasi masalah dan penetapan tujuan program dapat lebih akurat.
1.      Analisis perbandingan
Rata-rata antara dua atau lebih kelompok sampel data. asumsi mendasar dalam analisis perbandingan adalah bahwa variabel data yang akan dibandingkan harus mengikuti distribusi normal.Asumsi lainnya yang harus dipenuhi dalam analisis perbandingan dengan ANOVA (Analysis of Variance) adalah homogenitas varians. Ini dilakukan melalui uji Levene's homogenity-of-variance test.
2.      Analisis kecenderungan
Analisis kecenderungan sangat berguna dilakukan untuk melihat kecenderungan kejadian penyakit disuatu daerah . bila pada suatu daerah yang diketahui endemis tb,paru diketemukan bahwa prevalens penderita semakin meningkat pada tahun-tahun terakhir, maka patut dicurigai terjadi peningkatan tingkat resistansi basil tuberculosis terhadap antibiotika.
Analisis kecenderungan juga berguna dalam melihat apakah kejadian penyakit tertentu mempunyai kecenderungan siklus atau tidak. Dapat pula diperkirakan hubungan kejadian penyakit dengan terjadinya kasus kasus tertentu, misalnya dengan adanya kasus kerusuhan belakangan ini diberbagai daerah yang mengakibatkan tururnnya aktivitas imunisasi . dapat diperkirakan terjadi peningkatan penyakit yang terkait pada masa yang akan datang.

Untuk penyampaian data dan informasi dapat berupa :
a.      Naratif
Informasi yang terkumpul dapat disajikan secara naratif. Informasi yang ada dituliskan secara rinci dan jelas. Metode ini tepat untuk menyajikan informasi yang bersifat kualitatif.
b.      Tabel
Tabel adalah penyajian data dalam bentuk kumpulan angka yang disusun menurut kategori-kategori tertentu, dalam suatu daftar. Dalam tabel, disusun dengan cara alfabetis, geografis, menurut besarnya angka, historis, atau menurut kelas-kelas yang lazim.
c.       Grafik
Grafik dapat didefinisikan sebagai penyajian data berangka, suatu tabel gambar yang dapat mempunyai nilai informasi yang sangat berfaedah, namun dari grafik yang menggambarkan intisari informasi sekilas akan lebih efektif, grafik merupakan keterpaduan yang lebih menarik dari sejumlah tabulasi data yang tersusun dengan baik, tujuan membuat grafik adalah untuk memperhatikan perbandingan, informasi kwalitatif dengan cepat serta sederhana. Ada beberapa macam grafik, dan yang paling umum di gunakan adalah grafik-grafik garis, batang, lingkaran atau piring dan grafik bergambar. Efektivitas penggunaan grafik diantaranya: cara penyajian, karakteristik warga belajar, tujuan pendidikan, dan teknik
















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Derajat kesehatan bukan ditentukan oleh satu faktor saja, sehingga dalam menganalisis suatu masalah kesehatan  sebagai proses dalam analisis situasi mengharuskan kita menganalisis masalah kesehatan secara multifaktoral pula.
Dalam analisis situasi kesehatan selayaknya meliputi 5 aspek yaitu :
a.      analisis derajat ( masalah kesehatan )
b.      analisis perilaku kesehatan
c.       analisis lingkungan kesehatan
d.      analisis faktor kependudukan termasuk faktor keturunan
e.      analisis program dan pelayanan kesehatan.




















DAFTAR PUSTAKA



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS