RSS

MAKALA PENYAKIT FLU BURUNG


Tugas Individu Dasar Dasar Epidemiologi

PENYAKIT FLU BURUNG

DISUSUN OLEH :

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas Makalah Dasar dasar epidemiologi tentang penyakit “ FLU BURUNG”
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Dasar dasar epidemiologi. Makalah  ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa yang diharapkan  dan Dengan terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap pembacanya. Makalah ini saya sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran.
selesainya makalh ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Olehnya itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlaskepada Allah SWT, serta ucapan terima kasih kepada : Dosen Pembimbing dan Teman teman berkat kerjasamanya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini selanjutnya. Besar harapan saya, semoga makalah yang saya buat  ini mendapat ridho dari Allah SWT.
Amin..

Parepare, Januari 2013



                  Penyusun




A.    Latar belakang
Avian influenza pertama kali ditemukan menyerang di itali sekitar 100 tahun yang lalu. Wabah virus ini menyerang manusia pertama kali di Hongkong pada tahun 1997 dengan 18 korban dan 6 diantaranya meninggal3. Sejarah dunia telah mencatat tiga pandemi besar yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Pandemi pertama terjadi pada tahun 1918 berupa flu spanyol yang disebabkan oleh subtipe H1N1 dan memakan korban meninggal 40 juta orang. Pandemi ini sebagian besar terjadi di eropa dan amerika serikat. Pandemi kedua terjadi pada tahun 1918 berupa flu asia yang disebabkan oleh H2N2 dengan korban 4 juta jiwa. Pandemi terakhir pada tahun 1968 berupa flu hongkong yang disebabkan oleh H3N2 dengan korban 1 juta jiwa1.
Sampai bulan juni 2007 sebanyak 313 orang diseluruh dunia telah terjangkit virus AI dengan 191 diantaranya meninggal dunia. Kasus penyakit ini meningkat cepat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 tercatat terdapat 4 kasus, kemudian berkembang menjadi 46 kasus (2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006), dan pada tahun 2007 pertanggal 15 juni sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka kematian 60%. Negara yang terjangkit sebagian besar adalah negara-negara di asia (thailand, vietnam, kamboja, china, dan indonesia), tetapi saat ini telah menyebar ke irak dan turki2.
Kasus AI di Indonesia bermula dari ditemukannya kasus pada unggas di pekalongan, jawa tengah pada bulan agustus 20032. Menghadapi penyakit yang semakin merebak, pemerintah memutuskan untuk mrengimpor vaksin dalam jumlah terbatas dan dilakukan vaksinasi pada sejumlah unggas. Pada januari 2004, ketua I persatuan dewan hewan indonesia (PDHI), C.A. Nidom, mengumumkan bahwa identifikasi DNA dengan sampel 100 ayam yang diambil dari daerah wabah menunjukkan positif telah terjangkit flu burung1. Pada april 2004, dirjen bina produksi peternakan mengidentifikasi masuknya virus flu burung di indonesia, yakni penyelundupan vaksin flu burung, penyelundupan unggas, dan migrasi burung5.
Sampai akhirnya, pada akhir februari 2005 ribuan unggas, ayam, dan burung di lima kabupaten dan kota di jawa barat mati karena flu burung. Untuk pertama kalinya, kasus flu burung pada manusia di indonesia ditemukan pada bulan juli 2005. Kemudian, pemerintah menetapkan flu burung sebagai kejadian luar biasa (KLB) nasional mengingat banyaknya korban, baik unggas maupun manusia yang terjangkit virus flu burug. Sampai dengan september 2008 penyebaran flu burung pada manusia di Indonesia yang telah dikonfirmasi oleh Komnas Flu Burung Indonesia telah menyebar di 12 provinsi, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Lampung, Sulawesi selatan, Sumatera Selatan, Riau, dan Bali dengan jumlah kasus mencapai 137 dan 112 diantaranya meninggal dunia. jumlah kasus tterbanyak Jawa Barat dengan jumlah kasus 33 jiwa dan kasus meningggal 27 jiwa. sedangkan untuk daerah Tanggerang Banten memduduki peringkat terbanyak dengan jumlah kasus 25 jiwa dan meninggal 25 jiwa. Tanggerang merupakan salah satu daerah dengan kasus penularan Avian Influenza cukup tinggi. hingga saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggerang Banten telah menetapkan 10 kecamatannya sebagai daerah epidemis atau wilayah penyebab dan penularan virus flu burung
Wabah flu burung sangat merugikan masyarakat, selain dari segi kesehatan terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena wabah flu burung membuat orang menjadi takut mengonsumsi daging ayam serta takut berpergian di daerah yang dinyatakan positif endemi flu burung, sehingga secara tidak langsung melumpuhkan sektor peternakan dan pariwisata di negara tersebut1. padahal jika dilihat dari data FAO pada tahun 2003 Asia tenggara termasuk Indonesia merupakan tempat peternakan unggas terbesar kedua terbesar didunia, sehingga bisa dibayangkan berapa banyak kerugian yang akan diderita apabila sektor peternakan unggas ini lumpuh



A.   Penyebab penyakit flu burung
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A .Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift,Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektanmisalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

1.Perkembangan penyakit flu burung
Pada awalnya virus flu burung H5N1 hanya terbatas pada unggas, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah muncul sebagai penyakit menular yang sangat fatal pada  manusia. Pada tahun 1997, Avian Influenza A subtipe  H5N1 telah menginfeksi manusia untuk pertama kalinya, dimana dari delapan belas orang pertama yang terinfeksi, enam di antaranya meninggal dunia. Pada bulan Januari 2003, flu burung kembali menginfeksi manusia di Hong Kong, dan sejak tahun 2004 infeksi pada manusia banyak terjadi di negara-negara Asia lainnya.
2.Hubungan Penyebab dan penyakit flu burung
   Penyakit Flu Burung atau lebih dikenal dengan istilah Avian Influenza (AI) disebabkan oleh virus inflenza tipe A dari berbagai subtipe. Sebenarnya avian influenza bukan barang baru, tetapi sudah ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 1924. Secara garis besar virus influenza dibagi kedalam tiga golongan yaitu A, B dan C. Tipe-tipe ini dibagi berdasarkan kandungan protein Hemaglutinin (H) danNeuraminidase (N) yang terdapat pada permukaan virus. Virus influenza mempunyai subtipe H1 sampai dengan H15 dan mempunyai pasangan N1 sampai dengan N9, itulah sebabnya penamaan virus influenza menjadi subtipe HxNy (contohnya H5N1 dan H2N9).  Kandungan kedua protein ini yang menentukan apakah virus tersebut dari jenis yang mematikan atau tidak. Protein N, selain menentukan tingkat patogen virus juga sebagai determinator (penentu) jenis inang (host) virus, apakah virus tersebut hidup pada burung, itik, babi atau bahkan pada manusia. 
Virus flu burung mudah bermutasi dan sifatnya sangat labil, bila menyerang pada manusia dapat berakibat fatal, sehingga sering disebuthighly pathogenic avian influenza. Terdapat 2 sifat virus flu burung ini, yaitu antigenic shift  yang artinya virus betul-betul berubah bentuknya menjadi virus lain yang mungkin lebih ganas kemudian yang satu lagi disebut antigenic draft artinya virus bermutasi di dalam dirinya sendiri..

3. Model hubungan kausal penyakit flu burung
Flu Burung (Avian Influenza) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus influenza strain type A (H5N1). Penyakit ini menular dari burung kepada burung, tetapi juga dapat menularkan kepada manusia.Penyakit ini dapat menular lewat udara yang tercemar virus H5N 1 yang berasal dari kotoran burung / unggas yang menderita influenza.Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia.Penyakit ini terutama menyerang petemak unggas.Masa inkubasi penyakit ini sangat singkat yaitu 1 - 3 hari.
Virus AI diramalkan potensial sebagai “makhluk pembunuh” yang menakutkan bila penyebarannya tidak bisa dihentikan.Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menduga pandemi global flu burung dapat menewaskan sekitar tujuh juta umat manusia.Kini, seluruh negara di dunia bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya pandemi global (terjadinya wabah dalam waktu bersamaan dalam wilayah yang luas).Penyakit flu burung sebenarnya termasuk tipe penyakit air borne desease (penyakit yang menular melalui udara/pernapasan), bukan tipe penyakit food borne desease (menular lewat makanan).

4. Faktor agent dari penyakit flu burung
Lingkungan Biologis
Faktor lingkungan biologis pada penyakit flu burung yaitu agent.Agent merupakan sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang dalam hal ini adalah virus aviant influenza (H5N1).Sifat virus ini adalah mampu menular melalui udara dan mudah bermutasi.Daerah yang diserang oleh virus ini adalah organ pernafasan dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat penyakit ini sangat tinggi.
Lingkungan Fisika
-       Suhu
Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang pada saat itu sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus menjangkiti seseorang. Selain itu virus flu burung juga memerlukan suhu yang optimal agar dapat bertahan hidup.
-            Musim
Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya faktor kebiasaan burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin. Misalkan burung-burung yang tinggal di pesisir utara Cina akan bermigrasi ke Australia dan Asia Tenggara pada musim dingin, burung-burung yang telah terjangkit tersebut akan berperan menularkan flu burung pada hewan yang tinggal di daerah musim panas atau daerah tropis tempat burung tersebut migrasi

-        Tempattinggal
Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung misalnya apakah tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak, di tempat tinggalnya apakah ada orang yang sedang menderita flu burung atau tidak.
-       Lingkungan sosial
Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum yang membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan masyarakat Bali yang menggunakan daging mentah yang belum dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai makanan tradisional.Begitu pula dengan orang- orang di eropa yang terbiasa mengonsumsi daging panggang yang setengah matang atau bahkan hanya seper-empat matang. Selain itu juga pada tradisi sabung ayam akan membuat risiko penyakit menular pada pemilik ayam semakin besar.

A.   Riwayat alamiah
Riwayat alamiah penyakit flu burung terdiri dari empat fase, yaitu:

1.    Tahap rentan (Pre-patogenesis)

       Fase rentan (pre-patogenesis) adalah tahap berlangsungnya proses etiologis, dimana faktor penyebab pertama untuk pertama kalinya bertemu dengan pejamu (Host). Faktor penyebab pertama ini belum menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi berkembangnya penyakit di kemudian hari.Faktor penyebab pertama ini disebut juga faktor resiko karena kehadirannya meninggalkan
kemungkinan terhadap terjadinya penyakit sebelum fase ireverbilitas.

Tahap rentan pada flu burung adalah orang yang berada di daerah endemik. Pada tahap ini terjadi penyebaran dan penularan virus tapi proses penyebarannya belum dipahami secara menyeluruh. Bebek dan angsa merupakan pembawa (carrier) virus influenza A subtipe H5 dan H7. Unggas air liar ini juga menjadi reservoir alami untuk semua virus influenza. Diperkirakan penyebaran virus flu burung karena adanya migrasi dari unggas liar tersebut.

Beberapa cara penularan virus flu burung yang mungkin terjadi :
a. Penularan antar Unggas

Flu burung dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit, melalui air minum, dan pasokan makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang terinfeksi flu burung. Di peternakan unggas, penularan dapat terjadi secara mekanis melalui peralatan, kandang, pakaian ataupun sepatu yang telah terpapar pada virus flu H5N1 juga pekerja peternakan itu sendiri. Jalur penularan antar unggas di peternakan adalah melalui:

1) Pergerakan unggas yang terinfeksi.
2) Kontak langsung selama perjalanan unggas ke tempat pemotongan.
3) Lingkungan sekitar (tetangga) dalam radius 1 km.
4) Kereta atau troli yang digunakan untuk mengangkut makanan, minuman unggas dan lain-lain.
5) Kontak tidak langsung saat pertukaran pekerja dan alat-alat.

b. Penularan dari Unggas ke Manusia

Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika manusia kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1.
Orang yang berisiko tinggi tertular flu burung adalah :
1) Pekerja di peternakan ayam.
2) Pemotong ayam.
3) Orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung.
4) Orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung.
5) Populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu burung.
c. Penularan antar Manusia

Menurut WHO, pada tahun 2004 di Thailand dan tahun 2006 di Indonesia, diduga terjadi adanya penularan dari manusia ke manusia tetapi belum jelas.Model penularan ini perlu diantisipasi secara serius karena memiliki dampak yang sangat merugikan dan mengancam kesehatan, kehidupan sosial, ekonomi dan keamanan manusia. Hal ini sangat mungkin terjadi karena virus flu burung memiliki kemampuan untuk menyusun ulang materi genetik virus flu burung dengan virus influenza manusia sehingga timbul virus Influenza subtipe baru yang sangat mudah menular (reassortment).

d. Penularan dari Lingkungan ke Manusia

Secara teoritis, model penularan ini dapat terjadi karena ketahanan virus H5N1 di alam atau lingkungan. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti mekanisme penularan flu burung pada manusia.Diperkirakan melalui saluran pernapasan karena dari hasil penelitian didapatkan reseptor H5N1 pada saluran napas manusia terutama saluran napas bagian bawah dan saluran pencernaan.Namun belum bisa dibuktikan penularan flu burung melalui saluran pencernaan.Kotoran unggas, biasanya kotoran ayam yang digunakan sebagai pupuk, menjadi salah satu faktor risiko penyebaran flu burung.Penularan unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung (H5N1) atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.

e. Penularan ke Mamalia Lain

Virus flu burung (H5N1) dapat menyebar secara langsung pada beberapa mamalia yang berbeda yaitu babi, kuda, mamalia yang hidup di laut, familia Felidae (singa, harimau, kucing) serta musang (Stone marten).
C. Upaya pencegahan penyakit flu burung
·         Kotoran dari burung atau unggas yang terinfeksi dapat membawa virus flu burung, jadi sebaiknya jangan menyentuh burung, unggas atau kotorannya.
·         Bila anda telah memang burung atau unggas, segara cuci tangan dengan sabun cair dan air.
·         Masak dengan benar unggas dan telurnya sebelum dimakan/dihidangkan
·         Bila anda mengalami gejala flu, konsultasi ke dokter dan memakai masker untuk menghindari penyebaran penyakit.
·         Perlindungan terbaik terhadap influenza adalah dengan memiliki pertahanan tubuh yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan diet yang seimbang, olahraga yang teratur, istirahat yang cukup, kurangi stress, dan tidak merokok. Hindari tempat umum padat yang bersirkulasi udara buruk
·         Bila anda mengalami gejala demam dan pernafasan setelah kembali dari negara yang dilaporkan ada wabah flu burung, konsultasi ke dokter anda dan ceritakan perjalanan anda selama ini.

D. Transisi epidemiologi penyakit flu burung
            Virus influenza secara umum dapat terjadi melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak tidak langsung (Bridges CB, et.al. 2003).Sebagian besar kasus infeksi HPAI pada manusia disebabkan penularan virus dari unggas ke manusia (Beigel JH et.al. 2005).Pada tahun 1997 dari total 18 orang yang didiagnosis telah terinfeksi dengan H5N1 di Hongkong dimana 6 diantaranya meninggal menunjukkan bahwa adanya kontak langsung dari korban dengan unggas yang terinfeksi.Tidak ada risiko yang ditimbulkan dalam mengkonsumsi daging unggas yang telah dimasak dengan baik dan matang (Mounts AW, et.al.1999). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui risiko terinfeksi H5N1 bagi para pakerja atau peternak unggas (Bridges CB, et.al. 2002), penelitian tentang risiko tenaga kesehatan yang menangani pasien avian influenza A (Schults C, et.al. 2005), dan juga penelitian tentang kemungkinan transmisi virus H5N1 pada binatang lainnya.
 Bukti bahwa terjadinya transmisi dari manusia ke manusia sangat jarang ditemukan. Namun demikian berdasarkan beberapa kejadian dimana terjadi kematian pasien yang berkerabat dekat disebabkan oleh infeksi virus H5N1 (Hien TT, et. al. 2004), dan transmisi yang terjadi didalam keluarga penderita pada tahun 2004 di Thailand, antara seorang anak perempuan berumur 11 tahun yang tinggal bersama bibinya, diduga telah menularkan virus H5N1 kepada bibi dan ibunya yang datang dari kota lain yang berjauhan untuk merawat anaknya yang sakit terinfeksi H5N1. Putrinya meninggal pada tanggal 8 September 2004 setelah sempat dirawat selama satu hari di rumah sakit.Seminggu kemudian pada tanggal 17 September ibunya dibawa kerumah sakit dan diduga terinfeksi virus H5N1 dan meninggal pada tanggal 20 September 2004.Sedangkan bibinya menderita gejala flu dan dibawa ke rumah sakit pada tanggal 23 September dan diobati dengan oseltamivir (tamiflu).Bibinya berhasil disembuhkan dan pulang dari rumah sakit pada tanggal 7 Oktober 2004.Dari pemeriksaan laboratorium dapat dipastikan bahwa baik ibu maupun bibinya telah terinfeksi virus H5N1 yang berasal dari anaknya, selama mereka merawat anaknya yang sedang sakit (Ungchusak K, et.al. 2005). Kekhawatiran yang muncul di kalangan para ahli genetika adalah bila terjadi rekombinasi genetik (genetic reassortment) antara virus influenza burung dan virus influenza manusia, sehingga dapat menular antara manusia ke manusia.
Ada dua kemungkinan yang dapat menghasilkan subtipe baru dari H5N1 yang dapat menular antara manusia ke manusia adalah :
a.    virus dapat menginfeksi manusia dan mengalami mutasi sehingga virus tersebut dapat beradaptasi untuk mengenali linkage RNA pada manusia, atau virus burung tersebut mendapatkan gen dari virus influenza manusia sehingga dapat bereplikasi secara efektif di dalam sel manusia. Subtipe baru virus H5N1 ini bermutasi sedemikian rupa untuk membuat protein tertentu yang dapat mengenali reseptor yang ada pada manusia, untuk jalan masuknya ke dalam sel manusia, atau     
b.    Kedua jenis virus, baik virus avian maupun human influenza tersebut dapat secara bersamaan menginfeksi manusia, sehingga terjadi “mix” atau rekombinasi genetik, sehingga menghasilkan strain virus baru yang sangat virulen bagi manusia (Herman RA & Strorck M. 2005). Walaupun perkiraan fase dimana penularan antar manusia ini masih belum dapat diketahui, akan tetapi pencegahan transmisi antar manusia ini perlu mendapatkan perhatian yang serius mengingat bahwa telah dilaporkan bahwa seorang perawat di Vietman telah menderita penyakit serius setelah dia menangani pasien yang terinfeksi dengan virus H5N1. Dalam salah satu penelitian ditemukan bahwa mutasi dari H5N1 kemungkinan besar dapat menghasilkan varian virus H5N1 baru yang dapat mengenali reseptor spesifik yang ada pada sel manusia (natural humanα2-6 glycan), sehingga bila ini terjadi maka penularan virus H5N1 dari manusia ke manusia dapat terjadi dengan mudah (Stevens J. et.al. 2006).
E. Etika epidemiologi dari penyakit Flu burung
Etika epidemiologi akan berkaitan dengan sikap seorang peneliti terhadap hak kewajiban terhadap subjek penelitian tentang penyakit flu burung.
1.    Perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian
a. Kerahasiaan keadaan penderita penyakit flu burung (konfidensialitas)
b. Hak dan kewajiban responden surat pernyataan (informed consent)
c.  Pemberian penghargaan kepada peneliti penyakt flu burung
d.  Batas – batas intervensi yang dapat dilakukan pada penelitian flu burung.

F. Segitiga epidemiologi flu burung
- Agent
Virus penyebab flu burung tergolong family orthomyxoviridae. Virus terdiri atas 3 tipe antigenik yang berbeda, yaitu A, B, dan C. Virus influenza A bisa terdapat pada unggas, manusia, babi, kuda, dan kadang-kadang mamalia yang lain, misalnya cerpelai, anjing laut, dan ikan paus. Namun, sebenarnya horpes alamiahnya adalah unggas liar. Sebaliknya, virus influenza B dan C hanya ditemukan pada manusia. Penyakit flu burung yang disebut pula avian influenza disebabkan oleh virus influenza A2. Virus ini merupakan virus RNA dan mempunyai aktivitas haemaglutinin (HA) dan neurominidase (NA). Pembagian subtipe virus berdasarkan permukaan antigen, permukaan hamagluinin, dan neurominidase yang dimilikinya.
-       Host
Host sendiri merupakan adalah organisme tempat hidup agent tertentu yang dalam suatu keadaan menimbulkan penyakit pada organisme tersebut. Flu burung sebenarnya tidak mudah menular dari hewan yang telah terinfeksi, namun jalan untuk penularan itu akan semakin mudah apabila seseorang itu berada dalam kondisi yang lemah dan tidak memiliki system imun yang baik, begitu pula dengan pola pikir orang yang masih tidak percaya dan terkesan meremehkan bahaya penyakit ini.
-       Environment (lingkungan)
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga:
a)    Lingkungan Biologis
Faktor lingkungan biologis pada penyakit flu burung yaitu agent. Agent merupakan sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang dalam hal ini adalah virus aviant influenza (H5N1). Sifat virus ini adalah mampu menular melalui udara dan mudah bermutasi. Daerah yang diserang oleh virus ini adalah organ pernafasan dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat penyakit ini sangat tinggi.



b)    Lingkungan Fisika
-       Suhu
Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang pada saat itu sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus menjangkiti seseorang. Selain itu virus flu burung juga memerlukan suhu yang optimal agar dapat bertahan hidup.
-       Musim
Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya faktor kebiasaan burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin. Misalkan burung-burung yang tinggal di pesisir utara Cina akan bermigrasi ke Australia dan Asia Tenggara pada musim dingin, burung-burung yang telah terjangkit tersebut akan berperan menularkan flu burung pada hewan yang tinggal di daerah musim panas atau daerah tropis tempat burung tersebut migrasi.
-       Tempat tinggal
Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung misalnya apakah tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak, di tempat tinggalnya apakah ada orang yang sedang menderita flu burung atau tidak.

c) Lingkungan sosial
Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum yang membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan masyarakat Bali yang menggunakan daging mentah yang belum dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai makanan tradisional. Begitu pula dengan orang- orang di eropa yang terbiasa mengonsumsi daging panggang yang setengah matang atau bahkan hanya seper-empat matang. Selain itu juga pada tradisi sabung ayam akan membuat risiko penyakit menular pada pemilik ayam semakin besar.


-       Portal of entry and exit
Virus flu burug (H5N1)  masuk ke dalam tubuh manusia melaui udara dan juga melaui mengkonsumsi daging ayam yang terinfeksi virus H5N1. Variasi antigenik virus influenza sering ditemukan melalui drift dan shift antigenik. Drift antigenik terjadi karena adanya perubahan struktur antigenik yag bersifat minor pada permukaan antegen H dan atau N, sedangkan shift antigenik terjadi karena adanya perubahan yang bersifat dominan pada struktur antigenik. Pengaturan kembali struktur genetik virus pada unggas dan manusia diperkirakan merupakan suatu sebab timbulnya strain baru virus pada manusia yang bersifat pandemik (meluas ke berbagai negara). Dalam hal ini virus pada unggas dapat berperan pada perubahan struktur genetik virus influenza pada manusia dengan menyumbangkan gen pada virus galur manusia.Unggas yang menderita flu burung dapat mengeluarkan virus berjumlah besar dalam kotoran (feses) maupun sekreta yang dikeluarkannya. Menurut WHO, kontak unggas liar dengan ungas ternak menyebabkan epidemik flu burung di kalangan uggas. Penularan penyakit terjadi melalui udara dan eskret unggas yang terinfeksi. Virus flu burung mampu bertahan hidup dalam air sampai 4 hari pada suhu 22 derajat celius dan lebih dari 30 hari pada suhu 0 derajat celcius. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama, namun akan mati pada pemanasan 60 detajat celcius selama 30 menit atau 90 derajat celcius selama 1 menit



G. Aplikasi epidemiologi terhadap penyakit


a)    Melakukan promosi kesehatan (promkes) terhadap masyarakat luas, terutama mereka yang berisiko terjangkit flu burung seperti peternak unggas.
b)    Melakukan biosekuriti yaitu upaya untuk menghindari terjadinya kontak antara hewan dengan mikroorganisme yang dalam hal ini adalah virus flu burung, seperti dengan melakukan desinfeksi serta sterilisasi pada peralatan ternak yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan ternak sehingga tidak menjangkiti hewan.
c)    Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk meningkatkan kekebalannya. Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan HPAI (H5H2)  inaktif dan vaksin rekombinan cacar ayam atau fowlpox dengan  memasukan gen virus avian influenza H5 ke dalam virus cacar.
d)    Menjauhkan kandang ternak unggas dengan tempat tinggal.
e)    Melakukan surveilans dan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan laporan mengenai morbilitas dan mortalitas, laporan penyidikan lapangan, isolasi dan identifikasi agen infeksi oleh laboratorium, efektifitasvak sinasi dalam populasi, serta data lain yang gayut untuk kajian epedemiologi
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A .Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift,Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.


SARAN
Untuk ibu dosen Mata kuliah Dasar dasar epidemiologi ke depannya saya berharap ibu bisa membimbing kami dalam bahan pembelajaran yang lain karena saya lihat ibu sangat bagus dalam memberikan penjelasan, singkat, padat dan mudah dipahami.


DAFTAR PUSTAKA
1. Widoyono, 2005, Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, Dan         Pemberantasannya), Erlangga; Jakarta
2. Nurheti Yuliarti, 2006, Menyingkap Rahasia Penyakit Flu Burung, Andi Yogyakarta; Yogyakarta
3. Anonim, 2005, Artikel Tentang Flu Burung, www.who.go.int  
4. Anonim, 2006, Artikel Tentang Flu Burung, www.depkes.go.id
5. Anonim, 2005, Artikel Dan Lapotran Tentang Perkembangan Kasus Flu Burung,     www.deptan.go.id
6. Soeyoko, Tinjauan Pustaka Flu Burung, Vol.1, No.1 Januari 2007 :
1-50,http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/410715.pdf, di akses tanggal 23 oktober 2011
7. Yudhastuti, Ririh, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.2, No. 2 Januari 2006 : 183 – 194,http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-2-08.pdf, di akses tanggal 23 oktober 2011
8. Wiguna, I Komang Candra, 2009, Peranan Faktor Host, Agent Dan Lingkungan Pada Terjadinya Penyakit Flu Burung, Perjalanan Alamiah Dan Tahap-Tahap Pencegahannya,http://www.scribd.com/doc/20518346/Peranan-Host-Agent-Dan-Lingkungan-Pada-Flu-Burung, di akses tanggal 23 oktober 2011

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS