RSS

makala tawakal





KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, kepadanya-Nya Penulis memohon pertolongan untuk menyelesaikan aktivitas duniawiyah. Dan yang senantiasa memberikan kesehatan ,kesempatan serta Rahmat dan hidayah-Nya sehingga tpenulis dapat menyelesaikan tugas  sebuah Makalah sederhana yang berjudul “ tawakkal”
Dalam penyusunan Makalah ini penulis mengalami banyak hambatan dan kesulitan dimulai dari pengumpulan data sampai penyusunan-Nya. Namun dengan adanya kerja keras dan bantuan dari pihak lain dan petunjuk dari guru akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam penyusunan makalah ini .
Penulis sadar bahwa dalam Makalah ini tentunya masih masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karen itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk membantun melengkapan dan menyempurnakan makalah ini .. apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini , kami mohon maaf yang sebesarnya .Akhirnya semoga makalah ini dapatbermanfaat, Amin..

Parepare,4 november 2012                                                          
            Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................               i
DAFTAR ISI...............................................................................................................               ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................................               1
1.      LATARBELAKANG..................................................................................               1
2.      RUMUSAN MASALAH............................................................................               1
3.      TUJUAN PENULISAN..............................................................................               1
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................               2
A.      Pengertian tawakal......................................................................................               2
B.      Makna bertawakkal kepada Allah...............................................................               3
C.      Mendapatkan Kebaikan dan Menghindari Kerusakan................................               3
D.     Bertawakkal kepada Allah Adalah Kunci Rizki..........................................               4
E.      Tawakkal Bukan Berarti Tidak Berusaha....................................................               4
F.      Manfaat Tawakal kepada Allah Swt                                                                          6                     

BAB 3 PENUTUP......................................................................................................               11
 A.  KESIMPULAN................................................................................................               11
        B.  SARAN.........................................................................................................               11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................               12


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang

            Dalam kehidupan sehari-sehari kita sering mendengar kata tawakal . bagia sebagian orang telah mengerti makna dari tawakkal tersebut namun sebagian orang lainya belum paham mengenai makna dari tawakal .dalam makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian ,makna tujua dan lain sebagainya tentang tawakal itu.Sebagian orang menganggap bahwa tawakkal adalah sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Misalnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan harinya akan melaksanakan tes. Pada malam harinya, sebagian dari mereka tidak sibuk untuk menyiapkan diri untuk menghadapi ujian besok namun malah sibuk dengan main game atau hal yang tidak bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan, " Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban . " Apakah semacam ini benar-benar disebut tawakkal?! Semoga pembahasan di makala ini dapat menjelaskan pada pembaca sekalian mengenai tawakkal yang sebenarnya dan apa saja manfaat dari tawakkal tersebut.
2.      Rumusan masalah
·         Untuk memehami tentang tawakal?
·         Agar kita mengetahui makna , dari tawakal serta yang berkaitan tentang tawakal.

3.         Tujuan penulisan
·         Agar siswa Mengetahui pengertian tawakal
·         Agar siswa Memahami makna  dari tawakal
·         Agar siswa Mengetahui manfaat dari tawakkal







BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian tawakal
     Tawakal ( bahasa Arab : ØªÙˆÙƒÙ„ ) atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam , tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu kondisi.
               Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal adalah menyandarkan kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Menurut Abu Zakaria Anshari, tawakkal adalah "keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia benar-benar memiliki sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, Pengetahuan Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakkal. Dia enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini memiliki pemikiran, tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki pandai tentu menjadi orang pandai. Atau tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kaya tentu kaya, dan seterusnya.
Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya, seklipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. Jika pendapat ini dpegang teguh pasti akan menyengsarakan diri sendiri.
Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya - menurut ajaran Islam - adalah menyerah diri kepada Allah setelah berusaha keras dalam berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.
Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci rapat, barulah ia bertawakkal. Pada zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah benar-benar bertawakkal kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata, "Ikatlah dan setelah itu bisa engkau bertawakkal." Jadi tawakal bisa juga diartiakan Tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta'ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar dan memberi rizqi dari arah yang tidak ia sangka-sangka, dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia itu cukup baginya." (Ath Tholaq : 2-3)
B.  Makna bertawakkal kepada Allah
               Banyak di antara para ulama yang telah menjelaskan makna Tawakkal, diantaranya adalah Al Allamah Al Munawi. Ia mengatakan, "Tawakkal adalah menampakkan kelemahan sertapenyandaran(diri)kepadayangdiTawakkali."( FaidhulQadir ,5/311). IbnuAbbas radhiyallahu'anhuma mengatakanbahwaTawakkal berarti percaya sepenuhnya kepada Allah Ta'ala. Imam Ahmad mengatakan, "Tawakkal berarti memutuskan pencarian disertai keputus-asaan terhadap makhluk." Al Hasan Al Bashri pernah ditanya tentang Tawakkal, maka beliau menjawab, "Ridho kepada Allah Ta'ala" , Ibnu Rojab Al Hambali mengatakan, "Tawakkal adalah bersandarnya hati dengan sebenarnya kepada Allah Ta'ala dalam memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya, baik urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan. " Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, "Tawakkal yaitu memalingkan pandangan dari berbagai sebab setelah sebab disiapkan."
C.    Mendapatkan Kebaikan dan Menghindari Kerusakan
               Ibnul Qayyim berkata, "Tawakkal adalah faktor paling utama yang bisa mempertahankan seseorang ketika tidak memiliki kekuatan dari serangan makhluk lainnya yang menindas serta memusuhinya. Tawakkal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi kondisi seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah sebagai pelindungnya atau yang memberinya kecukupan. Maka barang siapa yang menjadikan Allah sebagai pelindungnya serta yang memberinya kecukupan, maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya. "( Bada'i Al-Fawa'id 2/268)
Bukti yang paling baik adalah kejadian nyata, Imam Al Bukhori telah mencatat dalam kitab shohih beliau, dari sahabat Ibnu Abbas rodhiyAllahu anhuma , bahwa ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke tengah-tengah api yang membara beliau mengatakan, "HasbunAllahu wa ni'mal wakiil." ( Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung). Kata ini pulalah yang diungkapkan oleh Rosululloh shollallahu 'alaihi wa sallam ketika dikatakan kepada beliau, Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berencana untuk memerangimu, maka waspadalah kamu terhadap mereka. "(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab Tafsir. Lihat Fathul Bari VIII/77 )
Ibnu Abbas berkata, "Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika ia dilemparkan ke tengah bara api adalah: 'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung'." (HR. Bukhori)
D.    Bertawakkal kepada Allah Adalah Kunci Rizki
               Rosululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang. " (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)
Dalam hadits yang mulia ini Rosululloh menjelaskan bahwa orang yang bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, pastilah dia akan diberi rizki. Bagaimana tidak, karena dia telah bertawakkal kepada Dzat Yang Maha Hidup yang tidak pernah mati. Abu Hatim Ar Razy berkata, "Hadist ini merupakan tonggak tawakkal. Tawakkal kepada Allah itulah faktor terbesar dalam mencari riqzi. " Karena itu, barangsiapa bertawakkal kepada, niscaya Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan mencukupinya. Allah berfirman yang artinya, "Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang Dia kehendaki). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. " (Ath-Thalaq: 3). Ar Rabi 'bin Khutsaim berkata mengenai ayat tersebut, "Yaitu mencukupinya dari segala sesuatu yang membuat sempit manusia."
E.     Tawakkal Bukan Berarti Tidak Berusaha
               Mewujudkan Tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berusaha sekaligus bertawakkal. Berusaha dengan seluruh anggota badan dan bertawakkal dengan hati merupakan perwujudan iman kepada Allah Ta'ala.
Sebagian orang mungkin ada yang berkata, "Jika orang yang bertawakkal kepada Allah itu akan diberi rizki, maka kenapa kita harus lelah, berusaha dan mencari penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rizki kita datang dari langit? " kata itu sungguh menunjukkan kebodohan orang itu pada hakikat Tawakkal. Nabi kita yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rizki itu dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rizki dan pulang pada sore hari, padahal burung itu tidak memiliki cadangan apapun, baik perdagangan, pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakkal kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tempat bergantung.
               Para ulama-semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik kebaikan-telah memperingatkan masalah ini. Di antaranya adalah Imam Ahmad, beliau berkata: "Dalam hadits tersebut tidak ada sinyal yang memungkinkan meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya ada sinyal yang menunjukkan perlunya mencari rizki. Jadi maksud hadits tersebut, bahwa seandainya mereka bertawakkal kepada Allah dalam bepergian, kedatangan dan usaha mereka, dan mereka mengetahui bahwa kebaikan (rizki) itu di tangannya, tentu mereka tidak akan pulang kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat, sebagaimana burung-burung tersebut. "( Tuhfatul Ahwadzi , 7/8)
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau di masjid seraya berkata, "Aku tidak mau bekerja sedikitpun, sampai rizkiku datang sendiri" . Maka beliau berkomentar, "Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda,' Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku dalam bayang-bayang tombak perangku (baca: ghonimah ) '. Dan beliau juga bersabda, 'Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah memberimu rizki sebagaimana yang diberikanNya kepada burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang. ' (Hasan Shohih. HR.Tirmidzi). Selanjutnya Imam Ahmad berkata, "Para sahabat juga berdagang dan bekerja dengan mengelola pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita. " ( Fathul Bari , 11/305-306)
Kalau kita mau merenungi maka dapat kita katakan bahwa pengaruh tawakkal itu tampak dalam gerak dan usaha seseorang ketika bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya. Imam Abul Qasim Al-Qusyairi mengatakan, "Ketahuilah sesungguhnya tawakkal itu letaknya di dalam hati. Adapun gerak lahiriah maka hal itu tidak bertentangan dengan tawakkal yang ada di dalam hati setelah seseorang meyakini bahwa rizki itu datangnya dari Allah. Jika ada kesulitan, maka hal itu adalah karena takdir-Nya. Dan jika ada fasilitas maka hal itu karena fasilitas dariNya. "( Murqatul Mafatih , 5/157)
Diantara yang menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah tidaklah berarti meninggalkan usaha adalah sebuah hadits. Seseorang berkata kepada Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam , "Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal?" Nabi bersabda, "Ikatlah kemudian bertawakkallah kepada Allah." (HR. Tirmidzi dan dihasankan Al Albani dalam Shohih Jami'ush shoghir ). Dalam riwayat Imam Al-Qudha'i disebutkan bahwa Amr bin Umayah radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku bertanya, 'Wahai Rosululloh!! Apakah aku ikat dahulu unta tungganganku lalu aku bertawakkal kepada Allah, ataukah aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal? ', Beliau menjawab,' Ikatlah untamu lalu bertawakkallah kepada Allah. " ( Musnad Asy-Syihab , Qayyidha wa Tawakkal , no. 633, 1 / 368)
Tawakkal tidaklah berarti meninggalkan usaha. Hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak bisa menyandarkan diri pada kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rizki itu hanyalah dari Dia semata.
F.     Manfaat Tawakal kepada Allah Swt
                 Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah tergantung pada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannya tetap terjaga.Ilmu pengetahuan, industri, seni dan teknologi, menjadi sumber prestasi bagi manusia. Dengan ilmu dan teknologi manusia dapat mencapai kemakmuran materi dan memiliki berbagai fasilitas dalam kehidupannya, dan banyak hal yang awalnya tidak diketahui manusia menjadi tampak jelas baginya.Dewasa ini, banyak fenomena yang telah dipahami oleh ilmu manusia, namun ada satu poin yang menjadi perenungan dan harus ditinjau ulang oleh para pakar, yaitu kemajuan dan kemampuan materi tidak mampu memenuhi kebutuhan ruh dan jiwa manusia seperti kebutuhan akan ketentraman, ketenangan, rasa optimis dan harapan akan masa depan.Saat ini, banyak problem yang mengancam masyarakat, di mana kecemasan dan depresi adalah yang paling umum dialami mereka. Ilmu psikologi, bimbingan dan psikiatri dengan berbagai metodenya, berupaya memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Berbagai aliran pengobatan psikologis, mulai dari terapi perilaku, terapi psikoanalitik dan pengobatan yang didasarkan pada nalar dan emosi serta bentuk pengobatan yang lainnya, diterapkan demi membantu manusia menghilangkan problemnya. Selain berbagai metode pengobatan tersebut, agama datang untuk membantu manusia dan memberikan strategi psikologis khusus untuk menghadapi masalah-masalah kejiwaan.Tawakal kepada Allah Swt adalah salah satu metode yang dapat membantu manusia. Berbagai riset dan pengamatan empiris menekankan akan hal itu, dimana tawakal kepada Allah Swt dapat mengurangi rasa cemas dan depresi, bahkan berbagai penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah psikologis, serta menciptakan ketentraman, keberanian, optimisme, percaya diri dan kesabaran untuk manusia. Dalam Islam ditegaskan bahwa tawakal kepada Allah Swt sebagai salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan manusia.Secara etimologi, tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan menyerahkan permasalahan kepada pihak lain. Tawakal menunjukkan adanya kelemahan dan ketergantungan kepada pihak lain.Dalam Al-Qur'an, kata tawakal berjumlah 42 dalam segala bentuk, tunggal atau jamak, berkonotasi memasrahkan diri, memercayakan serta menyerahkan segala permasalahan kepada Allah Swt.Sedangkan secara istilah, salah satu definisi tawakal adalah bentuk ketergantungan dan kepasrahan yang benar kepada Allah sebagai zat yang berkuasa mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya dengan senantiasa melakukan ikhtiar (usaha) sebagaimana yang diperintahkan-Nya.Bertawakal bukan berarti tidak melakukan ikhtiar, tetapi lebih dari itu, tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT sembari senantiasa melakukan ikhtiar. Rahasia dan hakikat tawakal adalah kepasrahan jiwa kepada Allah, karena itu segala bentuk ikhtiar tidak akan ada manfaatnya, jika dilakukan tanpa kepasrahan kepada Allah.Ketika manusia mengalami masalah dan merasa dirinya tidak mampu menyelesaikan masalah itu, maka ia akan menyerahkan masalah tersebut kepada seseorang yang mampu menyelesaikannya, dan dengan jalan tersebut telah meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu, jika yang diwakilkan adalah seseorang yang berilmu, mampu dan berkualitas, serta memiliki minat dan simpati tinggi ke yang mewakilkan, maka penyerahan tersebut akan memiliki nilai tinggi dan kemungkinan berhasilnya pun akan lebih besar.Kenyataan ini sesuai dengan tawakal manusia kepada Allah Swt. Manusia senantiasa mengalami masalah dalam hidupnya, dan mengingat manusia memiliki banyak keterbatasan dan tidak mampu menyelesaikan masalahanya sendiri, maka untuk menutupi ketidakmampuan dan kelemahannya, selain menggunakan faktor alamiah dan materi, ia harus bersandar kepada kekuatan tak terbatas Allah Swt dan percaya kepada-Nya, serta memohon pertolongan Allah Swt agar sukses dalam mengatur urusan kehidupannya. Allah Swt sebagai pencipta manusia lebih mengetahui segala sesuatu yang menguntungkan atau merugikan manusia dan tentunya Dia lebih penyanyang dari segalanya.

Sebagaimana keutamaan akhlak yang lain, tawakal juga memiliki berbagai sebab dan sumber. Namun dapat dikatakan bahwa pennyebab utama tawakal adalah iman dan yakin kepada zat suci Allah Swt dan keindahan serta keagungan-Nya. Ketika manusia menyadari kekuatan dan ilmu tak terbatas Allah Swt dan melihat dunia sebagai panggung penghargaan tak terbatas-Nya, maka ia dengan penuh keyakinan akan bertawakal dan menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Saat manusia berada dalam masalah, Ia akan berpegang hanya kepada Allah Swt dan selain berusaha, ia juga akan meminta keberhasilan kepada-Nya.Percaya penuh kepada Allah Swt demi meraih ketenangan jiwa dapat menghilangkan kecemasan dan kegelisaan, sehingga manusia dengan mudah dapat melangkah untuk meraih hasilnya. Salah satu fitur orang yang bertawakal adalah di saat bahagia ia tidak terlalu bangga, dan tatkala kebahagiaan itu lenyap, ia juga tidak terlalu gelisah dan sedih, namun ia semaksimal mungkin berupaya memenuhi kebutuhannya dan menyerahkan hasilnya kepada Allah Swt. Ia yakin bahwa Allah Swt akan menolongnya.Manusia seperti itu bagaikan orang yang berlindung di benteng yang kuat dan musuh tidak dapat menjangkaunya. Oleh sebab itu, orang-orang mukmin tatkala menghadapi masalah, mereka langsung berlindung di bawah benteng tawakal, di mana tak seorang pun dapat menembus benteng tersebut.Dengan begitu kegelisahan dan ketakutan tidak ada artinya bagi mereka.Banyak ayat Al-Quran dan riwayat yang menjelaskan tentang tawakal. Dalam tujuh ayat secara berulang disebutkan kalimat yang artinya orang-orang yang beriman harus bergantung hanya kepada Allah Swt. Kalimat tersebut secara jelas menerangkan hubungan antara iman dan tawakal.Dalam surat Ash-Shuara ayat 61 dan 62, Allah Swt berfirman, "Maka tatkala kedua kelompok itu saling melihat, para pengikut Musa berkata ketakutan," Sesungguhnya Firaun dan kaumnya hampir menyusul dan kemudian membunuh kita. "(61)" Musa berkata, " Sesungguhnya perlindungan Allah selalu menyertai ke mana aku pergi. Dia senantiasa memberikan kepadaku jalan keselamatan. "Demikianlah, Musa berusaha menenangkan BaniIsrael dan membuang jauh-jauh dari pikiran mereka perihal ketersusulan yang menakutkan itu. "(62)Kedua ayat tersebut mengisahkan tentang Nabi Musa as dan kaumnya. Ketika kaum Nabi Musa melihat bala tentara Firaun yang mengejar mereka, mereka ketakutan dan menyatakan bahwa mereka tidak akan mampu menghadapai tentara Firaun. Namun Musa menenangkan mereka dan mengingatkan kaumnya bahwa Allah Swt bersama mereka.Padahal, salah satu metode efektif yang dilakukan semua nabi dalam menghadapi masalah adalah tawakal kepada zat tak terbatas Allah Swt. Manusia yang bertawakal, dalam dirinya akan timbul energi dan kekuatan serta akan menemukan kesabaran yang berkesinambungan demi mencapai tujuan-tujuannya.Selain itu, ia akan menemukan arti dari segala peristiwa yang ia alami dalam kehidupannya.Pemahaman tersebut dapat membantunya dalam menafsirkan fenomena kehidupannya, sehingga terlepas dari sesuatu yang tidak berguna dan tak berarti. Manusia seperti ini tidak akan pernah merasa putus asa dan akan terus berupaya demi mencapai tujuannya, namun jika mereka tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, mereka menilai bahwa ada kebaikan di balik itu. Terkait hal itu, Allah Swt dalam surat al-Baqara ayat 216 berfirman, ".... Mungkin saja di dalam hal-hal yang tidak kalian sukai itu ada kebaikan, dan sebaliknya, di dalam hal-hal yang kalian sukai justru ada keburukan. Allah sungguh mengetahui maslahat yang kalian ketahui. Maka, sambutlah apa yang diwajibkan kepada kalian. " Salah satu sisi lain dari tawakal kepada Allah Swt adalah harapan manusia kepada anugerah Allah tatkala mengalami kondisi yang sulit. Munculnya harapan untuk terbebas dari kegelisahan dan problem, dan harapan untuk mendapat pertolongan Allah Swt dalam memerangi kebatilan, merupan dampak dari tawakal. Orang yang bertawakal merasa yakin akan mendapat pertolongan Allah Swt, sehingga ia tidak tenggelam dalam masalah yang ia hadapi. Manfaat lain dari tawakal adalah memiliki hati dan kemandirian yang kuat dalam mengambil keputusan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa "Barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling dicintai masyakarat, maka ia harus bertakwa, dan barang siapa ingin manjadi orang terkuat di masyarakat, maka ia harus bertawakal kepada Allah Swt, dan ....."Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah tergantung pada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannnya tetap terjaga.Terkait hal itu, dalam surat al-Anfal ayat 49, Allah Swt berfirman, "... Sesungguhnya orang-orang yang menyerahkan urusan mereka kepada Allah dengan penuh keimanan dan harapan, serta menyandarkan diri hanya kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan segala kebutuhan dan memenangkan pada musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuat kekuasaan-Nya dan Mahabijaksana dalam pemeliharaan-Nya. " Dengan tawakal, urusan materi dan maknawi manusia akan teratur. Ia akan mendapat rizki yang tidak pernah ia bayangkan dan pikirkan sebelumnya dan ia akan menjalani hidupnya di jalan yang benar dengan rasa puas dan optimis. Rasa puas tersebut dapat menjauhkan manusia dari penyakit-penyakit jiwa dan akhlak. (IRIB Indonesia / RA / NA)
Tags:


























BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa.Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksiman. Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakal itu.
Oleh karenanya, marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada Allah, dengan memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam ketawkalan ke dalam diri kita. Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam surga Allah tanpa adanya hisab, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits di atas. Amin.
B.     Marilah kita bertawakal kepada Allah swt, atas apa yang sudah kita perbuat . dan menyerahkan segala urusan hasil dari usah kita kepada nya. Amin.


DAFTAR PUSTAKA
·         Sumber: Buletin At-Tauhid Penulis: R. Indra Pratomo P.Artikel www.muslim.or.id
·         Dari artikel Tawakkal — Muslim.Or.Id by 
·         nullhttp://whasid.wordpress.com/2007/09/24/kategori-tawakal-umat-akhir-zaman/
·         Gema Insani, 2007.[3]H. Supriyanto,Lc.,M.S.I,Tawakal Bukan Pasrah, Qultum Media, 2010
·         [1]Dr. Muh. Mu’inudinillah Basri, Lc., M.A, Indahnya Tawakal
·         , Indiya MediaKreasi, 2008.[2]Drs. Ahmad Yani, Menjadi Pribadi Terpuji

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar