Epidemiologi kesehatan darurat
Angin putting beliung daerah wette’e sidrap
NAMA : HABIBI
Nim : 210 240 092
Jurusan : epidemiologi
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayanyalah sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Begitu pula salawat dan
salam kita peruntuhkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai nabi pembawa risalah kebenaran
di muka bumi ini
Dengan dibuatnya makalah ini saya mengucapkan banyak terima kasih, dan
saya berharap, kiranya makalah ini bermanfaat dalam proses kegiatan belajar
mengajar di kampus. Serta bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis sadar bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangannya,
sehingga kritik dan saran sangat di perlukan untuk meningkatkan mutu penulis
yang akan datang agar lebih baik.
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .................................................................................. 1.........
B. Analisis
situasi ................................................................................... 2
C. Ruang
lingkup ................................................................................... 3
D. tujuan.................................................................................................. 5
E. sasaran………………………………………………………………..5
F. definisi
operasional……………………………………………..……5
BAB II PEMBAHASAN
Kebijakan
................................................................................. ……11
BAB III
PENUTUP
Penanganan
masalah.......................................................................... 12
BAB IV
Pengorganisasian………………………………………..………….13
BAB V
Standar
minimal………………………………………...…………..20
BAB VI
Kesimpulan…………………………………………………………21
Saran………………………………………………………………..21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Baru-baru ini
Indonesia mengalami perubahan cuaca yang sangat ekstrim dan tidak menentu.
Perubahan cuaca yang ekstrim mengakibatkan peramalan cuaca sangat sulit
diprediksi, khususnya kecepatan angin (Anonim_b, 2011). Kecepatan angin yang
melanda wilayah Indonesia berkisar antara 3 hingga 18 km/jam, atau sekitar
lebih dari 33 kilometer per jam. Menurut BMKG dalam Anonim_b (2011) dengan
kecepatan angin seperti itu maka angin dapat disebut sebagai angin keras dan
akan
berpotensi terjadinya angin puting
beliung atau badai. Kecepatan angin di wilayah Surabaya dan sekitarnya mencapai
30 – 35 km/jam atau ± 15 km/jam (Temmy, 2011).
Angin puting beliung menerjang dan memporak-porandakan dua wilayah di
Indonesia dalam kurun waktu hampir bersamaan yaitu di Kabupaten Sidrap
(Sulawesi Selatan) dan Pakpak Barat (Sumatera Utara) pada Jumat (24/2/2012).
DR. Sutopo Purwo Nugroho, APU, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
BNPB, dalam keterangannya kepada Tribunnews.com, Sabtu (25/2/2012),
menyebutkan, akibat terjangan angin puting beliung itu sedikitnya empat orang
meninggal dunia di Sidrap dan satu orang di Pakpak Barat. Mereka meninggal
akibat tertimpa pohon dan bangunan. Akibat lain terjangan angin puting beliung
itu adalah rusaknya 59 unit rumah di Sidrap dan 39 unit lainnya di Pakpak Barat
Di Sidrap, kejadian bencana angin puting beliung terjadi Kelurahan
Wettee, Kecamatan Panca Lautang pada Jumat (24/ 2/2012) pada pukul 17.30 WIB.
Akibat kejadian tersebut, 4 orang meninggal, 59 rumah rusak berat, dan 215
orang mengungsi.
B.
ANALISIS
SITUASI
Musibah angin puting beliung yang terjadi di
Kelurahan Wette'e, Kecamatan Pancalotang, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan
menewaskan 7 warga. Sebanyak 50 orang di antaranya mengalami luka berat, puluhan
lainnya luka ringan dan diperkirakan sekitar 70 rumah rusak parah akibat
hantaman badai.
Kepala Humas Pemerintah Kab. Sidrap, Ambo Ela
mengatakan, hingga pukul 00.30 Wita, sabtu dinihari (25/2/2012), tim evakuasi
yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Tim SAR, Tagana, PMI dan
aparat Kodim setempat berhasil menemukan 7 korban tewas dan menyelamatkan
puluhan warga yang terjebat di reruntuhan rumahnya yang diporak-poranda angin. "Kejadiannya
sekitar pukul 18.00 Wita, sebelum waktu shalat magrib tiba, saat mendapat
informasi bencana.
C.
RUANG
LINGKUP
Terjangan angin puting beliung yang menyapu
Kelurahan Wette'e, Kecamatan Pancalautan dan Desa Elle Salemoe, Kecamatan Tellu
Limpoe, Kabupaten Sidrap, merusak sedikitnya 72 rumah warga. Sebanyak 52 rumah
di antaranya ambruk rata dengan tanah, sementara 20 rumah lainnya. Bencana
tiupan angin terburuk di Kabupaten Sidrap tersebut juga menyebabkan 57 orang
menderita luka, 40 di antaranya mengalami luka serius karena tertimpa
reruntuhan bangunan yang tersapu angin puting beliung. Data korban jiwa sempat
simpang siur, namun korban tewas dipastikan tiga orang salah satunya adalah
Lina (30) yang sedang hamil tujuh bulan. Lina tewas setelah tubuhnya ditimpa
perahu dan balok rumah. Rosi (60), korban tewas lainnya, sempat terseret dan
terbawa pusaran angin sebelum terhempas di tanah. Korban lainnya bernama Janggo
Sana (60), tewas tertimpa reruntuhan bangunan rumah yang sebagian besar terbuat
dari kayu. Nurnia, salah seorang yang rumahnya ambruk, mengatakan peristiwa
tersebut berlangsung sangat cepat. Sebelum kejadian, warga Wette'E sempat
melihat dua pusaran angin yang terlihat seperti turun dari gumpalan awan. Pukul
14.00 Wita pusaran angin disertai suara gemuruh mengelilingi perkampungannya
sebelum menyapu seluruh rumah warga.“Saya baru saja akan pulang ke rumah saat angin
sudah mengangkat dan menghempaskan rumah saya.
Tidak ada yang tersisa. Rumah saya hancur. Tapi yang saya syukuri karena
semua keluarga saya selamat,” tuturnya. Salah seorang korban bernama Syukur,
yang mengalami luka serius pada bagian wajahnya, mengisahkan dia baru saja
sampai di rumah usai mencari ikan di Danau Sidenreng. Berniat melepas letih,
tiba-tiba Syukur merasakan rumahnya seperti melayang dan dihempas dengan keras
ke tanah. “Saya berusaha menyelamatkan diri ke bawah kolong rumah, tapi tangga
rumah ikut terangkat dan menghantam bagian wajah saya,” jelasnya. Sementara
Dandim 1420 Letkol Arm Budi S, saat memimpin anggota TNI dan sejumlah Tim SAR
dari Yayasan Baramuli Kabupaten Pinrang mengatakan jumlah personil sebanyak 20
orang yag diturunkan sesaat setelah kejadian, pihaknya terus melakukan
penyisiran. Dilaporkan masih ada tiga warga yang hilang. Korban luka dirawat di
RSU Nene Mallomo. “Untuk memaksimalkan pencarian korban yang tertimbun
reruntuhan puing bangunan, kami menambah jumlah personel sebanyak 80 orang,
dibantu Tim SAR,” katanya. Penyisiran yang berlangsung sekira empat jam
membuahkan hasil. TNI dan Tim SAR menemukan tiga warga yang tertimbun dibalik
reruntuhan bangunan selama hampir 13 jam. Korban yang rata-rata berusia lanjut
itu berhasil diselamatkan meski mengalami luka serius di kaki dan tangan. Tiga
korban yang ditemukan pagi kemarin dalam keadaan selamat di antaranya Nonci
(60), Sakka (48), dan I Nikmang (45). Kepala Basarnas Kabupaten Sidrap Abdul
Rasyid mengatakan pihaknya terus melakukan pendataan terkait korban baik yang
kemugkinan masih bertambah. “Pendataan terus kamu lakukan untuk memastikan
informasi yang valid,” tegasnya.
D.
TUJUAN
a.
Umum
Terselenggaranya
pelayanan kesehatan bagi korban akibat bencana angin puting beliung sesuai
dengan standar minimal..
b.
Khusus
1. Terpenuhinya
pelayanan kesehatan bagi korban bencana angin puting beliung
2. Terpenuhinya
pemberantasan dan pencegahan penyakit menular bagi korban bencana angin puting
beliung.
3. Terpenuhinya
kebutuhan pangan dan gizi bagi korban bencana angin puting beliung.
4. Terpenuhinya
kesehatan lingkugan bagi para korban bencana angin puting beliung,
E.
SASARAN
Petugas kesehatan dan organisasi
terkait dalam penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi bencana angin
puting beliung di Kelurahan Wette'e, Kecamatan Pancalotang, Kabupaten Sidrap,
Sulawesi Selatan.
F.
DEFENISI
OPERASIONAL
a.
Defenisi angin puting beliung
Puting beliung merupakan salah satu jenis angin. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, angin adalah gerakan udara dr daerah yg bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Bila kita menelusuri lebih lanjut kita
akan menjumpai beberapa pengertian: !) puting beliung = gerakan udara
(angin) yg berpusing; angin puyuh ; 2) puyuh = gerakan udara yg berpusing;
kisaran angin ; 3) puyuh = topan di daerah tropis, 4) topan = angin puting
beliung, angin ribut; badai, 5) badai = angin kencang yg menyertai cuaca
buruk (yang datang dengan tiba-tiba) berkecepatan antara 64 dan 72 knot; topan,
6) puting beliung = udara yg bergerak dng cepat dan bertekanan tinggi.
b.
penyebab terjadinya angin puting beliung
1.
Alam
Badai cepat berkembang
yang disertai hujan, guntur dan kilat. Ketika suhu tanah meningkat, udara panas
dan lembab mulai naik. Ketika hangat, udara lembab dan dingin memenuhi udara
kering, itu terangkat ke atas, masuk lapisan udara atas. sebuah awan petir
mulai tercipta pada fase ini. Pergerakan udara keatas sangat cepat. Angin dari
sisi samping menyebabkan arah yang berbeda dan membentuk sebuah pusaran. Sebuah
kerucut hasil putaran udara yang berpilin tersebut mulai terbentuk dan terlihat
dari awan ke permukaan tanah.
2.
Manusia
Angin putting beliung
ini biasanya terjadi di daerah yang jumlah vegetasi kurang atau sedikit, dan
kota yang didalamnya terdapat banyak gedung yang menyebabkan suhu didalamnya
menjadi panas.
c.
Pandangan masyarakat
Dengan adanya bencana
angin puting beliung, membuat masyarakat sangat terkejut dan sebagian besar
tidak mempersiapkan persiapan apapun untuk menghadapi bencana angin puting
beliung ini karena kadatangannya yang sangat tiba-tiba sehingga sulit untuk
menghindar dari bencana ini.
d.
Dampak
Angin puting beliung bersifat
merusak, gerakannya yang berputar semakin cepat akan menjadikannya sebuah
pusaran angin yang mirip dengan badai tropis di lautan dan angin puting beliung
periode waktunya sangat pendek dan singkat kurang dari 10 menit. Angin putting
beliung ini biasanya merusak bangunan, vegetasi, jaringan listrik dan jalan dan
apapun yang dilewatinya. Bencana ini biasanya tidak banyak menelan korban jiwa.
e.
Langkah yang ditempuh sebagai upaya
antisipasi bencana angin puting beliung :
-
Kenali bulan - bulan pancaroba di tempat kita
-
Mengadakan penghijauan dilingkungan kita agar udara tidak terlalu panas sehingga tidak terjadi
perbedaan panas yang dapat menimbulkan adanya angin puting beliung.
-
Apabila terjadi angin puting beliung
menghindar dari pepohonan tinggi yang sudah rapuh karena bisa tertimpa pohon,
cari tempat yang aman dan kuat atau menghindar jauh.
-
Bila terjadi angin puting beliung, bila anda didalam rumah hindari berdiri dekat jendela, apalagi jendelanya berupa
bahan dari kaca.
-
Matikan
segera aliran listrik dan peralatan elektronik, juga matikan segera kompor yang
menyala.
-
Bila anda
sedang berada di luar rumah segera masuk kebangunan rumah atau bangunan yang
kokoh, jangan berlindung dibawah bangunan yang tidak kokoh, dan hindari segera
tempat terbuka.
-
Sebaiknya
tebang pohon yang cukup tinggi disekita rumah ganti dengan pohon yang tingginya
tidak lebih dari atap rumah anda.
-
Atap seng, asbes dan genteng yang tipis rawan
terhadap angin puting beliung.
Dalam http://awando.wordpress.com, termuat
urutan gejala awal kehadiran puting beliung, yaitu :
1)
Sehari atau dua hari sebelum kejadian pada malam hingga
pagi hari udara panas atau pengap,
2)
Pada pagi hari terlihat pertumbuhan awan yang
berlapis-lapis ke atas (awan Cumulusnimbus) atau bergulung-gulung menjulang
tinggi berbentuk seperti bunga kol dan puncaknya putih,
3)
Terjadi perubahan warna pada awan tersebut dari putih
menjadi hitam pekat,
4)
Dahan atau ranting pada pepohonan disekitar daerah
adanya awan tersebut bergoyang cepat dan udara terasa dingin sekali,
5)
Kadang disertai hujan gerimis atau deras secara
tiba-tiba serta petir.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional dalam situsnya, http://www.bnpb.go.id, menuliskan hal-hal yang harus dilakukan
pada saat terjadi angin ribut. Secara umum dapat dirangkum sebagai berikut:
1)
Bila berada di dalam rumah: matikan listrik, kunci
pintu dan jendela,
2)
Bila berada di luar rumah: segera masuk ke dalam
rumah atau bangunan yang kokoh, hindari bangunan yang tinggi, tiang listrik,
papan reklame, dan sebagainya
Angin puting beliung merupakan gejala alam yang tidak dapat diduga
kedatangannya. Frekuensi angin puting beliung yang kian meningkat tidak terlepas
dari kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia. Program penghijauan perlu
digalakkan kembali. Mulailah dari diri kita sendiri dengan menanam pohon di
lingkungan kita.
BAB II
KEBIJAKAN
Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga
Sidrap menurunkan dua unit buldoser dan whelloaderke lokasi bencana untuk
membersihkan puing- puing 63 rumah dan satu unit musala di lokasi bencana
Kelurahan Wette’e,Kecamatan Pancalautan, Kabupaten Sidrap,kemarin.
Rencananya setelah pembersihan lokasi, akan dilakukan pengukuran kembali tanah
warga untuk selanjutnya dilakukan pembangunan rumah baru bagi para korban.
Lurah Wette’E Muhammad Ridwan mengatakan,sejak Selasa (28/2), pihaknya telah
menginstruksikan warga memisahkan barang masih dibutuhkan dan yang tidak.
“Pembersihan dengan alat berat bisa
dilakukan dengan mudah dan berjalan lancar,”ujar dia. Kepala Bidan Pemeliharaan
Dinas PU dan Bina Marga Sidrap Muh Suyuti mengatakan, membutuhkan waktu sekitar
tiga hari untuk membersihkan seluruh sisa reruntuhan rumah warga yang ambruk
akibat diempas angin puting beliung itu.
Sementara itu,bantuan materi terus
mengalir untuk meringankan beban warga Kelurahan Wette’e, Kecamatan
Pancalautang, Sidrap. Kemarin, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo memberikan
bantuan berupa uang tunai Rp100 juta. Bantuan diterimaBupati Sidrap Rusdi
Masse.
BAB III
PENANGANAN MASALAH
Bupati H.Rusdi Masse menyampaikan
prihatin atas musibah ini diharapkan dapat tabah dan tegar menghadapinya,
karena musibah ini disebabkan penomena alam yang tidak bisa diprediksi, tentu
kita harus waspada setiap saat. Kepada warga diharapkan saling bergotong royong
membantu sesama warga yang terkena musibah, Bupati juga mengintruksikan kepada
instansi terkait baik Dinas Kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan,
demikian juga kepada pihak PLN agar meperbaiki intalasi listrik yang mengalami
kerusakan. Bantuan untuk warga yang terkena musibah puting beliung juga
bergulir dari berbagai elemen, termasuk dari organisasi politik dan
kemasyarakatan.
BAB IV
PENGORGANISASIAN
Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) terdiri dari :
1.
Kepala.
2.
Unsur Pengarah
Penanggulangan Bencana.
3.
Unsur Pelaksana
Penanggulangan Bencana.
Ø
Kepala
a.
Kepala BPBD dijabat secara rangkap
(ex-officio) oleh
Sekretaris Daerah.
b.
Kepala BPBD membawahi unsur pengarah
penanggulangan
c.
bencana dan unsur pelaksana
penanggulangan bencana.
d.
Kepala BPBD bertanggungjawab
langsung kepada Kepala
Daerah.
Pengaturan
lebih lanjut tentang kedudukan, tanggung jawab dan pengangkatan Kepala dan
unsur pelaksana BPBD diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri.
Ø
Unsur Pengarah
Penanggulangan Bencana
a.
Unsur pengarah
penanggulangan bencana yang selanjutnya disebut Unsur Pengarah berada di bawah dan bertanggungjawab
langsung kepada Kepala BPBD.
b.
Tugas dan fungsi unsur
pengarah:
1.
Unsur Pengarah mempunyai
tugas memberikan masukan dan saran kepada Kepala BPBD dalam penanggulangan bencana.
2.
Untuk melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud butir
Unsur Pengarah
menyelenggarakan fungsi :
a.
perumusan kebijakan
penanggulangan bencana daerah;
b.
pemantauan;
c.
evaluasi dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Ø
Unsur Pelaksana
Penanggulangan Bencana.
Susunan organisasi Unsur
Pelaksana BPBD terdiri atas;
1.
Kepala Pelaksana;
2.
Sekretariat Unsur Pelaksana;
3.
Bidang/Seksi Pencegahan dan
Kesiapsiagaan;
4.
Bidang/Seksi Kedaruratan dan
Logistik; dan
5.
Bidang/Seksi Rehabilitasi
dan Rekonstruksi.
Tugas dan fingsi masing-masing
1)
Sekretariat Unsur Pelaksana
dipimpin oleh Kepala Sekretariat yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala Pelaksana.
a)
Kepala Sekretariat mempunyai
tugas membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan
dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumberdaya serta kerjasama.
b)
Dalam melaksanakan tugas
Kepala Sekretariat mempunyai fungsi membantu Kepala Pelaksana dalam:
(1)
pengkoordinasian,
sinkronisasi, dan integrasi program perencanaan, dan kebijakan di lingkungan
BPBD;
(2)
pembinaan dan pelayanan
administrasi ketatausahaan, hukum dan peraturan perundang-undangan, organisasi,
tatalaksana, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, keuangan, perlengkapan,
dan rumah tangga;
(3)
pembinaan dan pelaksanaan masyarakat dan
protokol;
(4)
fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarah
penanggulangan bencana;
(5)
pengumpulan data dan informasi
kebencanaan di wilayahnya; dan
(6)
pengkoordinasian dalam
penyusunan laporan. penanggulangan bencana.
2)
Bidang/Seksi Bidang
Pencegahan dan Kesiasiagaan dipimpin oleh Kepala Bidang/Seksi, berada di bawah
dan bertanggungjawab Kepala Pelaksana.
a)
Bidang/Seksi Pencegahan dan
Kesiapsiagaan mempunyai tugas membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan
dan melaksanakan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat.
b)
Dalam melaksanakan tugas Bidang/Seksi
Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai fungsi membantu Kepala Pelaksana dalam:
1.
perumusan kebijakan di
bidang pencegahan,
2.
pengkoordinasian dan
pelaksanaan kebijakan
3.
pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi mitigasi
dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; di bidang
pencegahan, mitigasi kesiapsiagaan pada prabencana pemberdayaan masyarakat; atau
lembaga terkait di bidang pencegahan mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana
serta pemberdayaan masyarakat;dan
4.
pemantauan, evaluasi, dan
analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi
dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat.
3.
Bidang/Seksi Kedaruratan dan
Logistik dipimpin oleh Kepala Bidang/Seksi yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Pelaksana.
a.
Bidang/Seksi Kedaruratan dan
Logistik mempunyai tugas membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan
dukungan logistik.
b.
Dalam menjalankan tugas Bidang/Seksi
Kedaruratan dan Logistik mempunyai fungsi membantu Kepala Pelaksana dalam:
1.
Perumusan kebijakan di bidang
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan
logistik;
2.
pengkoordinasian dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
3.
komando pelaksanaan penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat;
4.
pelaksanaan hubungan kerja
di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi
dan dukungan logistik;dan
5.
pemantauan, evaluasi, dan
analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik.
4.
Bidang/Seksi Rehabilitasi
dan Rekonstruksi dipimpin oleh Kepala Bidang/Seksi yang berada di bawah dan bertanggungjawab
Kepala Pelaksana:
a)
Bidang/Seksi Rehabiliasi dan
Rekonstruksi mempunyai tugas membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan
dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana.
b)
Dalam melaksanakan tugas
Bidang/Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai fungsi membantu Kepala
Pelaksana dalam:
1.
perumusan
2.
pengkoordinasian dan
pelaksanaan kebijakan
3.
pelaksanaan
4.
pemantauan, evaluasi dan
anlisis pelaporan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana;
1.
di bidang penanggulangan
bencana pada pascabencana;
2.
hubungan kerja di bidang penanggulangan
bencana pada pascabencana; dan
3.
tentang pelaksanaan kebijakan
di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Pelaksana
BPBD wajib membentuk Satuan Tugas Pusat Pengendalian Operasi termasuk tugas
reaksi cepat (Tim Reaksi Cepat meliputi kaji cepat dan penyelamatan/pertolongan)
dan dapat membentuk Satuan Tugas lain yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan
daerahnya. Satuan Tugas bertanggungjawab langsung kepada Kepala Pelaksana BPBD.
BAB V
STANDAR MINIMAL
Hari Jumat tanggal 24 Februari 2012 pukul
17.00 WITA telah terjadi bencana angin puting beliung di 2 Desa (Watte’e dan
Alle Sallewe) di 2 Kecamatan (Pancalautan dan Tellulimpoe), Kabupaten Sidrap,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Akibat kejadian tersebut, 55 unit
rumah rusak dengan rincian 45 unit rumah rusak berat dan 10 unit rumah rusak
ringan. Jumlah penduduk yang terancam sebanyak 2.975 jiwa. Selain itu, juga
mengakibatkan 3 orang korban meninggal dunia terdiri dari 1 laki-laki dan 2
perempuan, 34 orang korban mengalami luka berat dirawat inap di RSUD Nenek
Mallomo Kab. Sidrap, RSUD Wahidin Sudirohusodo, RSUD Andi Makassau Kota Pare-Pare, Puskesmas Bilokka dan Puskesmas
Amparita serta sebanyak 95 orang hanya mengalami luka ringan. Untuk saat ini,
permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran kesehatan setempat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidrap,
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, PPK Regional Sulawesi Selatan dan
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan masih terus
melakukan pemantauan dengan mengevakuasi korban, memberikan pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit, Puskesmas dan Pos Kesehatan, serta mengirimkan tim ke lokasi
bencana.
BAB VI
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penyebab terjadinya angin puting beliung :
1.
Alam
2.
Manusia
B.
SARAN
Tetap antisipasi akan kejadian angin puting beliung karena kejadian angin
puting beliung merupakan kejadian yang tidak diinginkan.