RSS

epid perilaku


                                    Mahasiswa universitas muhammadiyah parepare (UMPAR)


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
                Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia  dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Mengutip pendapat Krech dan Crutchfield (1954) yang mengatakan: As we have already indicated, attitudes lie behind many of the significant and dramatic instances of man behavior. It is for reason that many psychologists regard the study of attitudes as the central problems of social psychology.Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

            Selanjutnya menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang diekspresikan (expressed attitudes).Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
            Sementara Kurt Lewin (1951, dalam Brigham, 1991) merumuskan satu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E), dengan rumus: B = f(P,E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan kedokteran. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.

B.      Rumusan Masalah
·         Bagaimanakah faktor faktor yang mempengaruhi perilaku?
·         Bagaimana yang di maksud perilaku ,konsep perilaku?
·         Apa yang di maksud Perilaku Kesehatan ?
·         Bagaimana Domain Perilaku
·         Apa yang di maksud Determinan Perilaku
·         Bagaimana Perilaku Kesehatan dan Faktor yang Mempengaruhinya

A.    Tujuan Penulisan
Tujuan umum
·         Untuk mengetahui gfaktor faktor perilaku, perilaku kesehatan, determinan perilaku .
Tujuan khususa.       
·         Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi perilaku?
·         Untuk mengetahui yang di maksud perilaku ,konsep perilaku?
·         Untuk mengetahui  yang di maksud Perilaku Kesehatan?
·         Untuk mengetahui bagaimana Perilaku Kesehatan dan Faktor yang




BAB II
PEMBAHASAN
a.      Faktor-faktor Yang mempengaruhi Perilaku
Sebagai petugas kesehatan masyarakat, tentu kita sangat paham, bahwa keberhasilan mencapai target, keberhasilan pelaksanaan suatu program banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor perilaku. Kita dapat mengambil contoh diantaranya, program peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Beberapa program terkait itu, misalnya peningkatan akses jamban masyarakat, peningkatan peran serta masyarakat pada gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan lain sebagainya, menempatkan faktor perilaku masyarakat sebagai hambatan utama mencapai target. Diantara alasan pembenar yang sering diungkapkan (atas kegagalan mencapai tujuan), bahwa merubah perilaku seseorang memang sulit, diperlukan waktu panjang (bahkan beberapa generasi0 untuk melakukannya. Apa, bagaimana, faktor  perilaku ini ?
Berikut ini berapa referensi yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku seseorang. Terdapat beberapa tahapan yang dilalui, sehingga kita dapat mengalami perubahan perilaku. Tahap-tahap tersebut antara lain tahap mengetahui, memahami, mempraktekkan, merangkum, serta tahap evaluasi.
Pada tahap pertama, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan (knowledge). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Komponen kognitif merupakan representasi yang dipercaya oleh individu. Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu kepercayaan datang dari yang telah dilihat, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan telah terbentuk, akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai yang dapat diharapkan dari objek tertentu. Namun kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak terlalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan tersebut terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan atau opini.
Tahap kedua adalah tahap memahami (comprehension), merupakan tahap memahami suatu objek bukan sekedar tahu atau dapat menyebutkan, tetapi juga dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek. Tahap selanjutnya, tahap ketiga, tahap aplikasi (application), yaitu jika orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain. Sedangkan tahap ke empat merupakan tahap analisis (analysis), merupakan kemampuan seseorang menjabarkan dan atau memisahkan. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis jika dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram pada pengetahuan atas objek tersebut.
Tahap ke lima adalah sintesis (synthesis). Tahap ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum suatu hubungan logis dari komponen ­komponen pengetahuan yang dimiliki. Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru. Sedangkan tahap terakhir, berupa tahap evaluasi (evaluation). Tahap ini  berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.

Sedangkan menurut Green faktor perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu :
1.      Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi.
2.      Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya.
3.      Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.

b.      Perilaku
a.      Konsep Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1.      Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behaviour atau unobservable behaviour, misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV /AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
2.      Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktek. Misal, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk di imunisasi (Notoatmodjo, 2003).
b.      Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku Skiner, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok :
1.      Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintance) Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek :
a.       Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b.      Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relative, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c.       Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman juga dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2.      Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri (Notoatmodjo, 2003).
3.      Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).  
Seorang ahli lain Becker dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan yaitu :
a.       Perilaku hidup sehat (healthy behaviour)
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
b.      Perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab, dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
c.        Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).
c.       Domain Perilaku
            Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebabkan determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1.      Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersikap given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2.      Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Smet, 1994).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice ) (Notoatmodjo, 2003).
d.      Determinan Perilaku
            Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green dan WHO (World Health Organization).
1. Teori Lawrence Green
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.
a.       Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b.      Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c.       Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku pertugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivhJJy0JNXZivhT_gksnnnxxKD1fgp2fUJ2q30KM2NVku37kN_LlqMUeMSYClv5t_OFzrsztl5ePRg3ts3SzShmZewa0Jra0BUmDL-TEJ6jRen3E2ZUFnuUWUVsqunjsrzltG6d-2TCk8o/s1600/perilaku.gif
d.         Perilaku Kesehatan dan Faktor yang Mempengaruhinya
            `Sebagai petugas kesehatan masyarakat, tentu kita sangat paham, bahwa keberhasilan mencapai target, keberhasilan pelaksanaan suatu program banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor perilaku. Kita dapat mengambil contoh diantaranya, program peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Beberapa program terkait itu, misalnya peningkatan akses jamban masyarakat, peningkatan peran serta masyarakat pada gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan lain sebagainya, menempatkan faktor perilaku masyarakat sebagai hambatan utama mencapai target. Diantara alasan pembenar yang sering diungkapkan (atas kegagalan mencapai tujuan), bahwa merubah perilaku seseorang memang sulit, diperlukan waktu panjang (bahkan beberapa generasi0 untuk melakukannya. Apa, bagaimana, faktor  perilaku ini ?
Berikut ini berapa referensi yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku seseorang. Terdapat beberapa tahapan yang dilalui, sehingga kita dapat mengalami perubahan perilaku. Tahap-tahap tersebut antara lain tahap mengetahui, memahami, mempraktekkan, merangkum, serta tahap evaluasi.
Pada tahap pertama, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan (knowledge). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Komponen kognitif merupakan representasi yang dipercaya oleh individu. Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu kepercayaan datang dari yang telah dilihat, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan telah terbentuk, akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai yang dapat diharapkan dari objek tertentu. Namun kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak terlalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan tersebut terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan atau opini.
Tahap kedua adalah tahap memahami (comprehension), merupakan tahap memahami suatu objek bukan sekedar tahu atau dapat menyebutkan, tetapi juga dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek. Tahap selanjutnya, tahap ketiga, tahap aplikasi (application), yaitu jika orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain. Sedangkan tahap ke empat merupakan tahap analisis (analysis), merupakan kemampuan seseorang menjabarkan dan atau memisahkan. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis jika dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram pada pengetahuan atas objek tersebut.
Tahap ke lima adalah sintesis (synthesis). Tahap ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum suatu hubungan logis dari komponen ­komponen pengetahuan yang dimiliki. Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru. Sedangkan tahap terakhir, berupa tahap evaluasi (evaluation). Tahap ini  berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.
Sedangkan menurut Green faktor perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu :
·         Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi.
·         Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya.
·         Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.
e.       Karakteristik perilaku
·         Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan dan dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakunya.
·          Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu : frekuensi, durasi, dan intensita
·         Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang yang terlibat dalam perilaku tersebut.
·         Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.
·         Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful).


BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
·         Perilaku menyimpang adalah tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
·         Penyebab perilaku menyimpang, yaitu: Ketidaksanggupan menyerap nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, Proses belajar yang menyimpang, Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial, Akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang, Akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna, Desakan faktor ekonomi, dan sebagainya
·         Perilaku menyimpang ada yang bersifat positif (yang dapat di terima masyarakat) dan bersifat negati (Yang tidak dapat diterima masyarakat)
·         Terdapat berbagai jenis perilaku menyimpang yang terjadi selama ini. Perilaku menyimpang harus segera ditangani dengan cara Penanganan di Lingkungan Sekolah, Penanganan di lingkungan keluarga, dan Penanganan Di Lingkungan Masyarakat (Bidang Sosial)
·          


A.    SARAN
Setidaknya kita menjauhi tindakan perilaku menyimpang, karena perilaku menyimpang di dominan oleh hal-hal yang negatif, seperti Korpsi, Perampokan, Pencurian, dll. Dan jika kita melihat keluarga, teman, saudara, dll melakukan perilaku menyimpang hendaknya kita membantu mereka untuk tidak melakukan perilaku menyimpang itu.





DAFTAR PUSTAKA

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar