RSS

Makalah Penyakit Tuber Colosis



Makalah Penyakit Tuber Colosis

PENYAKIT TUBER COLOSIS (TBC)




 

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
TAHUN 2013

KATA  PENGANGTAR

      Bismillahi Rahmanirrahim


               Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah nya sehingga kami dapat menyusun makalah mata kuliah DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI  sebagai salah satu kajian di bidang studi Fakultas Ilmu Kesehatan.
                Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.Yang telah berjasa mengantarkan umatnya ke pintu gerbang rahmat kehidupan yang lebih mulia.
                 Kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas tersebut.Dalam pembuatan makalah ini,kami sangat menyadari bahwa banyak sekali  terdapat kesalahan,baik itu dari segi kata,tulisan ataupun penyajian makalah karena terbatasnya ilmu yang kami miliki.Untuk itu segala macam kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
                Akhirnya dengan Ridho Ilahi, semoga makalah ini ada manfaatnya dan berguna bagi penulis dan pembacanya.


                                                                                                      
Parepare, 20 januari  2013
                                                                                                                 
                                                                                                                      
                                                                                                             Penyusun           





DAFTAR ISI
                                           
KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3  
BAB I   PENDAHULUAN...................................................................................... 4
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 4
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
I.      Pembahasan............................................................................................. 7
A.    Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit Menular (TBC)................ 7
Ø  Hubungan dan Penyebab Penyakit TBC................................ 8
Ø  Model Hubungan Kausal Penyakit TBC................................. 9
Ø  Faktor Agen Penyakit TBC..................................................... 9
B.    Tahap-tahap Riwayat Alamiah Penyakit TBC.................................... 10
C.   Upaya Pencegahan Penyakit TBC..................................................... 12
Ø  Bagaimana Besarnya Kemungkinan Pencegahan Penyakit TBC……….          14
D.   Transisi Epidemiologi Penyakit TBC................................................... 15
E.    Etika Epidemiologi Penyakit TBC....................................................... 15
F.    Konsep Dasar Epidemiologi Penyakit TBC........................................ 16
Ø  Fortal Of Entri And Exit........................................................... 17
G.   Bagaimana Aplikasi Epidemiologi Penyakit TBC............................... 17
BAB III PENUTUP................................................................................................ 18
Kesimpulan dan Saran.............................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 19

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Incidensi tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada decade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia, penyakit ini biasanya banyak terjadi pada Negara-negara berkembang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas/angka kematian tinggi, angka kejadian penyakit diagnosis dan terapi cukup lama. Indosesia, TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan teratas setelah ispa. Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun di indonesia semakain meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC yang menular.
Tuberculosis (TBC): penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC juga dapat menyerang kulit,
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu: mycobacterium tuberculosis dengan ukuran panjang 1-4 UM dan tebal 1.3-0.6 UM termasuk golongan bakteri aerobgram positif serta tahan asam atau basil tahan asam. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (basil tahan asam). Kuman TB cepat mati dengan sianar matahari langsung tetapi bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dominan selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama kontak yang erat TBC  merupakan penyakit yang sangat infensius. Seorang penyakit TBC dapat menularkan penyakit kepada 10 orang disekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk saat ini telah terinfeksi mycrobacterium tuberculosis.
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti batuk berdahak kronis, keringat tampa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan napsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktifitas penderita bahakan kematian. Gejala umum TBC adalah: batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejalah lain yang sering dijumpai adalah: dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, dan rasa nyeri dada, badan lemah, napsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala di atas dapat dijumpai pula pada orang dengan penyakit paru selain TBC. Oleh karena itu, orang yang datang dengan gejala di atas harus dianggap sebagai seorang yang ”suspek tuberculosis” atau tersangka penyakit TBC, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mokroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB paru BTA   dengan gejala Patofisiologi.
Penularan TBC terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersikan sehingga penyebaran kuman keudara dalam bentuk droplet (percikan darah). Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada/tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi dan kelembaban. Dalam suasan yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahakan berbulan-bulan, bila partikel infeksi ini terisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang dan bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan/kiri dan dapat pula keduanya berpindah dengan melewati pembuluh limfe. Setelah itu, infeksi akan menyebar melalui sirmulasi, yang pertama terangsang adalah: limfokinase yang dibentuk lebih banyak untuk merangsang makrofag, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang di dalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel. Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama tumbuh permajuan di temapat tersebut. Apabila jaringan nerkosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaploe).
Selain penyebab penyakit TBC, ada hal lain yang juga berperan penting di dalam perkembangan penyakit TBC, yaitu: faktor risiko. Ada berbagai faktor risiko lingkungan yang berperan penting sehingga bagi masyarakat awam, hal ini seolah juga merupakan penyebab penyakit TBC: Ventilasi rumah. Penderita TBC cenderung tidak memiliki sistem ventilasi rumah yang baik. Sehingga memudahkan berkembangnya bakteri penyebab penyakit TBC. Perilaku penderita atau masyarakat yang tidak menutup mulut saat batuk, padahal TBC ditularkan melalui udara dan percikan air liur atau dahak pada saat batuk.  Pencahayaan. Banyak sekali rumah penderita TBC yang memiliki pencahayaan yang buruk, bahkan banyak yang tidak ada pencahayaan sama sekali. Seperti rumah-rumah di pemukiman kumuh. Tentunya hal ini amat disayangkan, sebab mudah sekali memperberat TBC. Suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban rumah penderita TBC biasanya tidak memenuhinya persyaratan untuk disebut sebagai rumah sehat. Perlu diketahui, rumah sehat memiliki suhu rata-rata 30,84 derajat Celsius dan kelembaban rata-rata 70,38%.
Melemahnya sistem imun atau kekebalan tubuh juga merupakan salah satu faktor risiko yang memperberat penyakit TBC. Beberapa diantara penyakit dan medikasi atau obat-obatan yang dapat melemahkan sistem imun itu antara lain: HIV/AIDS, usia lanjut, malnutrisi atau kurang gizi, kencing manis atau diabetes mellitus, beberapa obat untuk mengobati radang sendi (rheumatoid arthritis), penyakit Crohn, dan psoriasis, obat-obatan untuk mencegah penolakan (rejeksi terhadap berbagai organ yang ditransplantasikan), dan kondisi penyakit ginjal stadium akhir.




BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I.              Pembahasan

Ø       Perkembangan Teori Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru dan diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Indonesia menduduki negara terbesar.
 
           Penyebab Penyakit (TBC)Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberkulosa
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBCpada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).
Cara Penularan Penyakit TBCPenularan penyakit TBC
Penularan melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.




Ø  Hubungan dan Penyebab Penyakit TBC
·         Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring.
·         Batuk darah merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar. Maka penyebabnya harus segera ditemukan dengan pemeriksaan yang seksama.
·         Etiologi :
- Infeksi : TBC, bronkiektasis, pneumonia, abses paru, aspergillosis
- Kardiovaskuler : mitral stenosis, ruptur aneurisma toraksik, malformasi
arteriovenous
Darah yang berasal dari muntah darah adalah dari saluran pencernaan. Seperti muntah pada umumnya, muntah darah (atau yang dikenal dengan istilah kedokteran hematemesis) didahului oleh adanya aliran balik dari pergerakan saluran pencernaan dan dapat diikuti oleh mual. Darah yang keluar dapat tercampur oleh sisa makanan lain. Warna darah bisa merah segar atau kehitaman.
·         Sedangkan untuk batuk darah berbeda. Darah berasal dari saluran pernapasan. Warna darah merah segar dan tampak bercampur dengan lendir dan tampak berbusa karena adanya gelembung – gelembung udara.
·         Apa saja yang dapat menyebabkan batuk darah?
·         Saluran pernapasan terdiri dari berbagai saluran dimulai dari rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli di paru – paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya penyebab terjadinya pendarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflex batuk.





Ø  Model Hubungan Kausal Penyakit TBC
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnmXxcbn5Lvp-QJJ-zljIL3lTufBqqCbgkdbr4gw49Lj0_aHtdd07NM3pCXQVXONkmHUSLb-HyAr4rZn079jUKSVyql2L6_EKbEiJHgPTdgbA5ZCQUybR91puD9WB3CIFLdaL0BopPRjIa/s320/Segitiga+Epidemiologi.jpg
Ø  Faktor Agen Penyakit TBC
·         Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak seimbangan antara Host, Agent dan Environment
·         Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat.

Faktor host

Adalah faktor yang melekat pada Host
  • Genetik: DM, asma, hipertensi
  • Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae
  • Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru
  • Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih
  • Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
  • Imunologis: ASI, imunisasi, sakit
  • Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

  • Faktor,Agent
    Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan
  • Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
  • Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
  • Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran
  • Biologis: amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing

Faktor Environment

Faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent
  • Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis (kota dan desa)
  • Biologis: flora dan fauna
B.Tahap-tahap Riwayat Alamiah Penyakit TBC
a. Tahap Prepatogensis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang peniamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.

b. Tahap
Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu:-
 Tahap Inkubasi, - Tahap Dini, - Tahap Lanjut, dan -Tahap Akhir.

1.Taha
p Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.

2. Tahap
Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang Kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis.
 
3. Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari.

4. Tahap Akhir/ post patogenesis.
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
1.    Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.
2.    dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
3.    Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4.    Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
5.    Berakhir dengan kematian.





C.Upaya Pencegahan Penyakit TBC
PENCEGAHAN PREMORDIAL
Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya perkembangan pengetahuan dalam epidemiologi penyakit kardiovaskular dalam hubungannya dengan diet dll. Pencegahan ini sering terlambat dilakukan terutama di negara-negara berkembang karena sering harus ada keputusan secara nasional.
PENCEGAHAN PRIMER
Bertujuan mengurangi incidence dengan mengontrol penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal : penggunaan kondom dan jarum suntik disposable pada pencegahan infeksi HIV, imunisasi dll. Biasanya merupakan Population Strategy sehingga secara individual gunanya sangat sedikit : penggunaan Seat-belt, program berhenti merokok dll.
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi. Proteksi spesifik  dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
PENCEGAHAN SEKUNDER
Tujuannya untuk menyembuhkan dan mengurangi akibat yang lebih  serius lewat diagnosis & pengobatan yang dini. Tertuju pada periode diantara timbulnya penyakit dan waktu didiagnosis & usaha ↓ prevalensi. Dilaksanakan pada penyakit dengan periode awal mudah diindentifikasi dan diobati sehingga perkembangan kearah buruk dapat di stop, Perlu metode yang aman & tepat untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik.
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif. Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.
PENCEGAHAN TERSIER
Untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi. Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut :
1.   Perkembangan media.
2.   Metode solusi problem keresistenan obat.
3.   Perkembangan obat Bakterisidal baru.
4.   Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.
5.   Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel.
6.   Studi lain yang intensif.
7.   Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.
Ø  Bagaimana Besarnya Kemungkinan Pencegahan Penyakit TBC
·         Pengobatan Penyakit TBC (Medis).

Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik makadisarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obatan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.

·         Pengobatan Penyakit TBC (Herbal)
Hasil penelitian uji mikrobiologi memakai kultur mikroorganisme Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Salmonella choleraesuis seroti enteriditas, Listeria monocytogenes, Candida albicans, dan Sterptococcus mutans, memperlihatkan kapasitas inhibisi (MIC) oleh neutralisasi Morinda citrifolia L. terjadi dalam konsentrasi 1:2 dan pemulihan neutralisasinya mencapai 40%-97%.
Dengan penelitian secara medis yaitu Double Blind Placebo yang menghasilkan 14 Human Clinical Trial dan 200 lebih Hak Paten Penyembuhan yang salah satunya adalah(WO/2006/104892) MORINDA CITRIFOLIA BASED ANTIFUNGAL FORMULATIONS AND METHODS, Tahitian Noni Bioactives Beverages resmi secara medis untuk pengobatan/penyembuhan berbagai penyakit yang disebabkan oleh Bakteri, Jamur, Mikroba dan Virus. Bahkan sangat dianjurkan mengkonsumsi Tahitian Noni Bioactives Beverages sebagai sarana tindakan pencegahan.

D.Transisi Epidemiologi Penyakit TBC
Sekitar 4000 tahun yang lampau, peradaban manusia dikejutkan dengan munculnya epidemi penyakit yang menyerang organ pernapasan utama manusia, yaitu paru-paru. Akhirnya dunia pun tahu, ketika Robert Koch (1882) berhasil mengidentifikasi kuman penyebab infeksi tersebut, Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis a atau penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang bisa bersifat akut maupun kronis dengan ditandai pembentukan turbekel dan cenderung meluas secara lokal. Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun ekstrapulmoner dan dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya. Hingga kini, TBC menjadi salah satu problem utama kesehatan dunia, terutama di negara berkembang. Menurut perkiraan WHO (1964) untuk dunia, secara keseluruhan sekitar 15 juta jiwa menderita infeksi TBC dan lebih dari 3 juta kematian dapat dihubungkan dengan TBC, serta diestimasikan untuk tiap tahunnya muncul 2-3 juta kasus baru TBC. Geografis dan distribusi temporal dari TBC berbeda-beda baik tempat maupun waktu. Dalam perkembangannya, kematian yang disebabkan oleh TBC perlahan menurun, sehingga TBC sebagai penyebab kematian turun dari posisi ke-2 pada tahun 1900 menjadi posisi ke-16 di tahun 1960. Namun kenyataan diatas tidak berlaku di beberapa tempat yang kurang berkembang aspek pencegahannya terutama di belahan dunia ketiga. TBC tetap menjadi penyebab kematian dini dan ketidakmampuan, dengan lebih dari 70% anak-anak terinfeksi sebelum berumur 14 tahun.

E.ETIKA EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC
Mencegah penyakit tentunya akan lebih baik daripada mengobati. Dengan menjalankan pola hidup sehat dan menjaga lingkungan yang sehat merupakan kunci agar kita terhindar dari berbagai macam penyakit tak terkecuali dengan penyakit TBC.
Untuk itu sangat perlu menjaga lingkungan yang sehat seperti pengaturan syarat-syarat rumah yang sehat diantaranya luas bangunan rumah, ventilasi, pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga, kebersihan lingkungan tempat tinggal. Melalui pemberdayaan keluarga sehingga anggota rumah tangga yang lain dapat turut serta dan berperan dalam melakukan pengawasan terhadap si penderita dalam minum obat. Sehingga tingkat kepatuhan penderita dalam minum obat sesuai dengan petunjuk medis.

F.  Konsep Dasar Epidemiologi TBC

Faktor Host

Adalah faktor yang melekat pada Host
·         Genetik: DM, asma, hipertensi
·         Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae
·         Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru
·         Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih
·         Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
·         Imunologis: ASI, imunisasi, sakit
·         Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

Faktor Agent

Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan
·         Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
·         Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
·         Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran
·         Biologis: amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing


Faktor Environment

Faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent
·         Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis (kota dan desa)
·         Biologis: flora dan fauna
·         Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam, perang, banjir
Ø  Fortal Of Entry And Exit
udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.

G.Bagaimana Aplikasi Epidemiologi Penyakit TBC

Ø  Aplikasi dari klinik
Yaitu memberikan pengobatan secara langsung berupa obat kepada masyarakat yang terkena penyakit TBC.
Ø  Aplikasi dari kesling
Yaitu memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar terhindar dari penyakit .

BAB III

PENUTUP


Kesimpulan dan Saran
Saya selaku mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan dapat memberikan pernyataan Saya tentang dosen pembimbing mata kuliah Epidemiologi bahwa cara mengajar ibu HENNI KUMALADEWI HENGKI S.KM,M.Kes sudah bagus.karena beliau telah mampu memberikan pemahaman kepada mahasiswa/mahasiswi mengenai materi yang dijelaskan.Selain itu,beliau sangatlah disiplin dalam berbagai hal.misalnya pada pemberian tugas,harus dikumpul on time/tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta:EGC

Prince A. Silvia. 1995. pathofisiologi. Edisi 4. jakarta:EGC

Doenges E. Marylin.1992. nursing care plan. Jakarta:EGC

Pearce C. Evelyn .1990. anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta:EGC

Zulkifli Amin, Asril bahar. 2006. tuberculosis paru, buku ajar penyakit dalam. Jakarta: UI

                       Http://www. Medicastore.com/tbc/penyakit-tbc.htm.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar