TUGAS
INDIVIDU
“DASAR-DASAR
EPIDEMIOLOGI”
“PENYAKIT TBC”
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PAREPARE
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis
Panjatkan ke Hadirat Allah SWT. karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Salam dan shalawat kita
kirimkan kepada baginda Muhammad saw. Yang telah membawa kita dari jalan yang
gelap ke jalan yang terang.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang
ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru
walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh
lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang
diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang
disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka
terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan
mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Pada tahun 1992 WHO telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO
tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada
tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan
menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia
untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih
dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima
kematian di Amerika
Serikat disebabkan
oleh tuberkulosis.
Tuberkulosis masih
merupakan penyakit
infeksi saluran
napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan
ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena
pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah
penderita semakin bertambah.
Pengobatan
Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan
selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti,
karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau
menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya
yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi
drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam
pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu
demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia
Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC"
oleh sebab pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab
tuberkulosis yang ditemukannya.
2. RUMUSAN
MASALAH
A. Bagaimana
penyebab penyakit TBC ?
B. Jelaskan
riwayat alamiah penyakit TBC ?
C. Bagaimana
upaya pencegahan penyaki tTBC ?
D. Bagaimana
transisi epidemiologi penyakit TBC ?
E. Bagaimana
etika epidemiologi dari penyakit TBC ?
F. Bagaimana
segitiga epidemiologi penyakit TBC ?
G. Bagiamana
aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC?
3. TUJUAN
MASALAH
A. Untuk
mengetahui penyebab penyakit TBC
B. Untuk
mengetahui riwayat alamiah penyakit TBC
C. Untuk
mengetahui upaya pencegahan penyaki t TBC
D. Untuk
mengetahui transisi epidemiologi penyakit TBC
E. Untuk
mengetahui etika epidemiologi dari penyakit TBC
F. Untuk
mengetahui segitiga epidemiologi penyakit TBC
G. Untuk
mengetahui aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENYEBAB
PENYAKIT
1. TEORI
TERJADINYA PENYAKIT TBC
Sekitar 4000 tahun yang lampau, peradaban manusia
dikejutkan dengan munculnya epidemi penyakit yang menyerang organ pernapasan
utama manusia, yaitu paru-paru. Akhirnya dunia pun tahu, ketika Robert Koch
(1882) berhasil mengidentifikasi kuman penyebab infeksi tersebut, Mycobacterium
tuberculosis.Tuberculosis a atau penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi
yang bisa bersifat akut maupun kronis dengan ditandai pembentukan turbekel dan
cenderung meluas secara lokal. Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun
ekstrapulmoner dan dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya.Hingga kini, TBC
menjadi salah satu problem utama kesehatan dunia, terutama di negara
berkembang. Menurut perkiraan WHO (1964) untuk dunia, secara keseluruhan
sekitar 15 juta jiwa menderita infeksi TBC dan lebih dari 3 juta kematian dapat
dihubungkan dengan TBC, serta diestimasikan untuk tiap tahunnya muncul 2-3 juta
kasus baru TBC.
Geografis
dan distribusi temporal dari TBC berbeda-beda baik tempat maupunwaktu. Dalam
perkembangannya, kematian yang disebabkan oleh TBC perlahan menurun, sehingga
TBC sebagai penyebab kematian turun dari posisi ke-2 pada tahun 1900 menjadi
posisi ke-16 di tahun 1960. Namun kenyataan diatas tidak berlaku di
beberapa tempat yang kurang berkembang aspek pencegahannya terutama di belahan
dunia ketiga. TBC tetap menjadi penyebab kematian dini dan ketidakmampuan,
dengan lebih dari 70% anak-anak terinfeksi sebelum berumur 14 tahun.
2. HUBUNGAN PENYEBAB DAN PENYAKIT
Penyakit
TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah
infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
WEB OF
CAUSATION
Saat
Mikobakterium tuberkulosa
berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri
yang berbentuk globular
(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis
bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu
membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan
menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant
inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada
sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel
bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam
paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang
yang telah memproduksi sputum
dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif
terinfeksi TBC.
Meningkatnya
penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan
beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah
penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi
HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah
kuman merupakan faktor yang memegang
3.
MODEL
HUBUNGAN KAUSAL.
a.
Kausal
mutlak yaitu penyebab pasti yang akan menimbulkan penyakit TBC
b.
Kausal
esensial yaitu kausal yang harus ada untuk memungkinkan terjadinya penyakit TBC
yaitu virus , Mycobacterium tuberculosis.
c.
Kausal suffesien yaitu beberapa kausal yang bersama sama untuk menjadi
cukup dalam menyebabkan penyakit
TBC yaitu penyakit TBC dapat juga disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat
dan perilaku individu yang menderita penyakit TBC sehingga dapat menularkan ke
orang yang ada di sekitarnya
4.
FAKTOR
AGENT DARI PENYAKIT TBC
a.
Lingkungan
biologi
Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen
Vektor pembawa infeksi
Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit
tertentu terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang
penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab,
baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (senbagai sumber
kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia
Penyakit
TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang
jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada
paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
b.
Lingkungan
kimia
Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
Lingkungan
kimia ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul
akibat manusia sendiri
c.
Lingkungan
fisika
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta
radiasi) meliputi :
Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
Air, baik sebagai sumber kehidupan
maupun sebagai bentuk pemencaran pada air
d. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi.
Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk
masyarakat tersebut. Lingkungan
sosial ini meliputi :
Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik,
serta sistem ekonomi yang berlaku;
Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat
masyarakat setempat, dan
Kebiasaan hidup masyarakat
Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai
sistem kehidupan sosial lainnya.
B. RIWAYAT
ALAMIAH PENYAKIT
1.
TAHAP
PREPATOGENESIS
Pada tahap ini individu berada dalam keadaannormal/ sehat tetapi mereka
pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage
of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah
terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini
masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh
penjamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang
penjamu.
2.
TAHAP
PATOGENESIS
a.
Tahap
inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala
penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya.
Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar
sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis.
Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa
inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.Masa inkubasi dari
penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi samapi menjadi sakit diperkirakan 4-12
minggu
b.
Tahap
penyakit dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang
kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena
sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinis.
Pada tahap ini, diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya
seperti
·
Demam tidak
terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul.
·
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
·
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat
disertai dengan darah).
·
Perasaan
tidak enak (malaise), lemah.
c.
Tahap
penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin
bertambah berat dengan segala kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis
sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan,
diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang
baik dengan Gejala
·
Tergantung
dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
·
ada cairan dirongga pleura (pembungkus
paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang,
maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan
keluar cairan nanah.
·
Pada
anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis
(radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
d.
Tahap
penyakit akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan,
yaitu:
·
Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.
·
Sembuh
dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi
tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
·
Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap
ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit
·
Penyakit tetap berlangsung secara
kronik.
·
Berakhir dengan kematian.
3.
TAHAP
PASCAPATOGENESIS
Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir
yaitu berakhirnya perjalanan penyakit TBC yang diderita oleh sesorang dimana
seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir dengan
kematian setelah melalui berbagai macam tahap pencegahan dan pengobatan yang
rutin
C. UPAYA
PENCEGAHAN PENYAKIT TBC
1.
Primordial
prevention ( pencegahan tingkat awal )
Pada tahap awal penderita mendapat
obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan
terhadap semua OAT. Sedangkan ditahap selanjutnya penderita mendapat jenis obat
lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini
penting untuk membunuh kuman persistent sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
2.
Primary
prevention ( pencegahan tingkat pertama )
Dengan promosi kesehatan sebagai
salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan
pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah
tinggi.Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1)
Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada
daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko
tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host
tambahan dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang
dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan
pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu
pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis
dan mental.
3.
Secondary
prevention ( pencegahan tingkat kedua )
Dengan diagnosis dan pengobatan
secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen
utama ; Agent, Host dan Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk
kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari
finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan
indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini
dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala
infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk
memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis
pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit,
disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga
ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi
TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus b`aru
harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.
4.
Tertiary
prevention ( pencegahan tingkat ketiga )
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan
TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha
penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan
hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung
situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media
pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya
rehabilitasi.Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk
mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai
berikut :
1. Perkembangan media.
2. Metode solusi problem keresistenan obat.
3. Perkembangan obat Bakterisidal baru.
4. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.
5. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC
yang fleksibel.
6. Studi lain yang intensif.
7. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC
yang terkontrol.
D. TRANSISI
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC
SITUASI TERKINI PERKEMBANGAN TUBERCULOSIS DI INDONESIA
Januari-desember 2012
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis,sebagian besar kuman TB
menyerang paru tetapi juga mengenai organ tubuh bagian lainnya.
Pada tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi
DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai
strategi yang paling ekonomis paling efeftif yang terdiri dari 5 kunci :
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak yang mikroskopis yang terjamin
mutunya
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus
TB dengan tatalaksana kasus yang tepat termasuk pengawasan langsung pengobatan
4. Jaminan ketersediaan OAT (obat anti TB) yang bermutu
5. System pencataatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian tehadap hasil pengobatan pasien dan kinerja kerja secara keseluruhan.
Angka prevalensi insidensi dan mortalitas yang
dinyatakan dala 100.000 pada tahun 1990 dan 2012 berdasarkan hasil penghitungan
WHO dalam WHO report 2012 global tuberculosis control angka insiden semua tipe
TB tahun 2012 sebesar 189 per 100.000 penduduk mengalami penurunan disbanding
tahun 1990 yaitu (343 per 100.000 penduduk).angka prevalensi berhasil
diturunkan hamper setengahnya pada tahun 2012 (423 per 100.000 penduduk)
dibandingkan dengan tahun 1990 (289 per 100.000 penduduk) sama halnya dengan
angka mortalitas yang berhasil diturunkan lebih dari separuhya pada tahun 2012
(27 pr 100.000 penduduk) disbanding tahun 1990 (51 per 100.000 penduduk) hal
tersebut membuktikan bahwa program pengendalian TB berhasil menurunkan insidens
prevalensi dan mortalitas akibat TB.
E. ETIKA
EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC
Upaya pemerintah dalam mencegah penularan penyakit
tuberculosis (TBC/TB) terus berjalan salah satunya dengan menghimbau rumah
sakit di seluruh Indonesia untuk mengadakan pencegahan dan pengendalian infeksi
tuberculosis.pencegahan dan pengndalian infeksi wajib ada di setiap rumah sakit
apalagi penyakit TB sering ditemukan
pada penderita HIV/AIDS sebab daya tahan tubuh mereka rendah sehingga
mudah tertular penyakit TB.
Menurut Dalima Astra Winata beliau adalah salah satu
perwakilan Kemenkes RI,salah satu hal
sederhana dalam menangani penularan penyakit TB adalah dengan memberikan
penyuluhan mengenai etika batuk pada penderita TBC.
Ini ,menjadi bukti bahwa epidemiologi berusaha mencari
solusi agar para penderita TB tidak menularkan penyakitnya ke orang yang sehat
dengan program etika batuk pada
penderita TBC.etika batuk yang dapat diterapkan oleh masyarakatadalah
dengam menutup mulut dengan lengan bukan dengan tangan ketika batuk.karena
ketika bersalaman kuman TB dapat berpindah.cara ampuh lainnya dengan
menggunakan masker ketika menderita batuk sehingga kuman tidak menyebar dan
menulari orang lain.
F. SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC
Ø Segitiga epidemiologi
·
Host
Umur merupakan faktor terpenting
dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian ; (1) paling rendah
pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita, (2) paling luas pada masa
remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan
momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang pada usia lanjut. Dalam
perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku
pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini
atau tidak terlindung dari resiko infeksi.
Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa
muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan
resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada populasi
yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi sosio-ekonomi. Aspek
keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC,
tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang
pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut
memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan
kelalaian. Status gizi, kondisi keseatan secara umum, tekanan fisik-mental
dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan
besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan
beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.
·
Agent
TB disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis,baktri gram positif berbentuk batang halus mempunyai sifat tahan
asam dan aerobic.
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat
resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup
pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama.
Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal
sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan
daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat
resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan
kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru.
Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan
ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung
dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.
·
Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan
variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat
perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan
letak geografis.Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC.
Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC
dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan,
lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa
kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu,
gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya
pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus
peningkatan epidemi penyakit ini.Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak
langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah
berbahaya.
Ø Portal of exit and portal of entry
Tempat keluarnya penyakit dr pejamu (Portal of Exit)
·
Saluran
pernafasan
·
Saluran
pencernaan
·
Perkemihan
·
Melalui
kulit.
Cara Transmisi dari Orang ke Orang Secara Langsung,
Contoh : TBC, Penyakit kulit dan kelamin, Hepatitis. Droplet infeksi melalui percikan ludah, terutama penyakit melalui. Saluran nafas.
Contoh : TBC, Penyakit kulit dan kelamin, Hepatitis. Droplet infeksi melalui percikan ludah, terutama penyakit melalui. Saluran nafas.
Tempat masuknya penyebab penyakit ke pejamu baru
(Portal of Entry).
·
Saluran
pernafasan
·
Saluran
pencernaan
·
Perkemihan
·
Melalui
kulit
Kerentanan
Pejamu Tergantung faktor genetik, daya tahan tubuh, keadaan gizi, gaya hidup
dll.
G. APLIKASI
EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC
Salah satu tokoh epidemiologi adalah Robert Korch dia adalah penemu Tuberkolin tau pemyaki TBC
beliau melalui Aplikasi epidemiologi dalam
menangani penyakit menular seperti
penyakit TBC menemukan DOTS sebagai salah satu pengobatan terhadap penderita
penyakit TBC yaitu pengobatan yang berlangsung selama 6 bulan
Untuk dapat memelihara dan meningkatakan derajat
kesehatan mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perlu
disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
sebaik-baiknya yang sesuai sengan kebutuhan.apabila dalam lingkungan masyarakat
banyak ditemukan penyakit menular seperti TBC maka pelayana kesehatan yang di
sediakan akan lebih diarahkan kepada upaya untuk mengatasi masalah penyakit
menular.
Hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk
mengetahui frekwensi dan penyebaran
penyakit TBC dan factor-faktor yang mempengaruhi dari penyakit TBC adapu
penggunaan/aplikasi epidemilogi dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam
penyakit TBC yaitu: penentuan abnormalitas .batas seseorang dapat disebut
sebagai pengidap TBC,membantu menetapakan penerapan diagnosis,untuk mengetahui
riwayat pennyakit TBC sehingga dapat menyerang manusia dan menular ke orang
yang sehat serta mencari efektifitas suatu tindakan dalam menangani penderita
TBC dan mencari bentuk-bentuk upaya pencegahan terhadap penyakit TBC
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Selama saya mengikuti perkuliahan semester 3 dengan
mempelajari DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI yang dibawakan ole ibu Henni Kumaladewi
SKM.M.kes saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang epidemiologi dan semua
apa yang telah diajarkan sangat bermanfaat untuk saya untuk mengambil keputusan
dalam menentukan jurusan yang akan saya pilih
kedepannya.dalam proses pembelajaran dapat saya terima dengan mudah karena
disertai dengan contoh yan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.Sebagai saran
cara ibu mengajar sangat bagus tetapi apabila kami diberi tugas sebaiknya
dijelasakn secara detail karena terkadang saya bingung model tugas yang akan
saya kerjakan
DAFTAR PUSTAKA
·
Supayanto.2010.Riwayat
Alamiah Penyakit.Jakarta.[diakses pada tanggal 13 Januari 2013 di http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/06/riwayat-alamiah-penyakit.html]
·
Toni.2011. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.[diakses pada tanggal 13 januari di http://who.org/orgs/dissease/tuberculosis/epidemiology.htm ]
·
Bustan,M.N. 2006.Penyelidikan Epidemiologi Terhadap
Penyakit TB.Jakarta: PT Rineka Cipta.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di http://eka78.wordpress.com/2010/11/12/penyelidikan-epidemiologi-terhadap-penyakit-tb-
/]
·
Dr. dr. H. Sardjana, SpOG (k), SH dan Hoirun Nisa,
M.Kes. 2007. Epidemiologi Penyakit
Menular. Jakarta:UIN Press.[diakses pada tanggal 13 januari 2013 di http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm]
·
Sugeng Juwono Mardihusodo.2008.Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan Kejadian Epidemik
Penyakit TB.Jakarta.[diakses pda tanggal 13 januari 2013 di http://intanpuja.blogspot.com/2011/10/makalah-penyakit-tbc.html]
·
Wirawan Dewa Nyoman, dr. MPH. 2004. Epidemiology of Tuberculosis. Epidemiologi Dasar. Laboratorium
Epidemiologi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Denpasar.[siakses pada tanggal 13 januari 2013 di http://epidemiologidkn.blogspot.com]
0 komentar:
Posting Komentar